JIKA ANDA MERASA ANEH, BAHWA KITAB SUCI BISA MENJADI KITAB UNTUK MENGAJARI MENALAR MELAMPAUI FILSAFAT❓
Sederhana ...
Seiring waktu terjadi, akan banyak orang jenius di sepanjang masa.
📍Jika Al Quran mewajibkan kita berpikir, namun ungkapan yg ada di Al Quran bisa dibantah oleh manusia jenius dari generasi mendatang, lalu untuk apa mengajak berpikir dan mempertahankan kebenaran yg pada akhirnya bisa dibantah. Artinya❓
🔰 Allah telah menyadari hal ini, sehingga cara pengungkapan sekecil apapun di Al Quran telah melibatkan format penalaran yg kokoh meliputi segala kemungkinan penalaran yg dikuasai makhluk berpikir di generasi mendatang sampai kiamat.
Kebenaran di Al Quran, telah diungkapkan dengan format yg sesuai dengan segala bentuk penalaran yg diperlukan, agar kita bisa menyadari kebenaran KeTuhanan, juga kebenaran semesta dan kebenaran umum yg bahkan bercirikan filsafat tingkat tinggi
MENALAR DENGAN AL QURAN
Sebenarnya Al Quran bisa membantu kita menalar filosofis tentang kehidupan
Hanya saja mereka kurang meneliti kitabnya sendiri. Sibuk dengan sains - empirik, sehingga Al Quran terkesan dogmatis (cukup dipercaya saja). Padahal ada latihan untuk menalar dari Al Quran.
Allah mengajarkan lewat Al Quran kebenaran mutlak. Allah jelaskan detail (modul kebenaran) terkait dengan hal kekekalan.
Hanya saja banyak yg menganggap dogmatis, karena memang Al Quran menggunakan gaya bahasa pengungkapan yg tidak formal matematis, sehingga dikira tak ada pengajaran baku - tegas filosofis.
☪ Padahal format pengungkapan oleh Al Quran yg formal juga ada, dan melalui gaya pengungkapan sehar-hari informal juga ada.
👉 Meskipun informal (terkesan dogmatis - cukup dipercayai saja) namun sebenarnya punya rumusan filosofis. Ada ungkapan kebenaran mutlak di sana
✅ Yang diperlukan, kita tak hanya fokus ke sains, tetapi juga meneliti Al Quran untuk melihat konsistensinya yg luar biasa sedemikian logis
DIBALIK DOGMATIS AL QURAN
INTINYA, AL QURAN TAK HANYA MENAMPAKKAN KEBENARAN DOGMATIS YG HANYA BISA DIPERCAYAI ... Namun ...
... justru dibalik hal yg dogmatis, justru dibalik hal yg terkesan percakapan sederhana, justru dibalik hal yg terkesan ucapan nasehat biasa, ... terdapat muatan kebenaran mutlak yg universal.
Berikut ini beberapa contoh kebenaran mutlak di Al Quran yg tersamar oleh ucapan yg terkesan biasa saja. Dan akan saya perbaharui terus ....
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).""
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 109)
📌 Memang kita tak sempurna memahami Al Quran, namun paling tidak, selain dari mengimani kemutlakan kebenaran di Al Quran sepenuhnya, kita juga dapat menyadari bagaimana kemutlakannya dari Al Quran, meski disadari secara terbatas
KEBENARAN MUTLAK DI AL QURAN - Kekosongan
Berikut beberapa contoh kebenaran mutlak - universal di Al Quran:
🔰 TENTANG KEKOSONGAN
📍Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?"
(QS. Al-Insan 76: Ayat 1)
1⃣ bukankah
2⃣ telah datang
3⃣ atas/terhadap manusia
4⃣ waktu dari masa belum
5⃣ dia
6⃣ menjadi sesuatu yang disebut
Penjabaran
Menjelaskan detailnya ...
👉 1⃣ bukankah (sadarilah) 2⃣ telah datang (terjadi) 3⃣ atas/terhadap (keadaan) manusia 4⃣ waktu dari masa (di saat) sebelum 5⃣ dia (manusia) 6⃣ menjadi sesuatu yang bisa disebut (ciptaan yang bisa dikenali - dipersepsi) - dengan keunikan
Konversi Awal
Merubah ke format penjabaran, agar lebih mudah memahami secara utuh
👉 1⃣ sadarilah 2⃣ telah terjadi 3⃣ keadaan manusia 4⃣ waktu di saat sebelum 5⃣ manusia 6⃣ menjadi ciptaan yang bisa dikenali, dipersepsi - unik
Konversi Aksioma
Merubah ke format aksioma, agar batas kebenaran terjauh disadari.
👉 1⃣ terbukti 2⃣ adanya 3⃣+4⃣ keadaan sebelum 5⃣ manusia 6⃣ menjadi ciptaan yang bisa dikenali, dipersepsi (memiliki keunikan)
👉 1⃣ terbukti 2⃣ adanya 3⃣+4⃣ keadaan sebelum 5⃣+6⃣ (bisa disebut sebagai manusia) dengan ciri unik
👉 1⃣ terbukti 2⃣ adanya 3⃣+4⃣ keadaan sebelum 5⃣+6⃣ (materi) dengan ciri unik
👉 1⃣ terbukti 2⃣ adanya 3⃣+4⃣ keadaan sebelum 5⃣+6⃣ keberadaan dengan ciri unik
👉 keadaan sebelumnya yang selain dari keberadaan dengan ciri unik
👉 keadaan sebelumnya yang masih merupakan keberadaan tetapi tak memiliki ciri unik
👉 keadaan sebelumnya yang masih merupakan keberadaan yang tak unik
👉 keadaan sebelumnya yang masih merupakan keberadaan yang serba sama, homogen
Keberadaan selain dari yang unik hanya satu kekosongan atau ketiadaan tak mutlak
👉 keadaan sebelumnya yang merupakan kekosongan
JADI ...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?"
(QS. Al-Insan 76: Ayat 1)
1⃣ Kekosongan itu keberadaan
2⃣ Materi dari kekosongan
3⃣ Penciptaan dari kekosongan
Justru terlihat di sini Al Quran tidak bertentangan dari sisi manapun (sains, bahkan filsufpun tak bisa membantah)
BAHKAN ADA RAHASIA DIBALIK INI BAHWA DI BALIK KEKOSONGAN ADA HAL LAIN LAGI, yang terbukti melalui sains (quantum fluctuation)
KEBENARAN MUTLAK DI AL QURAN - Batasan Kekuasaan
🔰 TENTANG KESETARAAN
Kalau dilihat dari sudut pandang aksioma yang juga diajarkan melalui Al Quran, maka seperti ini penjabarannya ...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"... mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. ...."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 40)
Di sini Allah mengajarkan aksioma, bahwa "sesuatu yang besar tak dapat dimuat ke sesuatu yang kecil". Atau yang setara "sesuatu tak dapat memuat di luar batas kemampuannya"
Jadi ketika sesuatu dikatakan lebih tua dari tempatnya, berarti sesuatu itu lebih dulu dari tempatnya, berarti ada tempat yang bisa meliputi sesuatu diluar batas tempatnya. ini melanggar aksioma yang diisyaratkan oleh Al Quran sehingga tak mungkin ada bintang lebih tua dari tempatnya.
KEBENARAN MUTLAK DI AL QURAN - Melampaui Batas
🔰 TENTANG MELAMPAUI BATAS
Berikut ini menyimak kebenaran mutlak terkait tentang batasan.
Kebenaran ini meskipun terkesan sederhana dan sudah dipahami, namun bisa jadi sebelumnya tak disadari karena sebegitu sederhana dan sebegitu umumnya, sehingga justru tersamar kekuatannya untuk menghakimi secara mutlak perihal keadaan-keadaan di seputar dugaan kebenaran
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?"
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 68)"Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?"
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 69)
📌 Polanya❓
... air berasal dari awan ... dan air dari awan tak asin
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
(QS. Al-Qamar 54: Ayat 49)
📌 Logikanya❓Air asin cenderung dari laut, bukan dari awan. Tak ada air awan itu berasa asin. Ada batas yg tak bisa dilewati - ukuran
Jika dirumuskan ...
🧩 Sesuatu tak bisa melampaui dirinya sendiri = air awan tak bisa melampaui (tawarnya) di dirinya sendiri
Namun Allah menegaskan bahwa ...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?"
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 70)
📌 Artinya bahwa .... keadaan air dari awan yg tawar, bisa menjadi asin jika dapat pengaruh dari Allah
Jika dirumuskan ..:
🧩 Sesuatu (air awan) tak dapat melampaui dirinya sendiri (tetap tawar) kecuali mendapatkan tambahan (asin) dari luar diri(air awan)nya sendiri (Tuhan)
⛳ Dalam format sehari-hari❓Sesuatu (satu cangkir teh), tak dapat (melampaui) menjadi satu galon air teh, kecuali mendapatkan tambahan dari luar cangkir (pasokan air untuk menambahi kekurangannya)
🎖3 🧩 Sesuatu tidak dapat melampaui dirinya sendiri, kecuali jika ada penambahan dari lainnya
🎯 #Relevansi
... Melampaui Batas
🌿 #FilsafatPraktis
... Tak Dapat Melampaui Batas
... Next 1, 2
☀️#Diskusi
... Memahami KeTuhanan
... Next 1, 2, 3, Poll
... Dimensi Keberadaan
-> Pertanyaan 1, 2, 3, Final
🧩 Thing (a portion) can't exceed beyond itself
Pengetahuan ini nantinya bisa dipakai untuk melihat seberapa jauh sesuatu melanggar batas, atau bisa juga dipakai untuk mengiris makna menjadi modul-modul kecil, untuk dilihat seberapa jauh keterhubungan sebab-akibatnya bisa diarahkan ke hal lain (tetap logis)
UNIVERSALITAS DI AL QURAN - Sebab & Akibat
Mereka menganggap agama penuh dogmatis dan sekedar nasehat serta ancaman, tanpa ada sisi rasionalitas yg objektif❓Tanpa ada sisi rasionalitas yg objektif❓❌
Tidakkah mereka lupa bahwa aksioma, postulat juga dirumuskan melalui pengamatan kejadian sehari-hari yg nampak biasa?
🔰 Demikian pula pada ayat Al Quran yg terkesan ungkapan nasehat dengan bahasa yang umum tak saintis, tak formal, tak matematis, namun sebenarnya memuat kebenaran yang bisa diungkapkan secara matematis, pasti, sebagai suatu kebenaran mutlak yg universal
❇️ DI SINI KITA MENGGALI KEBENARAN MUTLAK - UNIVERSAL DARI AL QURAN.
Berikut ini menyimak kebenaran mutlak terkait tentang bagian & kesatuan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
wa lam yakul lahuu kufuwan ahad
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
(QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 4)
📌 Di sini jelas bahwa sesuatu (ciptaan-Nya) tak setara dengan Penciptanya.
Ini menegaskan bagian manapun dari ciptaan-Nya, adalah diliputi oleh Kuasa-Nya, "yang diliputi (ciptaan-Nya) tak setara dengan kesatuannya (yang meliputi)".
Secara Matematis. Dapat dipahami sebagai "bagian tak setara dengan kesatuannya"
Secara Fisika. Akibat Tak Setara Dengan Sebab
❇️ Lihatlah, bahwa Al Quran tak sekedar dogmatis, melainkan dibalikny termuat kebenaran universal
❇️ Penekanannya di sini bahwa, Al Quran itu bukan sekedar dogmatis, namun punya nilai pembelajaran untuk menalar
AL QURAN MENEGASKAN TENTANG KESEIMBANGAN
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
- "... Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?"
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 3)
📌 Allah menegaskan bahwa dari arah manapun, akan selalu ditegakkan keseimbangan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 53)
📌 Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar
- Meta Dialektikanya ... "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap penjuru (meta dialektika: melalui QS.45:13 - berpikir QS.3:190 - merenung - sains, fisika, spiritual ...) dan pada diri mereka sendiri (meta dialektika: bahkan yang paling dekat) sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar (meta dialektika: secara universal QS.4:82 - tak ada pertentangan)
📌 "Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
- Meta Dialektikanya ... "Tidak cukupkah (meta dialektika: kamu percaya) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (meta dialektika: yakin secukupnya tanpa kamu perlu meminta bukti terus menerus QS.9:70 - telah banyak bukti)"
DARI SINI ALLAH MENEGASKAN BAHWA KESEIMBANGAN ITU BERLAKU DI SELURUH CIPTAANNYA YANG BERSIFAT UNIVERSAL
Potensi & Aktualisasi
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
هَلْ اَتٰى عَلَى الْاِ نْسَا نِ حِيْنٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًـا مَّذْكُوْرًا
hal ataa 'alal-ingsaani hiinum minad-dahri lam yakung syai-am mazkuuroo
"Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?"
(QS. Al-Insan 76: Ayat 1)
📌 Meta Dialektikanya ... "Bukankah pernah datang kepada manusia waktu (meta dialektika: pernah ada) dari masa yang ketika itu belum (meta dialektika: sebelum),merupakan sesuatu yang dapat disebut? (meta dialektika: diciptakan),
👉 Sempat pernah ada, sebelum diciptakan = sebagai potensi
KUASA. Ingat, ini bukan berarti kita (atau ciptaan) itu abadi ada sejak dulu sebagai potensi ❌. Potensi itu keadaan sebelum adanya kita, yang bukan kita (merupakan sesuatu yang belum bisa disebut - tak ada atribut - kosong). Potensi itupun bersandar pada KUASA ALLAH (Sebab Mutlak)
JIKA DIKONVERSI KE BAHASA KEMUTLAKAN menjadi ...
🧩 Jika sempat pernah ada, berarti sempat pernah tiada.
Dari sini kita dicerahkan oleh Al Quran melalui anjuran merenung agar bisa menyadari konsekuensi logis mutlaknya bahwa ...
- 🧩 Jika sempat pernah ada, berarti sempat pernah tiada lenyap kemana? Ke ketiadaan mutlak? Mustahil. Berarti lenyap ke ketiadaan relatif yang dari sudut pandang hukum fisika, lenyap dari aktual ke potensi
🎯 Relevansi
Konsekuensi logis mutlak lainnya
- 🧩 Jika sempat pernah ada, berarti sempat pernah ada dari mana? Ketiadaan mutlak? Mustahil. Berarti sempat pernah ada dari bukan ketiadaan mutlak
🎯 Relevansi
Jika pengetahuan kemutlakan ini dikumpulkan, maka ini merupakan rumusan yang juga ada di matematika & fisika. RUMUSAN FILOSOFIS YANG MUTLAK. MANFAATNYA❓
Filsafat menjadi lebih rasional & objektif, yang tak abstrak, sehingga rumusnya dapat dipakai untuk mengatasi kebingungan filosofis tanpa menimbulkan luka filosofis.
Itulah keunggulan matematika & fisika di atas filsafat (saat ini). Dimana matematika & fisika punya rumus yang konkret untuk mengatasi kebingungan, sehingga kebingungan matematikawan & kebingungan fisikawan tak seperti bingungnya filosofis yang bisa berlanjut ke luka psikologis
🔰 DI SINI PERLUNYA PARADIGMA BARU DALAM BERFILSAFAT (Relasi Filsafat, Fisika & Matematika) YAITU FILSAFAT YANG OBJEKTIF - KONKRET, MEMILIKI RUMUSANNYA SENDIRI YANG MERUPAKAN (BAHASA) KEMUTLAKAN
❇️ Jika disadari kedalaman ayat-Nya, maka nampak kemutlakannya dibalik dalil ❤️
HIRARKI AYAT - Latihan Menalar 1
❇️ Al Quran juga mengajarkan bahwa jika ada yang membingungkan maka cari keterkaitannya yang memiliki hirarki meliputi atas apa yang dibingungkan, agar tak keluar konteks
Yang dicontohkan melalui solusi memahami konteks mati-hidup di Al Quran yang tak bisa dikaitkan dengan adanya reinkarnasi di Islam (tak ada reinkarnasi di Islam)
Setiap ayat di Al Quran saling meliputi satu dengan lainnya dalam konteks yang berbeda
✅ Jika kita kesulitan memahami suatu ayat, maka bisa dicarikan ayat lain yang memiliki hirarki meliputi.
Ini penting, agar kita tidak memahami ayat di luar konteks
Sebagai contoh pada kasus reinkarnasi yang tidak diterima oleh Islam.
Masalah kepercayaan itu bisa berbeda, namun ketika dikaitkan dengan Islam serta merujuk ke Al Quran, maka perlu kehati-hatian agar tidak keluar konteks
〰〰〰
Ada ayat yg menegaskan kita hidup mati berulang kali. Apakah ini tanda adanya reinkarnasi?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 28)
Kita harus melihat inti pemahaman dari reinkarnasi. Jangan dipahami nanggung, nanti bisa tumpang tindih.
Reinkarnasi bukan sekedar hidup kembali, tetapi hidup untuk menyempurnakan kualitas hidup.
📌 Secara mendasar ini pemahaman utama terkait reinkarnasi.
- 1⃣ Hidup Kembali
- 2⃣ Menyempurnakan Diri
🔰 DI SINI KITA PERLU MENCARI AYAT YANG HIRARKINYA MELIPUTI
Ayat ini membantah adanya peluang untuk memperbaiki diri (membantah point 2⃣)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 99)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 100)
📌 Point 2⃣ ❌
🧩 Kesimpulan awal, "tak ada reinkarnasi" karena ada point inti yang tertolak
〰〰〰
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,"
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 72)
📌 Ada saat sebelum kita lahir, kita telah hidup untuk menerima amanah
✅ Kita tidak tahu pasti hidup mati berulang kali yg ditegaskan Al Quran itu demi proses apa saja, tetapi yg jelas bukan bertujuan yg mencirikan reinkarnasi
MENALAR KONSEKUENSI LOGIS MUTLAK — Latihan Menalar 2
📌 Saya akan tunjukkan bahwa menjadi bijaksana (versi intelektualnya yaitu berfilsafat) akan sedemikian mudah dipahami, meskipun topiknya sedemikian halus dan tetap konsisten, jika dilibatkan Al Quran. Konsisten, sehingga tak membingungkan yang tak membuang- buang waktu.
🔰 Al Quran melatih kita untuk melihat kemungkinan - kemungkinan dalam menalar
SEHINGGA SUATU ARGUMENTASI BUKAN SEKEDAR MENGGIRING KE SATU ARAH, MELAINKAN DARI ARAH MANAPUN BANTAHANNYA TETAP TERGIRING KE SATU ARAH KEBENARAN.
Bedakan antara argumentasi yang menggiring ke satu arah, sehingga bisa dibantah karena ada celahnya.
Berbeda dengan argumentasi yang justru TAK MENOLAK BANTAHAN. KARENA SEMUA BANTAHAN BUKANNYA DITOLAK TETAPI DITUNJUKKAN KONSEKUENSI LOGISNYA MENGARAH KE SATU ARAH KEBENARAN.
Itu yang dilakukan oleh Al Quran, sehingga dibalik dalil ada banyak ragam penjelasan dari berbagai sudut, baik subyektif maupun objektif (karena semuanya itu tetap mampu dipakai untuk menalar)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh.""
(QS. Fussilat 41: Ayat 11)
DI SINI KITA DILATIH UNTUK MAMPU MELIHAT
- 1⃣ Kemungkinan - Kemungkinan Secara Mutlak (Tiada Pilihan)
- 2⃣ Lalu Melihat Konsekuensi Logis Dari Kemungkinan Yang Ada
📌 Ada dua pilihan, yaitu "patuh" atau "terpaksa". Tak ada pilihan lain.
- ✅ “Terpaksa” lawannya “sukarela”, berarti kepatuhan harus sukarela (ikhlas).
Berarti yang patuh itu mengikuti, namun jika tanpa ketulusan, maka bukan kepatuhan, melainkan suatu keterpaksaan.
Jadi mengikuti itu masuk kategori keterpaksaan jika tanpa kerelaan, dan mengikuti masuk kategori patuh, jika disertai kerelaan
✅ Menalar dengan konsekuensi logis mutlak (bukan sekedar konsekuensi logis relatif) baru- baru ini viral diakui (meski sempat pernah vakum tak disadari akademi?) oleh dunia (meski masih terasa asing bagi mereka), yang diperkenalkan oleh Wolfgang Smith dengan konsepnya Vertical Causation
🔰 Bagaimana Berfilsafat Yang Objektif❓Harus Memiliki Rumusan Seperti Pada Matematika & Fisika.
☪ Dan sebenarnya Al Quran telah membantu agar mampu berfilsafat secara objektif, YAITU DENGAN DILENGKAPI DENGAN RUMUS YANG KONKRET YANG DALAM ISTILAH FILSAFATNYA YAITU KEBENARAN MUTLAK.
✅ Dan sekali lagi ..., itu dimulai dari menalar dengan Al Quran
❇️ Jika disadari kedalaman ayat-Nya, maka nampak kemutlakannya dibalik dalil ❤️