ISLAM LIBERAL?

Seremonia
12 min readApr 5, 2022

--

Pertanyaannya, apakah Islam awalnya tidak mencukupi? Apakah Islam tidak bebas? Apakah Islam anti berpikir?

Berpikir & Merenung

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

هُدًى وَّذِكْرٰى لِاُ ولِى الْاَ لْبَا بِ
hudaw wa zikroo li-ulil-albaab

"untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikiran sehat."
(QS. Ghafir 40: Ayat 54)

Justru Islam menganjurkan berpikir

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَسَلَـكَهٗ يَنَا بِيْعَ فِى الْاَ رْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهٖ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا اَ لْوَا نُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَـرٰٮهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهٗ حُطَا مًا ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِاُ ولِى الْاَ لْبَا بِ
a lam taro annalloha angzala minas-samaaa-i maaa-ang fa salakahuu yanaabii'a fil-ardhi summa yukhriju bihii zar'am mukhtalifan alwaanuhuu summa yahiiju fa taroohu mushfarrong summa yaj'aluhuu huthoomaa, inna fii zaalika lazikroo li-ulil-albaab

"Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 21)

Juga Islam mengajarkan kita menggunakan akal yang dilakukan dengan perenungan. Untuk memperoleh kebenaran.

Ini lagi ...

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
sanuriihim aayaatinaa fil-aafaaqi wa fiii angfusihim hattaa yatabayyana lahum annahul-haqq, a wa lam yakfi birobbika annahuu 'alaa kulli syai-ing syahiid

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 53)

Bahwa kita bisa memahami tanda-tanda kebenaran Al Quran dengan melihat tanda-tanda ke segenap penjuru.

Tanda-tanda kebenaran ini adalah melihat pola-pola yang konsisten yang dapat disadari melalui penyelidikan yang tidak ngawur, tetapi penyelidikan secara ilmiah.

Masih kurang?

Kita perlu menyadari bagaimana melihat tanda-tanda kebenaran.

1. Keteraturan
2. Konsistensi
3. Aksiomatis

Keteraturan

Yang teratur menurut kebiasaan belum tentu teratur di kemudian hari. Ini suatu keadaan psikologis makhluk hidup.

Dan melalui Al Quran mengisyaratkan kalau kita harus menggunakan (dengan sebelumnya mempelajari) pendekatan psikologis

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
fa quulaa lahuu qoulal layyinal la'allahuu yatazakkaru au yakhsyaa

"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.""
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 44)

Lihatlah, bahkan kepada Fir'aun musuh Allah pun, kita disuruh berbaik sangka (mudah-mudahan dia sadar atau takut) jika didekati dengan kelembutan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَا عْفُ عَنْهُمْ وَا سْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَ مْرِ ۚ فَاِ ذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
fa bimaa rohmatim minallohi lingta lahum, walau kungta fazhzhon gholiizhol-qolbi langfadhdhuu min haulika fa'fu 'an-hum wastaghfir lahum wa syaawir-hum fil-amr, fa izaa 'azamta fa tawakkal 'alalloh, innalloha yuhibbul-mutawakkiliin

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)

Juga yang ini bahwa jika kita bersikap keras ke orang lain ada peluang seseorang tersebut malah menjauhi

Konsistensi

Adalah melihat ke segala penjuru termasuk di luar diri kita, yaitu ke alam semesta. Ini adalah anjuran melihat tanda-tanda yang melampaui keteraturan, melainkan melihat tanda yang konsisten.

Hukum alam adalah hukum yang sebenarnya tidak bisa sekedar disebut keteraturan hukum alam. Karena konsep keteraturan pada sikap manusia adalah karena kebiasaan, yang suatu ketika bisa berubah - tak teratur lagi.

Jadi konsep teratur tidak bisa begitu saja diterapkan ke menandai "adanya keteraturan alam" yang bisa disalah-tafsirkan sebagai "keteraturan yang bisa berubah (menjadi tak teratur)".

Disinilah perlu konsep yang lebih tinggi. Yang keteraturannya tidak mudah tetapi konsisten. Inilah yang seharusnya kita labelkan kepada tanda-tanda kebenaran di penjuru di luar diri kita. Penjuru alam, yaitu tanda!tanda yang konsisten.

Sedangkan kita mengetahui bahwa sikap ilmuwan memang mencari konsistensi

Aksioma

Berbeda lagi dengan aksioma. Kalau konsisten maka sejauh wilayah tertentu. Hukum gravitasi di bumi, walau konsisten tetapi akan berbeda jika berada di luar angkasa. Hukumnya tidak berlaku di semua tempat, hanya benar (berlaku) di tempat tertentu. Sedangkan aksioma berlaku mutlak secara universal. Berlaku dimanapun, itulah kebenaran aksioma(tis).

Dan bahkan inipun juga dinyatakan di Al Quran.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰ يٰتِنَا وَا سْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَا بُ السَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَـنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَا طِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ
innallaziina kazzabuu bi-aayaatinaa wastakbaruu 'an-haa laa tufattahu lahum abwaabus-samaaa-i wa laa yadkhuluunal-jannata hattaa yalijal-jamalu fii sammil-khiyaath, wa kazaalika najzil-mujrimiin

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 40)

* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Disini Allah menegaskan bahwa mereka tidak akan masuk surga kecuali unta bisa masuk lubang jarum. Ini adalah contoh aksioma. Bahwa "mustahil unta bisa masuk lubang jarum" bisa dipahami secara aksiomatis sebagai "sesuatu tidak dapat memuat diluar daya tampung"

Jadi, dari sisi pemikiran & perenunganpun, Islam memang mendukung. Dan semua ini adalah cara untuk meraih kemajuan teknologi & kemajuan dalam berkebijaksanaan - berfilsafat.

Bahkan terbukti di sini, justru Islam melalui Al Quran mengajari cara berfilsafat secara utuh. Dengan melihat keteraturan, konsistensi dan memahami kebenaran universal:

Tidak ada larangan di sini yang mempersempit cara menjelajahi (menyelidiki) alam semesta termasuk diri sendiri..

INI BERARTI SEBENARNYA, ISLAM TELAH MENCUKUPI UNTUK SYARAT BERKEBEBASAN.

Hanya saja ada aturan lain tentang aturan dalam bergaul, aturan dalam berkehidupan agar kebebasan kita adalah bebas yang bertanggung-jawab.

Lalu, apakah bebas yang bertanggung-jawab ini dituduh sebagai alasan kemunduran Islam? Serba dibatasi? Simak penegasan Allah di sini ...

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
sanuriihim aayaatinaa fil-aafaaqi wa fiii angfusihim hattaa yatabayyana lahum annahul-haqq, a wa lam yakfi birobbika annahuu 'alaa kulli syai-ing syahiid

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 53)

Kita di-be-bas-kan. Ingat! Kita dibebaskan untuk menyelidiki tanda-tanda kebenaran Al Quran.

Sedangkan isi Al Quran membahas tentang peri kehidupan yang lengkap.

Jika kita menyelidiki tentang sel tubuh, materi atau apapun yang terletak di segala penjuru, maka Al Quran memastikan bahwa kita akan menemukan bukti kebenaran Al Quran itu sendiri.

Lalu? Dimana dibatasinya ruang gerak penelitian kita? Tak dibatasi!

Jadi, walaupun ada aturan pembatasan norma yang melatih tanggung-jawab, namun tidak berarti mengorbankan kebebasan memuaskan rasa ingin tahu kita yang bahkan siap diuji melalui penyelidikan terhadap tanda tanda alam.

Tentu ada etika dalam penelitian. Tidak asal bereksperimen yang menzalimi makhluk hidup atau juga tak berarti bereksperimen yang merusak lingkungan.

Karena Al Quran juga melatih menggunakan akal, suatu bentuk kreatifitas yang memberi peluang melalui banyak cara alternatif yang tidak merusak.

Dari ijin mengeksplorasi alam semesta termasuk diri sendiri, itu saja, sudah akan memberikan peluang umat Islam meraih kebijaksanaan serta kemajuan teknologi.

Kemajuan pemikiran, kemajuan sebagai motivator, kemajuan sebagai penasehat, kemajuan sebagai guru, kemajuan sebagai ilmuwan, kemajuan di bidang spiritual.

Semuanya ... , di-be-bas-kan untuk diraih secara bertanggung-jawab dengan kreatifitas. Yang ini semua menegaskan kemajuan melalui kebebasan berpikir secara bertanggung-jawab.

Batas Kemampuan

Jika anda tidak sanggup berpikir bebas, maka bukan masalah, karena Al Quran juga mengingatkan agar jangan memahami hal-hal misteri yang sulit.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 7)

Di sini ada batas yang tak bisa dilampaui dan justru diingatkan agar berpikir sesuai kemampuan.

Kecukupan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَا لدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَاۤ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَا لْمُنْخَنِقَةُ وَا لْمَوْقُوْذَةُ وَا لْمُتَرَدِّيَةُ وَا لنَّطِيْحَةُ وَمَاۤ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ ۗ وَمَا ذُ بِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَ نْ تَسْتَقْسِمُوْا بِا لْاَ زْلَا مِ ۗ ذٰ لِكُمْ فِسْقٌ ۗ اَلْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْـنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَا خْشَوْنِ ۗ اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَـكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَـكُمُ الْاِ سْلَا مَ دِيْنًا ۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَا نِفٍ لِّاِثْمٍ ۙ فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ‏
hurrimat 'alaikumul-maitatu wad-damu wa lahmul-khingziiri wa maaa uhilla lighoirillaahi bihii wal-munkhoniqotu wal-mauquuzatu wal-mutaroddiyatu wan-nathiihatu wa maaa akalas-sabu'u illaa maa zakkaitum, wa maa zubiha 'alan-nushubi wa ang tastaqsimuu bil-azlaam, zaalikum fisq, al-yauma ya-isallaziina kafaruu ming diinikum fa laa takhsyauhum wakhsyauun, al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'matii wa rodhiitu lakumul-islaama diinaa, fa manidhthurro fii makhmashotin ghoiro mutajaanifil li-isming fa innalloha ghofuurur rohiim

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 3)

Di sini telah ditegaskan bahwa agama Islam telah sempurna. Sempurna dalam arti telah tuntas berisi segalanya yang:

  1. cukup bagi perkembangan hubungan terbaik antara manusia dan yang lain, serta
  2. cukup bagi perkembangan hubungan terbaik antara manusia dan Tuhannya

Masih Kurang?

Bahwa Islam masih kurang cukup? Bahwa Islam harus di-updated? Bahwa perlu ada pembaharuan bagi Islam mengikuti perkembangan jaman? Bahwa Islam harus menyesuaikan perkembangan jaman?

Simak penegasan Tuhan ...

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَاَ سْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَا طِنَةً ۗ وَمِنَ النَّا سِ مَنْ يُّجَا دِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ
a lam tarou annalloha sakhkhoro lakum maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi wa asbagho 'alaikum ni'amahuu zhoohirotaw wa baathinah, wa minan-naasi may yujaadilu fillaahi bighoiri 'ilmiw wa laa hudaw wa laa kitaabim muniir

"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan."
(QS. Luqman 31: Ayat 20)

Di sini Allah menegaskan bahwa banyak manusia berbantah-bantahan sok tahu, padahal sebenarnya bantahan mereka sudah di-isyaratkan oleh Al Quran sebagai Kitab yang memberi penerangan. Maksudnya?

Justru Al Quran sebagai kitab yang memberi penerangan, seharusnya mendampingi kita selama terjadi perdebatan baik sesama yang lain atau perdebatan dengan diri sendiri.

Ini tidak berarti Al Quran berisi rumus gravitasi, berisi resep cara membikin kue bolu. Bukan begitu, namun bahwa Al Quran memberi panduan secara garis besar yang mampu menampakkan kepada kita batas-batas kebenaran yang tak bisa dilewati. Al Quran memberi kisi-kisi jawaban (clue).

Pemberitaan Seperlunya

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ اَسَرَّ النَّبِيُّ اِلٰى بَعْضِ اَزْوَا جِهٖ حَدِيْثًا ۚ فَلَمَّا نَـبَّاَتْ بِهٖ وَاَ ظْهَرَهُ اللّٰهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهٗ وَاَ عْرَضَ عَنْۢ بَعْضٍ ۚ فَلَمَّا نَـبَّاَهَا بِهٖ قَا لَتْ مَنْ اَنْۢبَاَ كَ هٰذَا ۗ قَا لَ نَـبَّاَنِيَ الْعَلِيْمُ الْخَبِیْرُ
wa iz asarron-nabiyyu ilaa ba'dhi azwaajihii hadiisaa, fa lammaa nabba-at bihii wa azh-harohullohu 'alaihi 'arrofa ba'dhohuu wa a'rodho 'am ba'dh, fa lammaa nabba-ahaa bihii qoolat man amba-aka haazaa, qoola nabba-aniyal-'aliimul-khobiir

"Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu peristiwa kepada salah seorang istrinya (Hafshah). Lalu dia menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan peristiwa itu kepadanya (Nabi), lalu (Nabi) memberitahukan (kepada Hafshah) sebagian dan menyembunyikan sebagian yang lain. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan pembicaraan itu kepadanya (Hafshah), dia bertanya, "Siapa yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab, "Yang memberitahukan kepadaku adalah Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Teliti.""
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 3)

* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Allah memberikan contoh bahwa ada informasi yang tidak harus disampaikan semuanya kecuali seperlunya saja. Hikmahnya?

Bisa jadi suatu pemahaman tentang ayat tertentu tidak selalu harus dibuka sejelas-jelasnya. Ada etika dalam penyampaian karena banyak pertimbangan.

Bukan berarti bahwa pemahaman suatu ayat terkesan kurang mendalam, melainkan bisa jadi disesuaikan dengan taraf pendengarnya. Kecuali jika ingin lebih dalam lagi bisa diupayakan secara khusus.

Berpikir & Merenung

Berpikir itu menelusuri hubungan sebab-akibat dari pengalaman.

Sedangkan merenung melibatkan imajinasi, rasa dan semua indera, untuk memahami sesuatu misteri, sehingga akan muncul kebenaran dari wilayah akal.
____

Jadi, Islam tidak hanya MEMBEBASKAN SECARA BERTANGGUNG-JAWAB tanpa kehilangan PELUANG MENGEKSPLORASI di segala penjuru.

Juga Islam justru memberikan TOLERANSI JALAN BERPIKIR yang seluas-luasnya.

Juga Islam justru MEMBEBASKAN untuk mencoba menginterpretasi, MENTERJEMAHKAN Al Quran dengan tanpa memaksakan melampaui batas yang membingungkan.

Itupun juga DIIJINKAN menjadi ahli yang MEMAHAMI MISTERI melalui akal dengan merenung. Tidak sekedar berpikir.

Singkat kata, Islam telah cukup memberikan HAK SECARA BERTANGGUNG-JAWAB TANPA MENGHILANGKAN PELUANG UNTUK TUMBUH & BERKEMBANG SEBAGAI MANUSIA YANG UNGGUL.

Lalu, bagaimana mungkin perlu Islam versi lain? Tidak perlu! Versi liberal? Tidak perlu!

Sedangkan apa yang mereka kira adanya pembatasan dalam berperilaku Islami dan adanya pembatasan dalam berpikir & merenung (memahami - menyadari), atau apapun dugaan pembatasan oleh Islam, itu hanya demi keselamatan kita sendiri.

ANDA ISLAM LIBERAL? SAYA CURIGA JANGAN-JANGAN ANDA HANYA SEKEDAR sok tahu tetapi .. tak sadar bahwa walaupun ada ulama yang salahpun, tetap diperlukan sebagai pengingat batas-batas demi kewaspadaan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَاَ سْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَا طِنَةً ۗ وَمِنَ النَّا سِ مَنْ يُّجَا دِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ
a lam tarou annalloha sakhkhoro lakum maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi wa asbagho 'alaikum ni'amahuu zhoohirotaw wa baathinah, wa minan-naasi may yujaadilu fillaahi bighoiri 'ilmiw wa laa hudaw wa laa kitaabim muniir

"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan."
(QS. Luqman 31: Ayat 20)

Jika ulama anda anggap tak layak, tetapi paling tidak mereka dapat menunjukkan ayat-ayat dari kitab Al Quran yang memberi penerangan.

Jadi jangan sok tahu merasa paling benar, tetapi bekerja samalah untuk menggali kebenaran.

Jadi apa itu Islam liberal? Islam yang lebih baik? Rupanya anda belum memahami hak & tanggung-jawab yang diajarkan oleh Islam yang dilakukan secara cukup, tanpa melampaui batas.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كَلَّاۤ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَيَطْغٰۤى 
kallaaa innal-ingsaana layathghooo

"Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas,"
(QS. Al-'Alaq 96: Ayat 6)

Dan justru konsep Islam liberal itu keluar dari batas Islam. Merekalah kaum yang melampaui batas.

JADI? APAKAH ANDA PENGANUT ISLAM LIBERAL? YANG MERASA LEBIH BENAR CARA BEBASNYA. YANG MENGIRA ISLAM SEDEMIKIAN SEMPIT MEMBATASI. SALAH!!!

ISLAM TIDAK PERLU LIBERAL DAN SUDAH CUKUP SEBAGAI KITAB PANDUAN.

SATU LAGI YANG TERAKHIR …

Umat Kristen dulu mengalami masa kegelapan, masa pengekangan. Lalu setelah terbebas dari pengekangan, maka majulah umat Kristen. Lalu, apakah ini yang menjadi landasan Islam liberal harus keluar dari pengekangan? SALAH!

Justru di era Islam telah mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. INI TANDA BAHWA LINGKUNGAN ISLAMI DULUNYA TIDAK ADA PENGEKANGAN.

Bahwa di era Islam sesudahnya, terjadi kemunduran, itu karena terjadi penyalahgunaan kebebasan berpikir yang mengacaukan keimanan dalam Islam. Tentu hal ini perlu dicegah, dan disinilah Imam Ghazali menegur.

Bahwa ulama berikutnya yang lebih benar cara berpikirnya, justru terkena getahnya (dipenjara) karena ulah filsuf sebelumnya yang salah dalam berpikir yang bertentangan dengan Al Quran.

Namun, Islam itu sendiri sebenarnya tidak mengkekang seperti yang dituduhkan kaum liberal.

Negara Indonesia perlu liberalisme? SALAH. Sudah banyak dari bangsa kita melahirkan teknologi ke dirgantaraan dan lainnya.

Bahkan Rusia sekarang yang justru cenderung ke Kristen Ortodoks, tidak bersifat kaku, tidak membatasi perkembangan teknologi.

Lalu apa yang diperlukan? Islam liberal? TIDAK!

Diperlukan dukungan bahu membahu agar kaum muslim yang berbakat dapat berkarya dan dihargai di negara sendiri. Diperlukan upaya mencintai produk dalam negeri.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاَ نْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَ قْرَبِيْنَ 
wa angzir 'asyiirotakal-aqrobiin

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat,"
(QS. Asy-Syu'ara' 26: Ayat 214)

* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Utamakan yang paling dekat! Lihatlah betapa Al Quranpun telah memahami strategi peningkatan ekonomi secara luas — nasional.

Jadi, bukan Islamnya yang kurang liberal, tetapi justru liberal itu sendiri yang melampaui batas.

Jadi, bukan Islamnya yang mengekang, tetapi justru liberal itu sendiri yang terlalu bebas terhadap hak & tanggung-jawabnya yang justru bisa membahayakan upaya meng-optimalkan misi Islam yang lebih agung dari mimpi kaum liberal yang sok tahu.

KARENA KETIKA ISLAM LIBERAL MENEGAKKAN KEBENARAN, NAMUN TERNYATA KEBENARANNYA TERLEPAS JAUH DARI AL QURAN.

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet