Apakah ukurannya anda disebut normal❓
Kita melihat dari sudut pandang kemutlakan.
📍Secara mendasar, secara kemutlakan, orang normal adalah orang yang mampu menyikapi hak & kewajibannya sesuai ukurannya masing-masing (sehingga nampak perilaku keadilannya)
📍Kalau dïtarik lebih dalam lagi, orang yang normal adalah orang yang baik (terhadap diri sendiri & lainnya)
📍Ditarik lebih mendasar lagi, orang yang normal adalah orang yg adil (terhadap diri sendiri dan lainnya)
Keadilan ...
📍Jika ditarik lebih dalam lagi, orang yang normal yang berarti orang baik yang berlandaskan keadilan, adalah ...
- 👉 Mereka yang rela berkorban demi menunjukkan cinta kasihnya kepada Tuhan & ciptaan-Nya = rela berkorban (dengan ikhlas) demi menunjukkan cinta kasihnya kepada Tuhan (melalui kepatuhan) & kepada ciptaan-Nya (sesuai kontekstualnya - tanpa melampaui batas)
❇️ Jika ditarik lebih mendasar lagi sampai batas terakhir kemutlakan, orang yang normal adalah mereka yang mampu bersyukur, mampu bersabar & memiliki harapan & punya kecemasan (demi kewaspadaan)
Sebagaimana PENGUASA JAGAD TEGASKAN ..
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 68)
- 👉 Di titik ini, kita tak bisa melakukan apapun kecuali hanya sebatas mensyukuri, bersabar & punya harapan & kecemasan.
❇️ Kalau dilihat dari sudut pandang kemutlakan dari sudut pandang kita sendiri terhadap kebenaran, maka dapat disadari dengan satu makna saja. Orang normal adalah mereka yang menyembah kepada-Tuhan
- 👉 Karena sikap menyembah kepada-Nya, akan meletakkan kita kepada keharusan menyucikan diri-Nya tanpa mempersekutukan Tuhan, yang dibuktikan melalui kepatuhan kepada-Nya dan kembali sebelumnya yaitu ke titik awal permukaan (dari sudut pandang interaksi kehidupan) yaitu melalui dimensi sikap lahir & batin yang mencirikan kebaikan yg berkeadilan. Demikianlah siklus dimensi memahami kehidupan dalam kaitannya dengan Tuhan
Fondasi Kebaikan Secara Praktis
Mereka yang normal, yang ... berarti orang baik, dan, ... tentu berkeadilan, adalah mereka yang meletakkan dirinya atau yg menjadi hak & kewajibannya, berada dalam keadaan ...
- 1⃣ Tidak berburuk sangka
(QS. Al-An’am 6: Ayat 136) - 2⃣ Rela berkorban
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 186) - 3⃣ Menjaga kewaspadaan
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 90) - 4⃣ Mengurangi resiko buruk
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 219) - 5⃣ Tidak melampaui batas
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 87)
Ini sebenarnya adalah sikap bersyukur, bersabar & harap & cemas (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 90)
〰〰〰
Demikianlah melihat standard kebenaran menyikapi kehidupan dari sudut pandang kemutlakan dan secara relatif (praktisnya).
Namun lebih luasnya penerapan dari dimensi kepraktisannya❓Seberapa jauh batas-batasnya❓KEMBALIKAN DETAILNYA KE AGAMA.
- 👉 Meskipun banyak tafsir atau aliran. Bahkan di luar agama juga banyak tafsir, dugaan yg kita lakukan. Bukan masalah. Sejauh sikap batin kita kembalikan kepada kemutlakan yaitu KEPATUHAN LAHIR & KEPASRAHAN BATIN, maka Insya Allah lebih sedikit resiko buruk dari penerapan salah tafsirnya.
Jadi jangan salahkan "salah tafsir", sedangkan kita setiap hari membiasakan mentafsiri keadaan orang lain.
Berbaik sangkalah bahwa semuanya itu bagian dari ujian melalui penampakan beraneka ragam pilihan yang harus kita pilih dengan sikap lahir & batin yang benar (bersyukur, bersabar & harap cemas)
KESIMPULANNYA❓
📍Semua hal tersebut yang telah dijelaskan adalah kesimpulan yang saling terkait satu sama lain dari berbagai sudut pandang. Namun jika ingin dilihat dari sudut pandang praktis, strategis sesuai konteks secara global ... ❓
✅ Standar kenormalan bukan dari psikologi, fisika, kimia, melainkan dari-Nya (Agama)
Polemik
Jadi ketika kita mencari solusi polemik seperti freethinker, lgbt, childfree, apalagi ...?❓Ini dan itu .,. bla bla bla. Pointnya sederhana .., solusinya kembali ke fondasi kebaikan secara praktis yang dapat dipahami secara mendasar ...
1⃣ Jangan memukul rata, karena itu melanggar prinsip "jangan berputus-asa"
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 28)
2⃣ Jangan membatasi proses. Waktu masih panjang seumur hidup. Dan karena itu melanggar prinsip "selalu ada kesempatan yang tak bisa diabaikan, ada tahapan yang harus dilalui"
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 106)
3⃣ Jangan menggampangkan, karena itu melanggar prinsip
- 👉 "Manusia harus diuji oleh Tuhan"
〰 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
- 👉 Kita juga harus menguji orang lain dalam konteks mendidik, melatih kesabaran & melatih ketrampilan. Bukan menguji memberi kesulitan di luar konteks kebaikan
〰 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 6)
Prinsip Dasar Tak Menggampangkan
Jadi, ketika seseorang mengalami kesulitan, jangan diuji dengan kesulitan lagi, karena yg berhak menguji hanya Tuhan
(QS. Al-An'am 6: Ayat 71)
- 👉 Kita tak berhak menguji hamba-Nya, kecuali dalam konteks mendidik. Artinya ❓Jangan sampai konteks mendidik di terapkan secara salah dengan memberi kemudahan kepada orang lain yang justru melampaui batas.
- 👉 Melampaui batas memberi kemudahan, sehingga justru tidak bermanfaat karena tidak mendidik (QS. An-Nisa' 4: Ayat 6) - menggampangkan dan ... bisa jadi itu merupakan bagian ujian dari-Nya yang bermanfaat untuk mendewasakan dirinya
❇️ JADI BERKEADILAN ITU BERSIKAP LAHIR & BATIN YANG MENAMPAKKAN TANDA-TANDA (prinsip-prinsip) KEBAIKAN.
- 👉 Yang dimensi kebaikannya sedemikian luas tanpa bisa seenaknya disempitkan (digampangkan)