Menguji Kebenaran Jawaban Tuhan
Kita bisa berbicara dengan Tuhan, lalu bagaimana kita paham bahwa itu dari Tuhan?
Ada beberapa cara?
- Gunakan kitab kebenaran untuk menguji validitas
- Gunakan penalaran
Ini meminimalisir, masih perlu yang lain:
3. Uji dengan mengikuti perintah" sederhana yang mudah dikuasai dan dengan dugaan resiko yang mudah diatasi.
Jika tahapan ini dilalui dan terbukti menolong ya berarti ada kepercayaan yang dapat kita pegang.
___
Kalau kita merasa ragu/gagal tes, maka biarkan, jangan ikuti, dan berdoa agar Tuhan memberi petunjuk. Nanti ada keadaan yang memaksa diluar kemampuan kita yang mengarah kepada penuntasan tugas.
Jadi kita tidak melaksanakan tetapi dipaksa yang tak dapat melawan, dan hasilnya baik. Itu salah satu cara Tuhan menaikkan kepercayaan hamba-Nya terhadap Tuhan-nya. Pada tahap ini resiko tanggung Tuhan, bukan tanggung kita sendiri. Apapun pemaksaan sudah menjadi resiko Tuhan, sehingga di sisi kita tidak ada resiko.
___
Cara terakhir, ini agak khusus, dimana perintah tidak diberikan secara lisan, tetapi dalam keadaan sang hamba ditarik mendekat kepada-Nya, sehingga sang hamba sadar bahwa itu bukan manusia, bukan jin, bukan malaikat, bukan halusinasi, bukan dari bawah sadar, bukan dari alam semesta, tetapi dari Zat Yang Maha Meliputi semuanya dan dengan penampakan KeMahaKuasaan-Nya, sehingga dengan sangat yakin dipastikan itu dari Tuhan (bukan makhluk & bukan materi). Pada level ini sang hamba memiliki keberanian untuk melaksanakan perintah-Nya karena sang hamba tahu bahwa Tuhan menjamin resiko ditanggung Tuhan sendiri.
Bagaimana mungkin tidak tertipu? Ketika kita mendengar petunjuk, maka sumbernya bisa dari mana saja, tetapi ketika kita telah meliputi jin+malaikat+alam-semesta, meliputi segalanya, maka dari arah mana lagi jin dapat menipu!
Contoh: kita dapat tertipu di hutan oleh penghuni hutan, tetapi ketika kedudukan kita melampaui hutan, maka penghuni hutan tidak berdaya menipu kita, tetapi penghuni diluar hutanlah sebagai pengganti calon penipu, tetapi sekali lagi, ketika kedudukan kita telah melampaui hutan+kota+negara+bumi+ semesta, lalu dengan mudah kita mengenali siapa sekarang yang terdekat dengan kita (Tuhan) — sedangkan mereka semua telah jauh dari jangkauan kita (dan merekapun telah jauh dari kemampuan menjangkau kita. Itulah keadaan fana lalu baqaa (jauh dari segala tipuan)
Ini tidak bisa dinalar/dipertimbangkan dengan cara apapun, tetapi HANYA DAPAT DIALAMI SENDIRI, sehingga sang hamba menyadari-Nya (dengan Haqqul Yakin).