DIALEKTIKA HEGEL

Seremonia
4 min readSep 14, 2019

--

Georg Wilhelm Friedrich Hegel, adalah filsuf Jerman. Dialektika menurut hegel adalah mencari sintesa dari dua hal yang saling bertentangan.

Saya melakukan pembahasan tentang dialektika hegel, dikarenakan ada kemiripan pada metodenya dengan apa yang selama ini saya lakukan dalam proses penalaran dengan gedanken experiment.

Bagi saya ini adalah proses saling membenturkan untuk melihat ke arah mana suatu kebenaran dan seberapa jauh kemustahilan dapat dipertahankan. Ini saya lalui melalui proses gedanken experiment, dan nanti akan kita lihat kemiripannya pada hegel.

Thesis-Antithesis-Synthesis

Secara sederhana:

melihat seberapa jauh "apa yang kita yakini" (thesis) berinteraksi dengan realita yang menentangnya (antithesis), menampakkan suatu perubahan (synthesis)

Hegel menegaskan konsep dialektika sebagai menganalisa perubahan dalam realita.

Berbeda dengan yang dipahami secara umum untuk mencari kebenaran.

Secara umum, untuk mengetahui kebenaran, dapat dilakukan dengan melihat ciri dari sesuatu.

Namun seiring dengan waktu, ciri tersebut dapat berubah. Yang dulunya seekor binatang dianggap liar (bebas), ternyata setelah dibenturkan dengan realita (dikekang/dilatih), menjadi binatang peliharaan (jinak). Lain dulu, lain sekarang.

Prinsip Identitas

A = A

  • Dalam logika formal A = A, dalam dialektika itu dibantah/disempurnakan. Perumusannya demikian. A (ketika dibahas dulu) ≠ A+ (baru saja).
  • Memang boleh jadi A dulu masih sama seperti A sekarang, tetapi boleh jadi, dengan tetap menunjuk ke hal yang sama dari waktu ke waktu, nampak perubahan/perbedaan. Mengapa?

Dibutuhkan paling tidak keadaan yang cukup stabil untuk menegaskan bahwa A = A (paling tidak lebih lama stabilnya dibandingkan dengan ketidak-stabilannya). Jangan sampai ketika kita menunjuk ke A (di depan banyak orang) ternyata bukan A - ada perbedaan (dalam persepsi orang yang sama). Terkesan adanya ketidak-konsistensian.

  • A (unsur radioaktif) ≠ A (terjadi peluruhan - ada perbedaan, ketidak-konsistensian)

Secara layman('s term), dapat dikatakan:

Untuk apa berkata A = A, kalau dalam kenyataannya tidak cukup menunjukkan konsistensi (tidak stabil), melainkan adanya perbedaan/perubahan. Demikian menurut hegel.

Kontradiksi

A ≠ B

Ini adalah pertentangan yang menyeluruh. Namun hegel meralat ini sebagai pertentangan yang tidak realistis.

Untuk apa menjelaskan bahwa "saya bukan dia"? “Apa maksud dari es bukan minyak"? Hikmah apa dibalik A ≠ B, jika B ternyata juga ada di A?

Kalau berdasarkan layman's term (secara layman), atau penjelasan intuitifnya (sederhananya):

Untuk apa kita berkata: "saya tidak buruk, saya tidak seperti yang kau sangkakan. Saya ya saya, bukan dia, jangan samakan. Saya berbeda dengan dia". Tetapi pada kenyataannya, apa yang tidak kita sukai ternyata ada/ditemukan pada diri kita. Ini suatu ketidak-bijaksanaan. Lebih baik katakan: "ada pertentangan pada diri saya, hanya saja saya mengolahnya demi kemanfaatan kita semua"

Negation of the Negation

Pada logika klasik A = A <=> A = ~~A

Namun pada logika idealisme (hegel) ~~A adalah synthesis antara A & B (dimana A & B merupakan pertentangan internal). Disini ada perbedaan cara membaca.

Layman’s term , negation of the negation

Menguji negasi (~A) dengan A, untuk memperoleh synthesis. Term negasi disini punya fungsi yang berbeda. Tidak sekedar menegasikan, tetapi benar" menginteraksikan - mengkonfrontir sesuatu B (~A) dengan A.

Sejarah dari Thesis-Antithesis-Synthesis

Sebenarnya konsep thesis-antithesis-synthesis berasal dari immanuel kant.

Hegel cenderung menggunakan term: abstract-negative-concrete.

Ada kemiripan diantara keduanya, dan karena immanuel kant menginspirasi hegel, dan konsep perluasan oleh hegel (abstract-negative-concrete) yang berbeda dari sudut pandang, cukup populer, maka hal ini mengaburkan.

Kepopuleran "abstract-negative-concrete" + kemiripannya dengan "thesis-antithesis-synthesis" + immanuel kant menginspirasi hegel, sehingga terjadi pergeseran, bahwa hegel identik dengan "thesis-antithesis-synthesis"

Tapi bukan masalah, sejauh "thesis-antithesis-synthesis" sejalan dengan "abstract-negative-concrete"

Perbedaannya adalah pada "abstract-negative-concrete", dimana "negative" berada pada "abstract", atau kalau menggunakan term versi kant, antithesis telah termuat dalam thesis (walau immanuel kant sendiri tidak menegaskannya).

Ini di isyaratkan oleh hegel, ketika kant menjelaskan tentang fenomena-noumena (fenomena = kasat mata, noumena = tak kasat mata), dimana hegel menjelaskan bahwa antara fenomena & noumena tak terpisahkan. Ada hubungan dalam.

Itu sebabnya hegel tidak menggunakan thesis-antithesis-synthesis, karena hal ini menyiratkan keterpisahan antara thesis-antithesis.

Phenomenology of Spirit - Petualangan Kesadaran - Gedanken Experiment

Kita kembali ke thesis-antithesis-synthesis terlebih dahulu, untuk menyederhanakan penjelasan.

Dari [thesis] <dibenturkan dengan realita> [antithesis] <menghasilkan> [synthesis] - suatu pencerahan (pengetahuan baru)

Synthesis yang diperoleh, dapat dianggap sebagai thesis yang baru, untuk dipertemukan dengan antithesis yang baru, agar diperoleh pencerahan baru (synthesis). Demikian prosedur ini diulang agar memperoleh pencerahan lebih jauh lagi tentang Absolute.

Prinsip Kebenaran & The Absolute

Jadi bagi hegel, kebenaran itu selalu berubah, kebenaran itu tidak abadi, karena kebenaran itu selaras dengan realita yang selalu berubah.

Berbeda dengan "The Absolute" yang merupakan Prinsip Pertama yang meliputi seluruh kebenaran.

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet