Hati Yang Kosong

Seremonia
2 min readFeb 18, 2020

Ada saatnya hati kita kosong, hampa. Tiada terisi oleh apa? Benarkah hati dapat hampa?

Kekosongan adalah keberadaan, bukan ketiadaan. Kalau kekosongan adalah ketiadaan, pertanyaannya: “dimana letaknya kekosongan?” Ada itu disana kekosongan. Kalau tiada maka tiada bertempat.

Ketiadaan tidak ditemukan di antara keberadaan.

Sama halnya, tidak ada gelas yang kosong dari apapun. Bahkan para ahli mulai menyadari bahwa ruang hampa adalah tidak benar-benar hampa. Ada fluktuasi energi disitu.

Perubahan menuju kekosongan akan tergantikan dengan hal lain yang mengisi dan lebih lembut — lebih halus. Begitu seterusnya.

Satu partikel akan dianggap kosong ketika menemukan partikel lain sebagai penyusunnya.

Atom itu ada, dan menjadi kosong (seolah tiada) setelah ditemukan materi yang lebih kecil lagi sebagai penyusunnya.

Menghilangkan sebenarnya bukan merupakan proses peniadaan, melainkan hanya zooming (perbesaran). Mengapa? Bagaimana kita dapat melenyapkan sesuatu, kemana? Melenyapkan sesuatu ke ketiadaan? Mustahil. Melenyapkan sesuatu ke keberadaan? Sama saja sesuatu tersebut tetap ada.

Huruf A itu ada, tetapi ketika kita meniadakan huruf A, maka huruf A tetap ada, hanya berpindah lokasi (di kesadaran kita). Kecuali kalau kita lupa? Tidak juga, itu hanya karena tidak ingat.

Hilangnya Huruf A juga dapat dipahami sebagai ketiadaan kesadaran kita terhadapnya. Dan segera tergantikan oleh hal lain.

Gelas kosong, sebenarnya tidak kosong, tetapi terisi udara.

Huruf A hilang, tetapi kita melihat titik-titik penyusun yang lebih kecil.

Setiap bentuk kekosongan akan tergantikan oleh hal lain yang lebih kecil/halus.

Jawab: demikian pula hati yang kosong, tidaklah benar-benar kosong. Tanya: tetapi hati saya benar-benar kosong — hampa.

Jawab: Sebenarnya tidak kosong, ada rasa disitu, rasa hampa. Ada perasaan yang lebih halus disitu menggantikan kehampaan, yaitu perasaan tenang. Hanya saja kita tidak terbiasa sepi. Hati terbiasa penuh gejolak, lalu diri berusaha berontak mencari isi.

Padahal hati telah terisi oleh ketenangan, hanya saja tidak terbiasa oleh ketenangan yang sepi

Tanya: bukan seperti itu, hati ini benar-benar kosong, kalaupun dianggap berisi, ya sebenarnya terisi oleh kekecewaan.

Jawab: Kekecewaan terjadi karena ketenangan — kesepian — yang datang ditutupi oleh pemikiran untung/rugi. Seandainya ketenangan (kesepian — kehilangan — galau — hampa) tidak dikotori oleh pemikiran, dan dibiarkan cukup lama di hati, maka semakin lama kita akan terbiasa dan menyadari bahwa hati kita sebenarnya tidak galau — tidak hampa, tetapi tenang. Khusyu.

Di sini kita akan menyadari bahkan merasakan/menikmati firman Allah: “Cukuplah Allah bagiku” — bagaikan aku & Dia saja

Jadi akar dari segala kekecewaan apa? Tiada berserah diri. Kepasrahan hati yang benar adalah sumber kebaikan.

Kekuatan kebaikan ada pada satu hal yaitu bersyukur. Kekuatan hubungan/kedekatan ada pada satu hal yaitu cinta, sedangkan kekuatan kewaspadaan ada pada kecemasan.

Dan akar dari segala kewaspadaan, kebaikan & kedekatan adalah kepasrahan

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet