Kita tidak akan pernah lepas dari hal ini walau kita tidak menyadarinya. Apalagi jika menyadarinya, akan memudahkan kita untuk termotivasi meraih yang terbaik.
Tidak akan pernah kita bisa menyederhanakan kebijaksanaan, tetapi paling kita memahami dari manakah kita harus memulai tahapan meraih kebijaksanaan.
- Pasti
- Mungkin
- Patuh
- Manfaat
_____
1. KEPASTIAN
Bersifat universal. Jika menggunakan axioma, maka telah jelas kebenaran universalnya, tetapi kalau bukan axioma, pada akhirnya terbatas pada seberapa jauh dianggap universal.
- Contoh: tidak terlihat sedikitpun peluang seseorang dapat hidup 1000 tahun, maka dipastikan bahwa setiap orang meninggal. Dan pengamatan inipun terbatas (tidak meliputi kemungkinan makhluk hidup di galaksi lain).
Pelajaran dibalik ini. Setiap orang sebaiknya memperoleh kepastian sebelum melangkah.
- Sebelum membeli makanan, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa penjualnya dapat dipertanggung-jawabkan terhadap makanan yang dijualnya.
2. PROBABILITAS
Ketika telah diperoleh kepastian, maka seharusnya ini memberikan kepercayaan yang tinggi terhadap keadaan yang berulang kali kita hadapi, yang sebelumnya telah dipastikan.
- Contoh: karena penjual makanan telah dipastikan bertanggung-jawab terhadap apa yang dijualnya, maka kelak ketika berurusan lagi dalam hal makanan, dapat dipercaya (probabilitas) bahwa makanan yang dijual memang benar tidak bermasalah pada kesehatan.
Artinya, pengecekan berikutnya tidak seketat pada pengujian pertama (atau beberapa kali untuk memperoleh kepastian)
3. KEPATUHAN
Untuk memperoleh yang diinginkan seseorang harus patuh kepada syarat yang ditentukan.
Derajat Kepatuhan. Nilai kepatuhan dapat bervariasi mulai dari yang terendah, memadai walapun tidak 100%, atau kepatuhan yang sesuai harapan (100%),
Dimensi Kepatuhan. Seseorang boleh jadi memiliki derajat kepatuhan yang tinggi, namun dilihat dari dimensi kepatuhan sebenarnya kepatuhannya justru tidak sesuai harapan.
- Contoh dimensi kepatuhan: seseorang patuh melaksanakan tugas meminum obat agar sembuh, namun dari dimensi yang lebih luas ternyata mempunyai rencana untuk mabuk setelah sembuh dari sakitnya. Disini derajat kepatuhannya tinggi tetapi rendah dari sisi dimensi kepatuhannya.
Atau sebaliknya, dari derajat kepatuhannya sedemikian rendah, tetapi dari sisi dimensi kepatuhan yang lebih luas justru sangat baik.
- Contohnya: seseorang yang berbuat salah tetapi selalu meminta ampun kepada Tuhan. Derajat kepatuhannya rendah, tetapi dimensi kepatuhannya memenuhi syarat dengan cukup meminta ampun (tetapi boleh jadi permintaan ampunannya ditolak, jika derajat kepatuhannya sedemikian rendah berulang kali)
Atau menurut pandangan pribadi kita merasa bersalah namun dari sudut pandang masyarakat ternyata justru kita dianggap benar.
4. MANFAAT
Semua uji kepastian untuk memperoleh kepercayaan, serta dilandasi kepatuhan, adalah untuk memperoleh manfaat.
- Ada manfaat jangka pendek serta manfaat jangka panjang.
Boleh jadi kita memperoleh manfaat jangka pendek saja, tetapi boleh jadi setelah jangka waktu cukup lama ternyata berdampak buruk.
Seperti bagaimanakah seharusnya suatu manfaat? Sederhana, yaitu memperoleh pertolongan. Atau lebih panjang sedikit: memperoleh pertolongan yang menyelamatkan.
Nah, lalu bagaimana mengukur kegagalan?
Kita berikan ilustrasi sederhana:
- Jika kita melangkah tanpa kepastian? Gagal
- Jika kita tidak dapat memastikan adanya Tuhan? Gagal
- Jika kita dapat memastikan adanya Tuhan, tetapi tidak dapat melihat agama sebagai kemungkinan tertinggi dari Tuhan, yang harus dipilih? Gagal
- Jika kita memastikan keberadaan Tuhan dan melihat agama sebagai kemungkinan tertinggi dari Tuhan, yang harus dipilih, tetapi kita tidak dapat mematuhi perintah-Nya yang termuat di agama? Gagal
Dalam hubungannya dengan pilar ke-4, yaitu "manfaat".
Jika ke 3 pilar buruk, namun kita memperoleh manfaat, berarti kita telah berbuat tidak adil kepada diri sendiri (tidak dapat mengoptimalkan hasil karena ke 3 pilarnya buruk) dan berbuat tidak adil terhadap orang lain (merugikan).
Jadi, apakah keberhasilan itu?
Keberhasilan adalah mampu berbuat adil terhadap diri sendiri dan kepada yang lain, sedangkan kegagalan adalah kebalikannya, yaitu tidak mampu berbuat adil kepada diri sendiri dan kepada yang lain.