Kata "cemas" punya relevansi dengan "takut", "berhati-hati" atau "waspada"
Cemas itu keadaan hatinya. Takut itu keadaan hatinya. Berhati-hati atau waspada itu akibatnya.
Karena cemas maka harus berhati-hati. Karena takut maka harus waspada. Ini kata siapa❓ Bukan kata saya, tetapi nalarnya dari Allah.
Ketika kata "takut" dipadukan dengan "harap" maka ada dua keadaan di sini.
- 1⃣ Keadaan yang memungkinkan sehingga bisa diharapkan &
- 2⃣ keadaan cemas atau takut atau khawatir adanya kegagalan dari yg diharapkan
Ketika dua hal yg bertentangan disatukan, tentu memerlukan ponghubung. Mirip dua cairan yg sulit disatukan perlu "emulsi" agar bisa tercampur dengan sempurna.
Demikian pula "harap" + "cemas", jika disatukan perlu penghubung yaitu "kewaspadaan"
Tetapi di sini bukannya "harap" + "berhati-hati", melainkan "harap" + "cemas". Karena jika "cemas" atau "takut" diganti dengan "berhati-hati" konteksnya sudah berubah.
Berpikir Atau Merasakan
Kehati-hatian tak mengharuskan ketakutan, mengapa? Saat kita berhati-hati maka kesadaran kita sepenuhnya mewaspadai keadaan. Pemikiran lebih berperan di sini dibanding perasaan. Meskipun sesaat ada rasa ketakutan, namun lebih dominan "pengamatannya".
Namun jika penekanan pada "ketakutan", maka perasaan lebih ditekankan di sini. Tentu ada maksudnya mengapa Allah menyatukan antara "harap" & "cemas".
Ketika seseorang berharap, berarti secara pemikiran atau secara dorongan hasrat, telah memungkinkan sesuatu hal. Dalam arti, sesuatu itu dianggap mungkin, tak mustahil. Lalu apa peran "takut" di sini❓Yaitu agar meragukan apa yg diharapkan. Dua hal yg (dianggap) tak sejalan bisa disatukan dengan perantaranya, yaitu "kewaspadaan"
Jadi agar "harap" + "cemas" membawa keberhasilan, diperlukan kewaspadaan. Namun mengapa bukan "harap" + "berhati-hati"❓
Ini agar ketika kita bertindak secara mental atau fisik, kita tetap berada dalam kekuatan siaga yg penuh
Kecemasan, Ketakutan & Was-Was, Kecurigaan & Berburuk Sangka
Keraguan
📍Secara mendasar, semua perihal was-was, kecurigaan & berburuk sangka, memiliki satu kesamaan yaitu meragukan kemungkinan dari sesuatu hal.
- 👉 Sesuatu dimungkinkan, namun dicurigai, diburuk sangkakan, dilanda was-was, sehingga diragukan kemungkinannya
Ketakutan
📍Jika kemungkinannya tak diragukan maka tak akan ada kecemasan, tak akan ada ketakutan, tak akan, melainkan hanya ada ketenangan
Penyebab Keraguan
Ketika pengamatan tak teliti, maka timbul keraguan. Keraguan menandakan adanya kebuntuan dalam memikirkan solusi atau kebuntuan dalam perasaan yang terasa janggal dalam mempersepsi suatu keadaan.
Keadaan bimbang ini jika dibiarkan akan menimbulkan dampak panasnya otak karena tak ada aliran energi yang terlepas. Semakin lama kebingungan, semakin besar beban mentalnya.
Mengatasi Keraguan
Agar kebuntuan ini bisa dikurangi, maka diperlukan kompensasi pelepasan beban melalui pemikiran atau insting.
- 👉 Secara pemikiran, keraguan bisa diatasi dengan menjauhkan dari hal yang meragukan dan fokus ke hal lain
- 👉 Secara insting, keraguan akan menimbulkan reaksi "takut", "cemas"
〰〰〰
Jadi was-was itu suatu bentuk keraguan, sedangkan takut atau cemas dan sejenisnya adalah dampak alamiah dari was-was.
Mereka yg was-was cenderung menimbulkan ketakutan.
Mereka yang penuh keraguan, ada pengaman instingtif melalui dimunculkannya perasaan takut.
Ketakutan ini alarm alamiah agar apa yang diragukan tidak diteruskan, agar yg diragukan ada waktu untuk dipertimbangkan.
Bentuk lain mengatasi keraguan yaitu dengan membulatkan (memastikan) dengan berbaik sangka.
Was-Was
Kalau kita was-was wudhu kita tak sempurna, lalu diulang terus-menerus, maka hentikan sikap ini (berburuk sangka) dengan lawannya (berbaik sangka). Anggap saja wudhunya telah tuntas lalu memohon ampun dan lanjutkan sholat
Kembali ke masalah "was-was" dari bisikan setan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk."
(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 37)
Setan menggoda melalui berbagai cara, namun secara mendasar, tujuannya adalah untuk menghalangi dari jalan kebenaran
Ketika seseorang dihalangi dari petunjuk, maka seseorang tak mendapatkan pengetahuan seutuhnya, dan ini akar dari keraguan
Jadi bisikan setan yang dikenal sebagai was-was itu secara mendasar adalah bisikan yg bertujuan menimbulkan keraguan. Keraguan itu berada di level pemikiran yang buntu.
Sedangkan kecemasan atau ketakutan bukan masuk kategori pemikiran yang buntu, melainkan perasaan tidak tenang sebagai akibat dari keraguan
Melihat Secara Terpisah
Lalu, mengapa ketika berdoa harus melibatkan kecemasan❓
Lalu, mengapa ketika berdoa harus melibatkan ketakutan❓
Jika kecemasan atau ketakutan menandakan adanya keraguan, mengapa saat berdoa harus meragukan apa yg didoakan❓
Takut Yang Diberkahi
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Allah pasti akan menguji kamu dengan hewan buruan yang dengan mudah kamu peroleh dengan tangan dan tombakmu agar Allah mengetahui siapa yang takut kepada-Nya, meskipun dia tidak melihat-Nya. Barang siapa melampaui batas setelah itu, maka dia akan mendapat azab yang pedih."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 94)
Ini salah satu bahwa ketakutan adalah tanda keimanan. Meskipun mereka bisa memperoleh dengan mudah, tetapi punya rasa takut akan ketakberdayaan diri dan keimanan bahwa semua karena kekuasaan-Nya
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
Jadi ketakutan kita kepada-Nya menjadi tanda keimanan kita terhadap kuasa Tuhan yang menentukan berhasil tidaknya harapan kita
Ketakutan kepada-Nya juga menjadi sarana menguji seberapa jauh kesabaran kita melewati ketakutan.
Singkatnya, ketakutan bisa punya arah yg berbeda dalam proses kepatuhan kita kepada-Nya
Harapan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)
Demikian pula, punya harapan menjauhkan dari keputus-asaan
Keseimbangan Dalam Berdoa
Ketika berdoa hanya dipenuhi harapan tanpa ada rasa takut, maka doanya cenderung doa penuh keyakinan akan dikabulkan
Padahal Allah meneguhkan kekuasaan-Nya
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 68)
Kita hanya berharap tetapi tak bisa memastikan keberhasilan terkabulnya harapan kita. Lalu apa hubungannya dengan ketakutan & harap dalam berdoa❓
Dengan diiringinya harapan + ketakutan, maka kepercayaan diri kita diletakkan kepada keimanan akan kuasa Tuhan mengabulkan apa yg didoakan, tetapi belum tentu dikabulkan apa yg kita doakan.
- 👉 Allah Maha Kuasa, namun tidak berarti mengikuti kehendak kita,
- 👉 ... yang berarti, kita punya harapan, tetapi harus cemas bahwa belum tentu diberi
Komposisi
Di sinilah Al Quran melatih menalar kita dengan komposisi.
Harap + Cemas
Sikap "harap" dipadu dengan "cemas" akan memberikan = kepasrahan
Harap + Waspada (KeHati-Hatian)
Ketika harapan kita dipadu dengan kehati-hatian maka tak ada jaminan adanya ketakutan.
Kita bisa bermain aplikasi komputer, dan punya harapan untuk menang, sehingga harus berhati-hati dalam permainannya agar tidak mudah kalah, namun tak ada jaminan munculnya rasa takut. Bisa saja kita bermain digital, dengan kehatia-hatian tanpa ada rasa takut.
Namun dalam berdoa diperlukan sikap ...
- 1⃣ percaya akan kekuasaan Tuhan, namun juga (di sini tidak memerlukan ketakutan)
- 2⃣ tak percaya diri atas hak pengabulan bagi diri kita (di sini perlu adanya rasa takut)
Itu sebabnya konsep takut dalam berdoa memang tidak bisa diartikan sebagai kehati-hatian, meskipun rasa takut bisa menimbulkan kewaspadaan.
Hal ini ditegaskan lagi oleh-Nya ...
Allah SWT berfirman ...
"..., karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).""
(QS. Hud 11: Ayat 61)
Di sini jelas sekali betapa perlunya memohon ampun agar doa dikabulkan.
Dan mereka yang tak takut kepada Tuhan-Nya adalah mereka yg mengira tak punya dosa dan mengira layak memperoleh jawaban doa dari-Nya. Maka permohonan ampun kepada-Nya dalam berdoa hanya bisa terjadi jika kita sadar akan kesalahan dan takut kepadaNya.
- 👉 Karena ada mereka yg sadar akan kesalahan dirinya namun tak memohon ampun kepada-Nya karena tiada rasa takut
✅ ... maka rasa takut dalam berdoa diperlukan agar mampu memohon ampun kepada-Nya
Itu sebabnya di setiap pengungkapan saya di seluruh bagian penulisan yang melibatkan ketakutan atau kecemasan, harus disertakan pula prinsip "harap" (harap-cemas), karena di sini Allah mengajari komposisi, dimana
- 1⃣ ... untuk setiap harapan kita, harus disertai kecemasan, agar harapan tak menjadi keangkuhan,
- 2⃣ ... sedangkan kecemasan perlu disertakan harapan, agar perasaan bersalah kita adalah sebatas pengakuan dosa dan tidak melampaui batas menimbulkan keputus-asaan