Masuk Akal & Masuk Rasa

Seremonia
3 min readAug 16, 2019

Hal logis bagi sebagian orang terasa sedemikian kering di perasaan. Ini masuk di akal, tetapi tidak masuk di rasa.

Terkesan mekanis atau sejenisnya, lalu dianggap sebagai penjelasan yang tidak logis. Ini wajar karena spontanitas pertama kali bagi kita dalam menguji penalaran cenderung membandingkannya dengan penalaran sehari-hari. Penalaran sehari-hari sering bersinggungan (di asosiasikan) dengan peristiwa sehingga walaupun suatu penalaran yang umum pada dasarnya kering tetapi seolah dapat dirasakan sehingga dianggap masuk akal (atau yang sebenarnya adalah masuk di rasa), karena suatu penalaran di asosiasikan dengan suatu obyek atau perisitiwa.

MASUK AKAL

Salah satu sumber dari penjelasan logis yang banyak dianggap kering adalah penjelasan menggunakan logika matematika. Sebenarnya argumentasi menggunakan matematika atau bahkan disandarkan kepada fisika, kimia atau apa saja yang dianggap sebagai argumentasi kering, tidaklah benar-benar kering (sulit dirasakan), karena dalam melakukan penalaran kita tidak pernah lepas dari simbol-simbol. Simbol-simbol ini dikaitkan dengan rumusan matematika, fisika atau rumusan jenis apa saja untuk menyatakan argumentasi tentang suatu hal.

Namun segera setelah anda mengetahui suatu pembuktian yang logis tidak dapat (atau sulit) dirasakan oleh perasaan, maka untuk beberapa saat (bisa sebentar, lama atau tidak jelas) akan sulit di pahami, kemudian akan dianggap tidak masuk akal (yang sebenarnya adalah tidak masuk di perasaan).

Hal ini sama sulitnya dengan memahami indahnya surga jika tidak di asosiasikan dengan kebahagiaan versi kehidupan sehari-hari. Bahkan kalaupun batasan tentang keindahan surga berusaha dijelaskan secara logis dengan perbandingan sebagai "lebih baik dari kehidupan di dunia sebelum nyawa melayang", akan segera terlihat betapa keringnya penjelasan tersebut. Kita mungkin akan segera mengasosiasikan pernyataan tersebut dengan kenikmatan terindah yang pernah ada di muka bumi ini sejauh pemahaman kita, kemudian menaikkan kadarnya menjadi lebih lagi ... atau entah dengan cara asosiasi apa saja, sebagai salah satu cara memahami kadar keindahan surgawi.

MASUK DI RASA

Yang jadi masalah adalah ketika simbol-simbol argumentasi yang dipakai tidak populer (jarang dipergunakan) dalam kehidupan sehari-hari, atau sedemikian jauh dari obyek yang populer, sehingga dibutuhkan kerja keras dalam menelusuri simbol-simbol tersebut sampai kepada (mengasosiasikan) obyek yang populer (sering dipergunakan) dalam kehidupan sehari-hari. Butuh beberapa saat untuk memahaminya, baik secara logika maupun secara perasaan (yang menjadi sebab dianggap sebagai masuk akal).

Beberapa orang cukup dapat menerima suatu argumentasi yang masuk akal walaupun mungkin sisi perasaannya belum dapat merasakan simbol-simbol argumentasi yang kurang populer (jarang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari). Atau mungkin simbol-simbol yang dianggap kurang populer bagi sebagian orang telah dianggap biasa baginya (populer bagi dirinya sendiri).

PERUMPAMAAN

Penjelasan melalui perumpamaan yang tepatlah yang menjadikan suatu penalaran yang terkesan kering dapat dirasakan kebenarannya, sehingga mudah dipahami !

Kalaupun tidak menemukan perumpamaan yang tepat bagi sebuah argumentasi, mungkin hanya belum ditemukan saja. Lagi pula tidak selalu suatu argumentasi sesuai bagi setiap orang ! Kita hanya dapat berdoa agar selalu diberi kepahaman atas hal yang sulit sejauh itu dirasa penting. Dan seberapa penting sesuatu itu ? Sekali lagi berdoalah agar kita terhindar dari kesia-siaan.

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet