Directus -Persevero -Constans

Seremonia
10 min readMar 7, 2020

Conquer yourself! Diri yang terkuat bukanlah diri yang mengalahkan yang lain — tetapi diri yang menguasai diri sendiri.

Bagaimana kita mengalahkan diri sendiri, sedangkan yang kita kalahkan adalah diri sendiri yang kita sendiri telah mengenali diri kita sendiri? Mudah bukan? Tidak! Tidak semudah itu!

Mengalahkan diri sendiri adalah mengalahkan sesuatu yang bukan diri kita, sesuatu yang menjadi bagian dari diri sendiri. Bukankah bagian dari diri kita telah berkompromi dan secara otomatis mendukung diri sendiri? Ya!

Bukan adanya sesuatu bagian dari diri kita yang melawan kita. Bukan tangan yang bergerak di luar kehendak kita. Tetapi karena sesuatu bagian ini melawan Prinsip Kebenaran Ilahi. Di sini kunci permasalahannya. Itulah EGO.

Ego melawan diri kita untuk meraih pencerahan kebenaran.

Bagaimana cara menaklukkan ego? Ada banyak cara, tetapi cara tersulit dan terkuat adalah melalui pengekangan diri yang sangat kuat. Melalui fokus/meditasi/dzikir.

Ini seperti kepompong, ulat yang mengkarantina dirinya sendiri.

 —  — 

I am the most powerful not because of winning against you, but winning by conquer myself. But how could that be, since myself won’t battle against me?

Which part of myself against me? Nothing against us, just fighting against The Truth, just giving us obstacles in between me/you and our enlightenment.

It’s battle against our ego. And how do we conquer our ego? Simply by putting ourselves into quarantine, by meditating/dzikir/focus.

It’s like pupa/cocoon.

 —  — 

Bagaimana cara terkuat mengalahkan diri sendiri? Bagaimana cara terbaik bermeditasi/dzikir/fokus? Lakukan demi Tuhan, berfokuslah ke Allah

Meditasi adalah cara terbaik untuk menaklukkan diri sendiri, agar dinding penghalang (hijab) terbuka dan sinar kebenaran menampakkan ke diri kita.

Adakah cara fokus terbaik? Yang penting fokus ke Allah? Yang penting menyadari Keberadaan Allah? Yang penting merasakan Kehadiran Allah? Benarkah demikian?

Jika kita menghadapi Tuhan, hadapi secara langsung (directus) — tanpa jeda (persevero) — tanpa kombinasi (constans). Lihat Dia secara langsung. Puji Dia.

Jika kita bertafakkur tentang sifat-sifat Tuhan, boleh jadi kita mengamati ciptaan-Nya, tetapi ketika perhatian kita beralih ke Tuhan … maka hadapi Dia secara bertatap muka secara langsung — tanpa jeda — tanpa kombinasi!

Kombinasi antara ketenangan dengan perasaan selaras lainnya (penuh takjub, keterharuan) bisa saja meredup lalu menguat lagi, tetapi jangan berganti secara drastis — KECUALI KALAU DATANG DENGAN SENDIRINYA (dan kembalikan lagi ke perasaaa semula)

Bisa silih berganti tetapi dengan perbandingan yang sama — masih dalam satu jenis perasaan yang baik.

  • Bukan kombinasi yang melibatkan perasaan yang merusak [tenang: marah], [tenang: sedih], [tenang: ragu]
  • Tetapi kombinasi antara perasaan TENANG dengan yang saling mendukung [tenang: senang], [tenang: takjub]

Filosofinya adalah : ketenangan dengan kelembutan penghambaan — rendah diri pada-Nya serta penuh keyakinan dalam memandang-Nya secara penuh tanpa sedikitpun tercuri oleh perhatian ke nafas atau lainnya.

 —  — 

How do we challenge ourselves at best? What is the best meditating/dzikr/focus we can possibly try? Simply by doing it because of God, furthermore, meditating to God, focusing our awareness to God.

Meditating is the best way challenging/conquer ourselves, so that our obstacles covering ourselves will be opened, and we will be enlightened with the light of The Truth.

While meditating, can we just staring to God? Just looking at God in any possible way?

Don’t just do it, but do it correctly! By staring to God directly (directus) with full awareness — continuity without delay (persevero) — and consistent without distraction (constans)

The combination of calmness and other harmonious feelings (full of wonder, confidence) may fade and then strengthen again, but without changing drastically (if so, return it to the original feeling).

It can be combined but with the same comparison and at the same line.

  • Without conflicting each other [calmness:sadness], [amazed: doubtful]
  • But the combination of CALM with those supporting each other [calm: amazed], [calm: happy]

The philosophy is: calmness accompanied with tenderness and full of confidence in looking at God, fully without the slightest stolen by attention to breathing or the other.

 —  — 

Bagaimana penerapan prinsip langsung — kontinyu — konsisten dalam meditasi?

  1. Langsung — directus, maksudnya, MENGAMATI dengan kesadaran secara penuh kehadiran Tuhan di depan kita (saling berhadap-hadapan, atau ada Ke-Maha Kuasa-an Yang Mengamati kita)
  2. Kontinyu — persevero, maksudnya, PENGAMATAN tanpa jeda . Pengamatan tanpa terombang-ambing, pengamatan yang tenang, diam — kokoh
  3. Konsisten — constans, maksudnya, PERASAAN tanpa jeda. Perasaan yang tetap — stabil, tidak berubah-ubah. Tidak perduli walaupun itu perasaan yang baik, tetapi jangan berubah-ubah. Perasaan yang luhur — baik — sempurna, tetapi sesaat semangat — sesaat lagi tenang, sesaat pasrah — sesaat lagi tenang, sesaat penuh cinta — sesaat lagi penuh keyakinan.

 —  — 

How do we put the basic principle of meditating (conquer ourselves) into the action?

  1. Direct — directus, it means, STARING to God without doubt, fully aware (face to face, or like being seen by The Almighty)
  2. Continuity — persevero, it means, seeing/looking at/watching/STARING without delay. How? It’s the way we do without being distracted. Although we can follow, but without moving/swing, steady, stay still and calm.
  3. Consistency — constans, it means, single FEELING being attached without changing. Although those are good feelings but changing one to another, from “loving” changing into “confidence”, from “believe” into “loving” … is prohibited.

 —  — 

Bagaimana agar kita mampu melaksanakan 3 prinsip meditasi?

  1. Meminta bantuan kepada Tuhan, karena di jalan Ke-Tuhanan, ada tahapan yang hanya dapat dilewati melalui tarikan Ke-Tuhanan. Tidak oleh bawah sadar maupun tidak juga oleh supra sadar. Kita tidak mengklaim 100% sebagai daya upaya kita. DILAKUKAN SETIAP KALI MENGALAMI KESULITAN, dan kembali lagi ke (melanjutkan) meditasi.
  2. Memperkuat daya kehendak untuk memperjelas kehadiran Tuhan (directus)
  3. Menghayati/merenungi Sifat-sifat Tuhan memperjelas kehadiran Tuhan (directus)
  4. Tegaskan secara kuat ke diri sendiri/ego, bahwa “jangan kamu mengganggu aku, diam!!!”. Bukan marah ke ego, tetapi menegaskan dengan kewibawaan penuh bahwa kamu (ego) tidak berhak merebut/mengganggu hak-ku — kontinyu (persevero)
  5. Kurangi perasaan yang datang (walaupun baik) silih berganti menjadi hanya satu perasaan. Jika intensitas perasaan menurun, maka dorong/kristalkan/padatkan dengan daya kehendak — konsisten (constans)

Simak detailnya di Esensi Fokus

 —  — 

Mastering 3 principles of meditation, how?

  1. Pray to God. But how can i, since i am atheist? Just pretend there is God, continue your urge with your motivation by testing to find out whether there is God or not! Do this (pray) each time we get any kind of obstacle while meditating, and back to your meditation
  2. Strengthen your urge, will-power , realizing the present of God strongly — direct (directus)
  3. Think of The Almighty — how, feel that with high intensity — deepening — direct (directus)
  4. Strongly affirm to yourself/ego, silently “do not disturb me, stop!!!”. Not to be angry with the ego, but affirm with full authority that you have no right to seize my rights — continuous (persevero)
  5. Reduce the feelings that come and go (albeit good), by turn those into just one (single) feeling. If the intensity decreases, then try to push/crystallize/solidifies with your will-power — consistent (constans)

Learn the detail on how to do it in The Essential Focus.

 —  — 

Adakah cara lain yang lebih mudah selain dari cara pertama (cara sebelumnya)? Ada, dua cara:

  1. Bermeditasilah/berzdikirlah/berfokuslah detik tiap detik dengan kepasrahan yang penuh harap agar dikabulkan dan cemas — khawatir tidak dikabulkan
  2. Bermeditasilah/berzdikirlah/berfokuslah detik tiap detik dengan memohon ampunan agar tidak menjadi orang yang merugi karena gagal tidak dikabulkan

Dua cara ini dapat dilakukan saling bergantian. Ini adalah cara Kepasrahan, sedangkan sebelumnya adalah cara Romantisme.

 —  — 

Is there any other way easier than previously described? Yes, there are!.

  1. Meditate by intensifying our hope, surrender — hoping God with help, combined with anxiety — afraid of being denied by God
  2. Meditate by begging for forgiveness with the hope that we won’t be losers/bankrupt just because our trouble won’t be solved/takcled by God

 —  — 

Apa yang membedakan cara romantis atau cara kepasrahan dibandingkan cara lain? Sederhana. Kita dapat berbicara dengan Tuhan dibalik tabir (melalui supra sadar), dari titik ini, kita dapat melihat perbedaan yang mencolok. Ada banyak, tetapi saya fokuskan ke hal utama:

  1. Cara romantisme/kepasrahan = Tuhan aktif bertanya/mengancam/mendidik untuk membaikkan adaptasi dan keadaan kita | Tanpa romantisme/kepasrahan = Jika kita tidak aktif bertanya/memohon, maka Tuhan akan berdiam diri, kalaupun Tuhan aktif tetapi sangat jarang.
  2. Cara romantisme/kepasrahan = Segala peri kehidupan terisi dengan keanggunan/kelembutan | Tanpa romantisme/kepasrahan = Ada satu sisi yang cenderung menampakkan keadaan spiritual yang meletup-letup atau cenderung penuh gaya (ini dikarenakan Tuhan tidak sepenuhnya berperan, masih ada saat ketika Tuhan membiarkan kita dalam cengkeraman supra sadar (di titik ini bahkan Tuhan belum tentu memberitahu hamba-Nya, Tuhan berdiam diri)

Simak detail tentang hal ini agar lebih jelas Tuhan — Supra Sadar — Bawah Sadar

 —  — —

What’s the different in between two methodes (romantic & surrender), compared to other possible ways? Simply put, we can only talk to/asking God through superconscious. Here, we can spot the differences:

  1. The way of romanticism/surrender = God actively asks/threats/educates to improve our adaptation and circumstances | Without romanticism — without surrender = If we are not actively asking/begging, then God will remain silent, even if God is active but very rare.
  2. The way of romanticism/surrender = All aspects of life are filled with elegance/tenderness | Without romanticism — without surrender= There is the other side tends to manifest a kind of stylist/not elegant that maybe found on a specific community — not introverted (this is because God does not fully play a role, there is still a time when God let us in the grip of supra conscious (at this point even God does not necessarily tell this case, silent — soft abandonment)

 —  — 

Jangan lupa tentang NIAT. Jika berniat ihsan untuk mengenal Tuhan -> akan mengenal Tuhan | berniat memahami kebenaran semesta -> akan dapat sekedar memahami semesta | berniat memahami tentang Kebenaran -> tidak akan sampai ke Tuhan. Berhati-hatilah dalam berniat agar tidak membuang-buang waktu. Selama niat kita tidak terbersit melibatkan keingintahuan tentang Tuhan, maka tidak akan pernah sampai/mengenal-Nya.

Yang terakhir adalah penyempurnaan. Jika kita cukup puas dengan yang kita peroleh, maka berhenti sampai disini, tetapi jika kita berdoa berharap memperoleh Kebenaran yang lebih dalam, maka cepat/lambat kita akan memperoleh Kebenaran tentang Tuhan (walau awal niatnya tidak melibatkan keingintahuan tentang Tuhan).

Mengapa fokus menggunakan penguatan daya kehendak, selain yang terbaik, walau agak sulit mengatur daya kemauan/tekad (tetapi), termasuk yang terkuat dalam menghalau gangguan pikiran/ego. Karena pikiran kesana-kemari terjadi karena adanya dukungan daya pikir (melalui kehendak), sehingga ketika seluruh daya kehendak di tekan (push) - diarahkan, dialirkan (hampir) seluruhnya ke satu arah untuk penguatan kehadiran Tuhan di depan kita, maka hampir seluruh energi kehendak tidak ada sisa yang dapat dipakai untuk berpikir kesana kemari, sehingga secara otomatis melemahlah daya pikir, dan mudah difokuskan.

Awalnya agak berat menguatkan tekad, tetapi pada akhirnya, cukup sedikit dorongan (seperti latihan berjalan) dan sudah bisa menjaga fokus, sehingga ada banyak waktu untuk di isi pujian ke Dia.

Mengapa fokus menggunakan penguatan daya kehendak, selain yang terbaik, walau agak sulit mengatur daya kemauan/tekad (tetapi), termasuk yang terkuat dalam menghalau gangguan pikiran/ego. Karena pikiran kesana-kemari terjadi karena adanya dukungan daya pikir (melalui kehendak), sehingga ketika seluruh daya kehendak di tekan (push) - diarahkan, dialirkan (hampir) seluruhnya ke satu arah untuk penguatan kehadiran Tuhan di depan kita, maka hampir seluruh energi kehendak tidak ada sisa yang dapat dipakai untuk berpikir kesana kemari, sehingga secara otomatis melemahlah daya pikir, dan mudah difokuskan.

Awalnya agak berat menguatkan tekad, tetapi pada akhirnya, cukup sedikit dorongan (seperti latihan berjalan) dan sudah bisa menjaga fokus, sehingga ada banyak waktu untuk di isi pujian ke Dia

Semoga Tuhan memberkati kita dengan keadilan yang membijaksanakan kita sehingga tercurahlah/nampaklah kasih-sayang bagi diri kita sendiri dan yang lainnya.

 —  — 

Do not forget about INTENTION. If you want to know about God -> you will know God | you want to understand the truth of the universe -> will be able to understand the universe | you want to understand the Truth -> It will not guide you to God. Be careful in intending, not to waste time. As long as our intentions do not involve curiosity about God, you won’t get to know/reach to God.

Last but not least, PERFECTION — refinement. If we are satisfied enough with what we have, then you’ll get what you want not less/more — stop there. But if we pray to hope for a deeper Truth, then sooner or later we will acquire the Truth about God (although at the beginning of your intention, that does not involve curiosity about God).

Why focus on strengthening our will-power, not only the best way, although it is a bit difficult to intensify our will-power (but), including the strongest in deterring ego/monkey-mind. Because monkey-mind was supported by our own will-power, so that when the whole power of will is pressed - directed, drained (almost) entirely in one direction for the strengthening of the presence of God, then there is no (almost) left of all will-power that can be used to think back and forth, so it automatically weakens our wild thinking, and easily for us to focus.

At first it was a bit heavy to strengthen determination, but in the end, it was quite a bit of powerful (it’s like practicing walking), we ĵust needed a little bit push, and we could walk/focus, so there will be plenty of time to be filled doing “praise to God”.

May God bless us with justice that put us into wisdom to a fully compassion for ourselves and any other things

Fokus Terbaik & Termudah

Focus, The Best & The Easiest

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet