Fokus

Seremonia
6 min readMar 18, 2020

Apakah itu? Mengapa & Bagaimana? Konsekuensinya?

Apakah Fokus Itu?

Fokus berarti mengarahkan kesadaran kita ke sesuatu/Tuhan. Dalam hal ini dimaksudkan adalah dzikir, yaitu fokus ke Tuhan.

Dzikir disini bukanlah sekedar mengulangi bacaan (pujian), tetapi dzikir yang disertai Ihsan (melihat/dilihat Tuhan).

Apakah Manfaat Tertinggi Dari Fokus? Mampu berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَا ثْبُتُوْا وَا ذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۚ

yaaa ayyuhallaziina aamanuuu izaa laqiitum fi`atan fasbutuu wazkurulloha kasiirol la’allakum tuflihuun

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung."

(QS. Al-Anfal 8: Ayat 45)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Banyak berzikir akan mengakibatkan keadaan zero mind (fana) - secara alamiah.

Ketika zikir dilakukan dengan ihsan dalam waktu yang ditentukan secara rapat jaraknya (dengan ingat/melihat Allah) per detik atau hampir per detik (sebanyak-banyaknya), maka terjadi kondisi zero/nol/kosong/non-egoistik/(hampir) fana. Ini alamiah — tidak direkayasa, hukum alam.

Zero mind – fana, ketika hanya menyadari Tuhan, semua lenyap.

Allah SWT berfirman:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَا نٍ ۖ

kullu man 'alaihaa faan

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa,"

(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 26)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Allah SWT berfirman:

وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَا لْاِ كْرَا مِ ۚ

wa yabqoo waj-hu robbika zul-jalaali wal-ikroom

"Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."

(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 27)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Allah SWT berfirman:

فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukazzibaan

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 28)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Allah SWT berfirman:

وَمَا كَا نَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحْيًا اَوْ مِنْ وَّرَآئِ حِجَا بٍ اَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا فَيُوْحِيَ بِاِ ذْنِهٖ مَا يَشَآءُ ۗ اِنَّهٗ عَلِيٌّ حَكِيْمٌ

wa maa kaana libasyarin ay yukallimahullohu illaa wahyan au miw warooo`i hijaabin au yursila rosuulan fa yuuhiya bi`iznihii maa yasyaaa`, innahuu 'aliyyun hakiim

"Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana."

(QS. Asy-Syura 42: Ayat 51)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Disinilah kita memiliki peluang untuk berjumpa dengan Tuhan, melalui keadaan fana yang berlanjut ke baqaa. Dengan daya upaya fokus atau bentuk ibadah kebaikan lainnya yang memang diniatkan ke arah sana.

Allah SWT berfirman:

فَلَوْلَاۤ اَنَّهٗ كَا نَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ ۙ

falau laaa annahuu kaana minal-musabbihiin

"Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah,"

(QS. As-Saffat 37: Ayat 143)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Allah SWT berfirman:

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖۤ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ ۚ

lalabisa fii bathnihiii ilaa yaumi yub’asuun

"niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit."

(QS. As-Saffat 37: Ayat 144)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Perlukah Fokus?

Secara filosofis yang benar, kita perlu Tuhan, karena kita lemah. Tuhan mengetahui yang terbaik. Lalu ketika Tuhan memberi peluang bagi kita untuk tersambung, ternyata kita lalai.

Di lain situasi, kita marah kepada Tuhan atas ketidak-adilan dan lainnya. Jawaban mereka — sederhana, "tanya saja ke Tuhan!"

Banyak mereka yang bangga dapat menjalin hubungan dengan:

  1. Artis
  2. Pejabat
  3. Presiden
  4. Jin Muslim/Beragama

Tetapi lebih memuaskan jika kita dapat menjalin hubungan dengan Tuhan:

1. Curhat? Lari ke Tuhan

2. Bingung? Lari ke Tuhan

3. Tanya ini-itu? Lari ke Tuhan

Allah SWT berfirman:

فَلَوْلَاۤ اَنَّهٗ كَا نَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ ۙ

falau laaa annahuu kaana minal-musabbihiin

"Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah,"

(QS. As-Saffat 37: Ayat 143)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Allah SWT berfirman:

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖۤ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ ۚ

lalabisa fii bathnihiii ilaa yaumi yub’asuun

"niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit."

(QS. As-Saffat 37: Ayat 144)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Jadi, manfaat fokus mampu meraih pertolongan Allah.

DAN PADAHAL MEDITASI/DZIKIR/FOKUS ini bukan sesuatu yang aneh, justru diperintahkan di setiap agama

  • Dalam Hindu/Buddha, mereka merapikan pikiran, fokus.
  • Dalam Islam, ada yang namanya dzikir — ihsan
  • Dalam Kristen, ada yang namanya berdoa

Entah siapa yang berdoa dan entah agamanya apa, terlepas perdebatan mana Tuhan Yang Benar, tetapi selama mereka berniat ke Tuhan, maka Tuhan akan mengabulkan. Mengapa?

Karena bagaimanapun model Tuhan kita, tetapi masih menyangkut ke Tuhan Yang Satu, yaitu Sesuatu Yang Maha Berkuasa - Menguasai segalanya atau Tuhan Yang Maha Besar (walau titik fokusnya ke arah tertentu - atas atau arah manapun).

Berbeda jika mereka berdoa dengan konsep tuhan yang menguasai wilayah sempit, atau menganggap ada tuhan di diri sendiri, atau menganggap alam semesta yang mengatur (semesta berbicara dan sejenisnya), maka bawah/supra sadar yang mengambil alih.

Pada kasus contoh di atas, si pendoa berdoa dengan konsep Tuhan Maha Berkuasa - Maha Besar, jadi Tuhan Yang Satu, akan bereaksi.

Terlepas, apakah kita percaya kepada Tuhan atau kepada semesta, intinya kita menyadari kelemahan diri, dan sebaiknya terhubung ke Kekuatan Yang Meliputi melampaui segala jenis makhluk. Sesuatu kekuatan yang memiliki sudut pandang yang luas.

Mereka berdoa pagi, siang, malam kepada Tuhan, tetapi mendadak kecewa dan protes. Seandainya mereka bisa langsung bertanya ke Tuhan, selesai sudah, tuntas permasalahan.

Seandainya mereka juga dapat berdialog dengan Tuhan kapanpun mereka mau, tentu lebih mudah terdidik secara langsung oleh-Nya. Kebenaran Kitab Suci akan terbuka.

Tidak berarti kita dapat bebas melakukan apapun yang kita sukai, karena ada Tuhan disamping kita membantu. Tetapi paling tidak kita terarah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Allah SWT berfirman:

وَمَا كَا نَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحْيًا اَوْ مِنْ وَّرَآئِ حِجَا بٍ اَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا فَيُوْحِيَ بِاِ ذْنِهٖ مَا يَشَآءُ ۗ اِنَّهٗ عَلِيٌّ حَكِيْمٌ

wa maa kaana libasyarin ay yukallimahullohu illaa wahyan au miw warooo`i hijaabin au yursila rosuulan fa yuuhiya bi`iznihii maa yasyaaa`, innahuu 'aliyyun hakiim

"Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana."

(QS. Asy-Syura 42: Ayat 51)

Memang tidak mudah melakukan fokus, tetapi tidak berarti sulit untuk berhasil.

Yang jadi masalah bukan "sulitkah bermeditasi?" , tetapi "perlukah/haruskah kita bermeditasi?" 😊

Jika kita punya daya kehendak yang kuat, maka besar peluang untuk meraih keberhasilan.

Tidak ada yang sulit dalam bermeditasi, cuma perlu ... latihan dan latihan ... dan latihan .... dan latihan ......... latihan ........ latihan, terus latihan dan terus .... latihan ... latihan dan latihan ...

Sekali berjuang dengan keras, agar tersambung ke Allah, maka selanjutnya lebih mudah.

Kita tidak perlu lagi bersusah payah menebak apa maksud Tuhan. Mudah melihat hikmah dari sesuatu.

Dan ketika kita meninggal, kita tidak seperti orang asing, kita telah mengenal Tuhan. Lebih mudah urusannya.

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ۖ

yaaa ayyatuhan-nafsul-muthma`innah

"Wahai jiwa yang tenang!"

(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27)

Allah SWT berfirman:

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ

irji’iii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."

(QS. Al-Fajr 89: Ayat 28)

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

yaaa ayyuhallaziina aamanudkhuluu fis-silmi kaaaffataw wa laa tattabi’uu khuthuwaatisy-syaithoon, innahuu lakum 'aduwwum mubiin

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)

* Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

Jadi, perlukah fokus? Wajib! Harus! Karena Tuhan Mewajibkan/Mengharuskan.

Berikut ini pembahasan yang terkait dengan fokus, dilihat dari berbagai sisi, agar kita dapat melihat permasalahan kebenaran (veritas – secara lebih luas) fokus/meditasi/dzikir secara jujur (probitas – apa adanya) dan adil (iustitia - sesuai kemampuan kita dalam mempraktekkannya).

Index

  1. Directus Persevero Constans (Sikap Dalam Fokus)

+Ihsan Sejati

+Esensi Fokus (Upaya Dalam Fokus)

— Daya Kehendak

— Getaran Rendah (Mengurangi Ego Secara Drastis)

— Pengakuan Dosa (Curhat Ke Allah)

 — Mempermudah Fokus

 +Fokus Penghambaan (Ragam Cara Fokus)

— Volenti Via Est (Bercermin Melalui Kesungguhan)

2. Meluruskan Pemahaman Hukum Semesta

+Archimedes & Meditasi

+Archimedes & Daya Kehendak

3. Tuhan – Supra Sadar – Bawah Sadar (Konsekuensi Hasil Fokus)

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet