AL QURAN & Dialektika Hegel

Seremonia
3 min readMay 29, 2023

--

Photo by Fulvio Ciccolo on Unsplash

Hegel memperkenalkan konsep tesis, antitesis & sintesis.

Tesis & antitesis adalah saling berlawanan tetapi bukan kontradiksi. Sintesis adalah jalan tengah, netral yang menyatukan keduanya sebagai suatu bentuk sinergi.

Contoh:

  • 📍 Tesis (Obat)
  • ⭕️ Antitesis (Racun)

Di sini konsep antitesis diambil dari tesisnya yg menganggap obat sebagai racun

✅ Sintesisnya mengungkapkan hikmahnya dengan menegaskan bahwa memang obat yg menyembuhkan namun jika overdosis bisa menimbulkan racun.

Di sini kita dilatih melihat dua sisi (tesis & antitesis) secara adil, namun juga tidak sampai terjerumus berpihak berat sebelah yang menjauhkan dari peluang memperoleh hikmah

〰〰〰

Kita lihat dari sudut pandang Al Quran ...

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"... boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)

  • Apa yg tak disenangi bisa masuk kategori antitesis. Lalu dimana tesis & sintesisnya❓
  • Sesuatu dipahami karena ada lawannya. Baik dipahami karena ada lawannya buruk. Terang dipahami karena ada gelap.

📍Ketika seseorang memikirkan tentang antitesis, tentu lawannya (tesis) telah dipahami juga. Artinya❓

  • 1⃣ Ketika Allah berfirman tentang "tidak menyenangi sesuatu" (antitesis), maka tesisnya "apa yg disenangi" sudah dipahami. Jadi tesis sudah ikut serta dalam konteks ini.
  • 2⃣ Lalu apa yg datang kemudian, yang belum jelas❓Firman-Nya "padahal itu baik bagimu". Ini menunjukkan momen berikutnya yg baru akan diketahui nanti sebagai suatu bentuk hikmah.
  • 👉 Point 1 jelas menegaskan "tesis & antitesis", lalu point 2 menegaskan kebaikan yg tentu bukan masuk kategori tesis, yang berarti bentuk hikmah yg merupakan sinergi dari tesis & antitesis yaitu sintesis

〰〰〰

Hegel hidup sesudah masa Nabi Muhammad SAW, jadi bisa saja saya (dianggap) berbaik sangka bahwa Hegel meniru konsep Al Quran. Namun saya tak menyoroti ini secara khusus, melainkan bahwa ...

👉 Konsep dialektika Hegel dapat diterima sejauh dipahami sebagaimana yg diisyaratkan di Al Quran.

Masalahnya terkadang konsep ini yg sebenarnya sudah ada di Al Quran tak dikenali oleh orang umum. Dan melalui dialektika Hegel, kita bisa belajar sedikit saja tentang bagaimana menyikapi ajaran Al Quran secara lebih dalam.

Dalam kasus ini, kita disadarkan untuk mampu melihat hikmah dari sesuatu yg bertentangan.

  • Ini bukan berarti kita sok bijaksana. Tidak. Tetap diperlukan kewaspadaan, namun paling tidak melatih kita melihat dari sudut pandang lebih luas meliputi, sehingga kita mampu melihat situasinya secara lebih baik

Studi Kasus Lainnya

Jauh sebelum kelahiran Hegel, Al Quran sebenarnya telah mengajarkan penalaran seperti ini, bahwa apa yang diduga adanya pertentangan di Al Quran, padahal hanyalah "antitesis" yang selalu memberi pelajaran tentang hikmah (sintesis). Hanya saja mereka tidak melihat dimana sintesisnya di Al Quran, sehingga mereka yang terburu-buru menilai hanya ada pertentangan "tesis" & "antitesis" tanpa mampu melihat "sintesis"nya. Di sini terlihat bahwa penalaran Al Quran meliputi filsafat, bukan sebaliknya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 82)

Jadi, Allah menyindir, bahwa di Al Quran tak ada pertentangan terhadap tesis. Jika dianggap ada pertentangan (antitesis), itu hanya karena mereka tidak memperhatikan dengan cermat (sintesisnya). Mengapa ?

Karena apa yang dianggap bertentangan di Al Quran (tesis & antitesis) akan terbukti membawa hikmah (sintesis). Berbeda jika setelah diselidiki dugaan pertentangan, ternyata memang ada yang salah. jadi harus dihapus. Tetapi tidak demikian. Allah tegaskan bahwa tak ada pertentangan sehingga apa yang dianggap bertentangan sebenarnya membawa hikmah (sintesis).

Namun, pada saat pengungkapan seperti ini (bahwa Hegel bisa memberi manfaat melalui karya filosofisnya), maka siapapun selalu harus menyertakan "Pesan Khusus" yang mengingatkan batas kelayakan dengan menegaskan ...

📍 Pesan Khusus: bahwa hegel hanya orang biasa seperti kita, bukan Nabi. Dan sejauh saya ketahui baru itu yang dapat saya ambil manfaatnya.

📍Proporsional: dengan diselingi dengan ulasan lain secara seimbang, tanpa melebih-lebihkan melampaui batas dan tanpa memburuk-burukkan secara tidak relevan

Jika suatu tokoh sedemikian kontroversial, maka sebaiknya hindari. Jika harus diulas, maka ulaslah secukupnya tanpa menghakimi, agar manfaatnya diperoleh. Jika ketaksesuaiannya terlalu besar, hindarilah.

Ini tidak mudah, tetapi meskipun sulit menimbang-nimbang dalam mengungkapkannya, tetap prinsip dasarnya perlu ditegakkan bahwa = diperlukan menimbang untung-ruginya QS. Al-Baqarah 2: Ayat 219 dan kontekstualnya QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 107

JADI ❓Ambillah manfaat meskipun sedikit, namun tetap waspadai tuntutan berlebihan yang cenderung menghakimi baik / buruk secara berlebihan, karena standarisasi kita bisa saja kurang layak atau berlebihan.

Apapun itu, kita hanya manusia biasa, jauh sekali dari keunggulan seorang Nabi.

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet