Masalahnya kalau terbagi menjadi banyak bagian, berarti ketunggalan Tuhan berubah menampakkan sesuatu melampaui diri-Nya, yang mustahil.
Karena sesuatu tak bisa melampaui diri sendiri tanpa penambahan dari lainnya. Satu cangkir teh tak bisa dituangkan sebanyak satu galon air, kecuali mendapatkan tambahan dari luar dirinya sendiri.
Sedangkan ketika hanya ada Tuhan, maka adanya perubahan melampaui diri-Nya adalah mustahil
Itu yang saya katakan bahwa esensi atau Dzat tak bisa melampaui diri-Nya sendiri yang bisa disalah tafsirkan bahwa Tuhan bisa berubah menjadi bukan (berkurang) Tuhan yang mustahil juga karena sesuatu tak bisa berkurang ke ketiadaan mutlak kecuali hilang ke keberadaan itu sendiri yang berarti tak ada pengurangan Dzat-Nya.
Artinya bahwa perbedaan itu bukan berasal dari pemisahan Dzat-Nya, melainkan dari perbuatan (kuasa)-Nya.
Ibaratnya seperti seorang yang melukis di udara, maka hasil lukisannya bukan berasal dari diri sang pelukis, melainkan dari kuasa-Nya.
Kesadaran
Jadi bahkan sadarnya kita tak sebanding dengan sadar-Nya Tuhan.
Demikian pula ketika mereka berdebat tentang apakah mesin cerdas bisa memiliki kesadaran? Maka apapun anggapan tentang seberapa derajat kesadaran yang dianggap ada pada mesin cerdas, cukup kita sadari bahwa sebagai akibat yang tak bisa menyamai sebab, maka kesadaran manusia tak bisa disamai oleh apapun anggapan tentang bentuk kesadaran yang ada pada mesin cerdas.
Esensi & Aktualisasi
Esensi bisa dianggap secara sains sebagai hal yang mendasar, yang meskipun tidak selalu yang termendasar, namun tetap menegaskan bahwa perubahan di level permukaan bukan berarti menegaskan adanya perubahan di level kemendasaran.
Justru semakin menuju lebih mendasar lagi dari sudut pandang fisika kuantum, semakin menunjukkan keberagaman yang lebih sedikit dari keberagaman di permukaan, yang jika ini dianggap sebagai keberagaman di permukaan melampaui keberagaman di level kuantum , ini mustahil karena sesuatu (potensi) tak bisa dilampaui oleh aktualisasinya.
Itu sebabnya meskipun keberagaman jenis partikel konsisten dan lebih sedikit dibandingkan dengan keberagaman di permukaan, namun di level partikel bisa menampakkan keberagaman karena ada gerak partikel, spin, dan beragam lintasan yang bagaikan daya partikel tanpa melibatkan perubahan pada esensi
Creatio Ex Nihilo
Itu sebabnya, ketika dikatakan "penciptaan dari ketiadaan" memang benar, karena penciptaannya dari "ketiadaan" (tak melibatkan) Dzat-Nya, melainkan "penciptaan dari kuasa-Nya"