aku BUKAN TUHAN

Seremonia
8 min readJul 19, 2023

--

Photo by Sergio Rodriguez - Portugues del Olmo on Unsplash

Banyak masalah Tawhid dihubungkan dengan Wahdatul Wujud, Manunggal Dengan Tuhan, "aku DIA", kesatuan aku dan semuanya" dan ungkapan lain sejenisnya.

Kita akan melihat permasalahan menuhankan diri mereka yang tercerahkan. Mengapa bisa terjadi?

Pencerahan

Mereka yang tercerahkan bagai setetes air yang kembali ke samudera. Bagai es yang meleleh, bagai fungsi dalam kalkulus. Bagai angka-angka yang menyadari bagian dari suatu bilangan. Dan seterusnya ....

Tidak ada yang luar biasa disini bagi kita yang bisa menaikkan status kita dihadapan semesta apalagi dihadapan Tuhan. Justru mereka yang tercerahkan menyadari fakta bahwa mereka itu rendah, hina & tak setara dengan Tuhan

Heboh

Hanya saja ... hal ini sedemikian membius memabukkan dan MENGHEBOHKAN. Mendadak justru menaikkan status mereka. Mengapa ini bisa terjadi?

Kita simak dulu, apa kesimpulan setelah mereka menyaksikan proses pencerahan yang terjadi pada diri mereka

Siapakah aku?

aku (sosok manusia) adalah
... bulan, bintang, semesta , dan semuanya.
aku (sosok manusia) adalah
... berada di semua bagian partikel
aku (sosok manusia) adalah
... kamu, dia, mereka, tumbuhan, hewan
aku (sosok manusia)
... ada dimana-mana
aku (sosok manusia)
... setiap saat lahir & mati

Penyaksian

Yang tercerahkan menyaksikan fakta bahwa:

Karena aku adalah Dia Yang Meliputi segalanya. Karena aku adalah Dia yang dari-Nya segala tercipta. Akulah sang maha karena aku itu Dia, Dia (Tuhan) itu aku. Akulah sang maha karena Dia (Tuhan) menjadi banyak, membagi diri-Nya sebagai aku, kamu dan segala ciptaan.

Apapun dikatakan bahwa Tuhan itu aku kamu dia & mereka. Dasarnya sederhana ... bahwa sebelum semua tercipta hanya ada Tuhan. Lalu darimana lagi kita kalau bukan dari Dia.

Ini membuat mereka menyimpulkan bahwa bahan untuk ciptaan berasal dari-Nya. Allah membuat ciptaan dengan bahan dari-Nya. Jika untuk membuat kita diperlukan bahan dari Dia, berarti hakekat diri kita sama dengan Tuhan? Begitulah kesimpulan mereka yang tercerahkan.

Ada yang bilang, kita terbuat dari tanah, air, protein atau apa saja terserah apa kata mereka, lalu dari mana tanah, air, protein? Bukan dari Allah? Tidak! Ya berarti dari Allah? Ya! Berarti ujung-ujungnya bahan diri kita ya dari Allah, sedangkan Allah non materi, yang berarti kita juga non materi, yang berarti kita berbahan sama dengan Tuhan? SALAH!

Perumpamaan

Mereka mengumpamakan seperti ini "setetes air laut" yang asin, sama rasanya dengan asinnya lautan.

Coba ambil air laut sesendok, cicipi ... rasanya? ASIN. Coba cek air laut, rasanya? ASIN.

Banyak perumpamaan sejenis "es & air" | aku bagai es dalam kubangan air, dimanapun kamu melihat es kamu melihat air.

Atau perumpamaan lain seperti kita melihat pantulan bentuk matahari di kolam, pantulan matahari itu kita, dan matahari yang sesungguhnya ya Tuhan.

Kita Tak Beda Dengan Tuhan ❓

  • 👉 Tetapi ketika dibantah bahwa kita bukan Tuhan, lalu mereka membongkar kebenaran yang sesungguhnya bahwa MEMANG BENAR KITA BUKAN TUHAN, KARENA MEMANG TIADA KITA, HANYA ADA TUHAN.

Kata mereka, Tuhanlah yang menjadi segala-galanya. Tuhan menjadi bintang, bumi & segalanya. "Semua itu Tuhan yang menjadi"

Kebingungan

#Diskusi_KeTuhanan
#ManunggalKawuloGusti
#WahdatulWujud #PenalaranLemah

Saya sadar keadaan mereka yang tak bisa melihat posisi diri mereka berbeda dengan Tuhan.

Apapun perkataan mereka tentang diri mereka adalah Tuhan yang mewujud sebagai mereka sendiri atau hal lain lagi yang mirip.

Itu karena KUATNYA PENGALAMAN MEREKA BEGITU NYATA YANG MEMANG NYATA. MENGAPA MEREKA YAKIN ITU NYATA?

Karena proses pencerahan adalah benar-benar proses melampaui berbagai dimensi realita. Dimensi ilusi, mimpi, hoax, sehari-hari, dimensi harapan. Bahkan dimensi pemikiran (ternyata pemikiran bukan kita. Melewati dimensi ego (ternyata ego itu bukan kita, sosok lain) dan seterusnya sedemikian jelas nyata bening disadari batas-batasnya.

Ini seperti orang yang selama ini bermimpi dan merasa nyata, lalu setelah dibangunkan , baru sadar bahwa ada dimensi yang lebih nyata dari mimpi.

SEHINGGA ... sulit bagi mereka menjawab pertanyaan "siapa aku?"

Karena begitu kuatnya pengalaman pencerahan mereka dan sedemikian beningnya, sehingga mereka TIDAK HANYA MENGALAMI TETAPI JUGA MENYADARI KEBENARAN AKSIOMATIS SECARA LANGSUNG.

Disinilah mereka goyah oleh kebenaran aksiomatis yang mereka terima dari pengalaman pencerahan mereka sendiri.

Bagaimana mungkin kebenaran yang kokoh seperti ini bisa dibantah? Maka yakinlah mereka bahwa mereka adalah Tuhan.

Padahal memang kebenaran yang mereka sadari adalah kebenaran aksiomatis, kokoh kuat. HANYA SAJA ADA SATU KEKURANGAN. MEREKA BELUM MENYADARI KEBENARAN KETUNGGALAN SECARA MENYELURUH.

Mereka yang memahami kebenaran KeTunggalan secara utuh, akan terselamatkan dari bahaya ketersesatan seperti ini.

Mereka tidak memahami keadaan sadar diri seutuhnya.

BENARKAH AKU TUHAN? ATAUKAH AKU PARTIKEL TUHAN?

Ada dua argumen klasik disini ...

  • 1. Sebelum ada ciptaan, ada siapa? Hanya Tuhan. Kalau hanya ada Tuhan, maka sampai kapanpun ya hanya ada Tuhan ✅
  • 2. Tuhan itu bukan non materi, lalu sebelum ada ciptaan, ada apa? Hanya Zat beserta Sifat-Nya. Kalau hanya ada Zat & Sifat-Nya, maka sampai kapanpun hanya ada Zat & Sifat-Nya ✅
    ------

Lalu siapakah aku? Yang bukan Tuhan? Yang bukan Zat & Sifat-Nya? Apakah aku adalah sesuatu yang berbeda selain dari Tuhan? Jika aku sesuatu yang bukan Tuhan, maka aku tercipta oleh sesuatu selain dari Tuhan.

  • Padahal hanya ada Tuhan, berarti aku bukan sesuatu yang berbeda dari Tuhan, berarti aku ya Tuhan itu sendiri. ❌
  • "aku adalah Tuhan yang berperan sebagai aku" ❌
  • "tiada aku, hanya Tuhan yang berperan sebagai aku" ❌
    ------

Penalaran ini semuanya didasarkan kepada dua point argumen klasik yang merupakan kebenaran aksiomatis. TETAPI KURANG SATU

Sampai disini sulit bagi mereka untuk mematahkan argumen ini karena memang aksiomatis. Lalu, dari sini mereka menyimpulkan 3 hal:

  • 1. mereka adalah Tuhan?
  • 2. mereka adalah partikel Tuhan? ❌
  • 3. Tuhan berperan sebagai ciptaan-Nya (sebagai kucing, sebagai manusia, sebagai tumbuhan dan ciptaan lainnya) sehingga tanggung-jawab (kesalahan) dibebankan pada Tuhan? ❌

Hal ini menimbulkan kekisruhan pemahaman yang membuat orang awam membantah:

  • ... "berarti Tuhan menyiksa Tuhan?"
  • ... "berarti Tuhan menjadi kucing?"

Lalu, dibantah balik oleh mereka yang tercerahkan:
... manusia tetap manusia, bukan Tuhan, hanya saja hakekatnya adalah Tuhan ❌

  • ... ada yang tetap bersikukuh "ya memang Tuhan menjadi kucing mau apa" ... "hanya ada Tuhan, terus siapa yang jadi kucing" ❌

INTINYA, MEREKA YANG TERCERAHKAN dalam keterbatasan yang menyesatkan menegaskan bahwa

.... BEDA TIPIS ANTARA KITA DAN TUHAN ❌

Kekacauan pemahaman ini dikarenakan ... hanya didasarkan kepada dua point argumen klasik yang merupakan kebenaran aksiomatis. TETAPI MASIH KURANG SATU YAITU KURANG SADAR DIRI

DIA YANG MELEMPAR atau aku

#Diskusi_KeTuhanan
#ManunggalKawuloGusti
#WahdatulWujud

Memang disetiap kejadian Tuhanlah yang menggerakkan.

Memang disetiap kejadian Tuhanlah yang berbuat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 17)

TETAPI SADARI JUGA BAHWA KITA SEMPAT PERNAH BINGUNG

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk."
(QS. Ad-Duha 93: Ayat 7)

Jika perbuatan kita adalah perbuatannya, maka kita tidak dalam keadaan bingung! Mengapa?

Semakin luas sudut pandang kita, maka semakin jelas segalanya, sehingga tidak ada lagi kebingungan, hanya ada satu pilihan tanpa ragu. Namun ternyata kita bisa bingung. Itu tanda bahwa ada pilihan pada kita. Karena hanya Tuhan yang tidak ragu memutuskan melainkan tegas jelas tanpa pilihan. Keputusan mutlak!

Kalau dikatakan bahwa dulu kita sempat bingung, sekarang tidak lagi karena sudah jadi Tuhan. Justru menegaskan bahwa ketuhanan kita berawal yang berarti bukan Tuhan (karena Tuhan itu bukan berawal)

SIKAP YANG BENAR SECARA TUNTAS

#Diskusi_KeTuhanan
#ManunggalKawuloGusti
#WahdatulWujud

BENAR KETIKA ALLAH BERKATA "AKU ITU YA SEMUANYA"

"Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 3)

TETAPI INGAT!!! ITU HAK TUHAN. TUHAN BEBAS BERKATA APAPUN KARENA SEMUA ADALAH MILIKNYA

TERSERAH TUHAN BERKATA "AKU KAMU ... KAMU AKU"

Tetapi ketika saatnya kita yang harus berkata, maka katakanlah:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"KATAKANLAH, Dialah Allah, Yang Maha Esa." ... "Allah tempat meminta segala sesuatu." ... "(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan." ... ""Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
(QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 1-4)

Jadi, jangan mentang-mentang Allah sendiri berkata "Aku itu kamu" ... juga jangan mentang-mentang menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan menggerakkan jagad & seisinya ... juga jangan mentang-mentang menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan melahirkan ciptaan-Nya dan mematikan ciptaan-Nya,

  • ... lalu kita bisa seenaknya berkata "akulah Tuhan" ❌
  • ... lalu kita bisa seenaknya berkata "akulah tuhan kecil" ❌

Keberadaan bukan kenyataan. Tuhan adalah kenyataan yang tidak kosong, sedangkan kita adalah keberadaan yang kosong (ada aksiomanya untuk hal ini aksioma ke-6, ke-8 & ke-9)

APA MASALAH TERSESATNYA PADA BEBERAPA DARI MEREKA YANG TERCERAHKAN SEBENARNYA?

#Diskusi_KeTuhanan
#ManunggalKawuloGusti
#WahdatulWujud #MelampauiBatas

Ini yang disebut kaget takjub merasa bisa eksklusif tampil beda.

Awalnya mereka bingung ... lalu setelah tahu bahwa mereka itu adalah semesta, bahwa kita semua adalah sama seperti mereka juga. Maka mendadak mereka takjub akan hal yang sedemikian rahasia tertutup tak disadari oleh banyak orang.

BAGAI SEORANG YANG TELAH MENGETAHUI MISTERI JAGAD, MISTERI KETUHANAN.

BAGAI SEORANG YANG ISTIMEWA, KETIKA BANYAK ORANG BERDEBAT TENTANG TUJUAN HIDUP BLA .. BLA .. BLA, NAMUN MEREKA YANG TERCERAHKAN BERHASIL MENGETAHUI RAHASIA YANG SULIT DIPAHAMI.

BELUM LAGI, MEREKA LAKUKAN ITU DENGAN PERJUANGAN MEMBUANG EGO, MEMBUANG DIRI, MEMBUANG SEMUA RASA KECUALI HANYA KE TUHAN. SUATU PERJUANGAN YANG BERAT SEKALI YANG DARI SATU NEGARA HANYA SEGELINTIR YANG BISA TERCERAHKAN.

ORANG-ORANG KHUSUS BEGITULAH DIA.

ANDA BOLEH JAGOAN MATEMATIKA, GENIUS NOMOR SATU, TETAPI BELUM TENTU BISA FOKUS (ZIKIR / MEDITASI).

HAL HAL INILAH ....

Ya benar ... HAL HAL INILAH .... yang membuat mereka takjub akan diri mereka atas pencapaian yang luar biasa.

Memang, ... awalnya mereka takjub pada realita yang sedemikian sederhana bahwa semua adalah sama. Bahwa semua kejadian mengalir dengan penuh keadilan, sedangkan orang lain saling bentrok mencari keadilan. Sedangkan mereka yang tercerahkan DAPAT SEDEMIKIAN DAMAI KARENA MEMANG TERCERAHKAN SECARA NYATA.

Ibaratnya, banyak orang berkata "enaknya naik kendaraan apa, mobil, motor, pesawat" lalu ada yg membanggakan dengan pede berkata "saya punya pesawat pribadi" (fakta bukan hoax)

Ketika orang gundah, justru mereka yang tercerahkan merasa damai

Pencapaian-pencapaian keadaan batin yang luar biasa ini membuat mereka tanpa disadari takjub dan meremehkan keburukan. ✅

Mereka puas dapat sedemikian mudah menggantikan "sabar" dengan "syukur. Menggantikan "amarah" dengan "kasih" ✅

Sayangnya ... beberapa dari mereka terlena oleh keadaan batin yang takjub, yang tanpa disadari meremehkan orang lain, mengunggulkan perjuangan mereka, sehingga sedikit mulai tumbuh ego tanpa mereka sadari. Ketika ego mulai tumbuh walau sedikit, mulailah penyakit dasar "merasa paling benar" ❌
------

Mereka lupa tujuan awal mencari pencerahan ... BINGUNG ... MENCARI KEPASTIAN ... LALU TUHAN MENJAWAB KEGALAUAN MEREKA ... TUHAN MENJAWAB KEINGINTAHUAN MEREKA.

  • ... LALU DINAMPAKKAN JAGAD DI DEPAN MEREKA
  • ... LALU DIPERLIHATKAN BAGAIMANA TUHAN MENGGULUNG & MENGGELAR JAGAD
  • ... LALU DIUNGKAPKAN SIAPA MEREKA & SIAPA TUHAN

SEHARUSNYA .... mereka takjub "Wahai Tuhan, ternyata aku hanyalah bersandar di kekosongan, tiada daya, dan hanya Engkau Maha Kuasa, hanya Engkau Tuhan, tiada yang sebanding dengan-Mu"

Tetapi mendadak justru berbalik angkuh .. memalukan, tak tahu diri, tak sadar diri merasa paling benar.

LALU, PERLAHAN ... TUHAN MENJAGA JARAK ... sampai saatnya mereka sadar ... lalu TUHAN KEMBALI MENDEKAT

JADI, SINGKATNYA ...

Tercerahkan seharusnya membuat mereka tunduk sadar diri bahwa mereka bukan apa-apa dan semua sama sehingga tidak angkuh

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet