Kepastian BAGI ATEIS

Seremonia
5 min readAug 2, 2023

--

Tak beda jauh sebenarnya antara konsep berpikir ateis & teis. Jadi jika mereka ateis merasa pemikirannya lebih unggul dari teis. Wow. Perlu menyimak ulasan ini. Dengan satu kelebihan di teis.

Seperti yang sudah kita sadari bahwa kita tak bisa menjawab semua misteri yang ada.

  • Hal lain lagi. Sebenarnya hal yang sama, hanya dikira sesuatu yang beda. BAHWA KITA TAK BISA MEMASTIKAN SEMUANYA.

Umumnya mereka yg ateis atau pemikir bebas (freethinker) menuntut semua misteri harus ada jawabannya. MUSTAHIL. Lalu karena mereka pakai logika (ga murni juga sih, karena saat dipaksa memurnikan rasionalitas, umumnya mundur), maka mereka menuntut semua kebingungan harus dipastikan. Jika secara logika meragukan, harus ditolak.

Lihatlah ketidaktelitian sikapnya yg menunjukkan kecerobohan dalam meletakkan dirinya di posisi berbahaya (karena ada ancaman dan) tidak bisa melihat kebenaran (yg sedang mengancam).

Prediksi

📍Bahwa "tidak semua misteri bisa dijawab berarti tidak semua bisa dipastikan". Ini sifatnya menyeluruh.

👉 Namun di sisi lain dia menuntut kalau yang meragukan ga logis harus ditolak. Kesannya masuk akal ya.

  • 〰 Padahal karena mereka yg menganggap dirinya berpikir kritis ternyata tak mampu super kritis sedemikian tajam melihat absurditas yg sedemikian tersamar tipis.

Ungkapan dari mereka "yang meragukan ga logis harus ditolak". Okay, tetapi bukan seperti ini "yang meragukan ga logis harus ditolak, termasuk misteri yang tak ada jawabannya". Tahu dimana absurdnya❓Begini ... dialektika absurdnya ...

"Karena yg meragukan harus ditolak kecuali bisa dipastikan, dan tidak semua misteri ada jawabannya, maka❓Semua kebenaran agama harus dipastikan jawabannya agar tak meragukan. Wow lihatlah betapa absurdnya

  • 👉 Di satu sisi menyadari kelemahan diri, namun di sisi lain menuntut kesempurnaan yang dimustahilkan mereka sendiri

Observable - Yang Bisa Diamati

⭕️ Okay anda mendebat "bukan saya yang bicara, tetapi agama yg bicara. Kalau agama berbicara ya berarti harus ada buktinya, berarti wajar kalau menuntut bahwa semua kabar dari agama harus dipastikan. Bukannya kita absurd tetapi kita menuntut apa yg dikabarkan agama". Begitu argumentasi mereka

👉 Padahal memang tidak semua yang dinyatakan harus dialami, karena itu semua bagian dari keimanan, namun tidak berarti tak bisa dinalar. Bisa dinalar tanpa harus dialami secara langsung.

✍ JADI ATEIS SEBENARNYA TELAH SIAP MENERIMA FAKTA BAHWA

〰 "ADA MISTERI YANG TAK TERPECAHKAN" &

〰 BAHWA JIKA MEMANG ADA WILAYAH YANG TAK BISA DIBUKTIKAN MAKA MEREKA BISA MENCARI MELALUI WILAYAH YANG BISA DIAMATI

〰 MEREKA MENGGUNAKAN HAL YANG BISA MEWAKILI (WILAYAH DALAM SKALA KECIL) . NAH DI SINI MENARIKNYA ... ❗️

JIKA DISIMPULKAN❓Mereka bisa menerima "perkiraan" & mereka menggunakan konsep "pilih yg bisa diamati & gunakan skala (muhkamat (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 7)"

Generalisasi

Mereka sadar bahwa meskipun skala mereka tak menggunakan analogi, dan cenderung menggunakan matematika (sains menggunakan skala matematis), itupun mereka sadar bahwa kesimpulan yang digeneralisasi bahkan melalui skala yang dianggap pasti (matematika), itupun merupakan kemungkinan.

Local Group & Super Cluster - Observable

Bayangkan dulu, sains mengira ada segelintir galaksi, dan ternyata ada kumpulan galaksi (local group).

Bahkan ada super cluster yg terdiri dari banyak local group.

Ini yang disebut wilayah yg teramati (observable). Betapa besar wilayah observable universe (yang bisa diamati) dibandingkan pengetahuan di masa lalu yang terbatas.

Belum lagi wilayah unobservable (tak terdeteksi). Menyimpulkan secara pasti di wilayah yg mega luas (observable universe) saja ga sanggup, apalagi yg lebih luas lagi.

DAN SEMUA INI DICOBA DISIMPULKAN MELALU OBSERVASI SKALA KECIL, NAMUN MEMBANTAH TEIS ATAS DASAR ANALOGI YG TERBATAS (SKALA KECIL)

Kepastian Bagi Ateis - Skala Observasi

Ateis juga menggunakan skala (gambaran kecil)

Namun di sisi lain ketika mereka berdebat dengan teis, mereka menuntut kebenaran skala besar. Mereka menolak analogi.

Terlepas alasan ateis yg meragukan analogi. Lalu mereka membela bahwa meskipun mereka menggunakan gambaran kecil, itu sudah cukup menggeneralisasi

Padahal ... 👇

SKALA MATEMATIS

JADI, SETELAH SEMUA OBSERVASI DARI SKALA KECIL oleh ateis, DIPAKAI UNTUK MEMBANTAH TEIS ATAS DASAR ANALOGI YG TERBATAS (SKALA KECIL) 😱 YANG BERARTI MEREKA MEMAKSAKAN KE TEIS (HARUS MENGGUNAKAN SKALA BESAR) YANG MEREKA MUSTAHILKAN SENDIRI. Lalu mengapa mereka masih sok tahu ngotot bahwa skala kecil mereka yang lebih valid? Sederhana.

Sebelum saya lanjutkan, perlu digarisbawahi lagi dari awal ...

  • 〰 Teis menggunakan perkiraan, ateis juga
  • 〰 Teis menyelidiki hanya diwilayah yang bisa di observasi, ateis juga
  • 〰 Teis pakai skala kecil, ateis juga

Mari kita lanjutkan dari sini ...

Skala Kecil Yang Valid

Model skala kecil apa yang dianggap valid oleh ateis? Mereka menyandarkan sains ke skala kecil matematis, bukan skala kecil analogis. Okay.

Membalikkan Sudut Pandang

Cukup kita bantah balik bahwa sesuatu yang dianggap ateis skala besar, itupun sebenarnya bisa dipecah menjadi skala kecil, karena yang besar itupun terdiri dari miniatur-miniatur skala kecil.

Justru miniatur itu lebih kecil dari analogi kita yg sebelumnya dianggap skala kecil.

Objek skala besar itu dapat dipecah menjadi miniatur-miniatur skala kecil fisika kuantum - sekelas partikel. Jika dibandingkan dengan analogi teis justru skala kecil fisika kuantum menjadi lebih kecil dari analogi teis yg sebelumnya dianggap skala kecil (sekarang termasuk skala besar)

Jadi sebenarnya dari sudut pandang manapun, antara cara berpikir ateis & teis tak beda jauh, justru ada kelebihan di teis yang mampu menyadari skala besarnya melalui contoh analogi dari kitab sucinya.

Meragukan Analogi Teis

Bahkan analogi dari teispun jika merupakan kebenaran mutlak, sebenarnya itu lintas skala (berlaku di segala skala)

PADA AKHIRNYA DARI SINI SECARA DETEKTIF DAPAT DIKETAHUI DUDUK PERKARA SEBENARNYA. Bukan masalah prediksi, bukan masalah wilayah observasi, bukan masalah skala, melainkan masalah kebenaran mutlak.

  • 👉 Meskipun mereka juga belum tentu menyadari dimana permasalahannya, sehingga berputar-putar ke masalah, ini itu menuduh ga bisa di prediksilah, ga bisa diamatilah, skalanya ga masuk akallah, bla bla bla. Padahal kalau kita teliti semuanya, justru bukan di sana permasalahannya (karena semua pola berpikir mereka sama dengan teis). JUSTRU MEREKA PUNYA SATU KEKURANGAN YANG TAK DISADARI SELAMA INI 👇

📌 Mereka tak meyakini ada kebenaran mutlak

  • 👉 Jika mereka menyadari kebenaran mutlak yg lintas skala, maka mereka tak mempermasalahkan lagi mau pakai skala kecil model analogi atau model matematika atau model apapun, selama melibatkan kebenaran mutlak tentu lintas skala (berlaku dimanapun)
  • 👉 Justru dengan skala kecil yg valid, mempermudah memahami sesuatu yang besar yg di luar jangkauan observasi secara langsung

♒♒♒

Di titik inilah saya masuk. Yaitu menggunakan semua model penalaran yang tak melibatkan agama, tak melibatkan holistik spiritual dan semua yang ditolak ateis, dan murini menggunakan rasionalitas 100% juga pen-skala-annya melibatkan skala matematis yang juga bukan sekelas kalkulus (tidak berat). TER-NYA-TA❓

  • 👉 Tidak hanya satu kasus saja, melainkan kasus-kasus sebelumnya, justru semakin ditolak, diblokir.

Jelas di sini, bahwa ga usah ateis sok debat teis dengan mengatakan ateis lebih jenius, dan teis (di)bodoh(i)❓Waw, padahal semua pola penalaran mereka sama, cuma beda satu, dan disodorkan oleh teis yaitu kebenaran mutlak yg kalau diamati dari berbagai sudut pandang penalaran (prediksi, observasi & skala) telah memadai. TE-TA-PI KETIKA BENAR-BENAR ADA TANDA-TANDA KETUHANAN ATAU KE ARAH SANA, ATAU PALING TIDAK ARGUMENTASI MEREKA AKAN TERBANTAHKAN, mendadak menolak, menjaga jarak, memblokir.

📍 DUDUK PERKARA PERMASALAHAN

JADI, PERMASALAHANNYA BUKAN PADA PENALARAN MEREKA YANG (MERASA) JENIUS (DIBANDING TEIS), melainkan mereka memang ga mau diatur oleh aturan kebenaran yang mulai nampak.

👉 SINGKATNYA MEREKA BUKAN PENCARI KEBENARAN, TETAPI JUGA LEBIH PARAH DARI YANG MENCARI PEMBENARAN, melainkan nalar mereka absurd.

  • 〰 Masih lumayan yang mencari pembenaran, ketika semua jalan terbukti buntu (terpojok) mereka mengakui, menyerah.

👉 Ateis yang absurd, seperti pecatur yang ketika bidak raja sudah tersudut kalah, lalu diambil bidaknya dan dikantongi supaya ga kena skak 😜 Dan disaksikan oleh teis serta mantan ateis yang jujur, sebagai hal yg me-ma-lu-kan

♨️🚫📛 SETELAH SEMUA PERSYARATAN DIPENUHI DALAM BERDISKUSI, DAN MEREKA MEMBLOKIR

INGAT INI TIDAK MENUDUH ATEIS SECARA UMUM, NAMUN ADA YANG SEPERTI ITU MELAKUKAN TUDUHAN TERHADAP TEIS, DAN HAL ITU PERLU DILURUSKAN

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet