MELAMPAUI KECEPATAN CAHAYA — Apakah Einstein (Tidak) Salah ❓
Singkat cerita ... Einstein berargumen, tak ada yang lebih cepat dari kecepatan cahaya di ruang bebas hambatan (hampa udara).
Ini masuk akal, karena ketika sesuatu melaju di ruang tanpa hambatan, maka berarti sesuatu tersebut mampu mencapai kecepatan tertinggi.
Masalahnya, ada yang membantah bahwa ada keadaan dengan kecepatan melampaui kecepatan cahaya. Dan itu pada akhirnya diakui secara global melalui penghargaan Nobel Prize bidang Fisika yang mengukuhkan bahwa Einstein salah. Bahwa ada keadaan lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Nah pertanyaannya, "apakah Einstein terbukti salah?"
Pertanyaan mendasar terkait isu "adakah kecepatan melampaui kecepatan cahaya?"
Secara teknis, "adakah kecepatan yang berlangsung tanpa hambatan sama sekali dan lebih besar dari kecepatan cahaya yang dianggap juga berlangsung tanpa hambatan❓"
Jadi intinya ... seberapa besar tiadanya hambatan lainnya yang melebihi tiadanya hambatan dari berlangsungnya kecepatan cahaya❓
Lalu apa hubungannya dengan ungkapan Einstein "Tuhan tidak bermain dadu"?
Einstein menganggap jika ada kecepatan melebihi kecepatan cahaya, maka itu kemustahilan. Jika kemustahilan ternyata terbukti tak mustahil, maka menurut Einstein hukum jadi tak pasti seperti main dadu.
Ibaratnya yang satu ngotot (Einstein), yang lain juga ngotot. Bagi Einstein kengototannya adalah tanda kebenaran, dan bantahan lainnya dianggap Einstein sebagai hal yang membantah kepastian hukum alam yang berarti hukum alam bersifat tidak pasti ❓Tak mungkin ❗️Begitu maksud Einstein.
1⃣ Tetapi fakta di lapangan hasil riset menunjukkan apa yang dianggap Einstein mustahil ternyata terbukti tidak mustahil. Apakah itu bukti melanggar hukum fisika? Yang berarti hukum alam bersifat tak pasti?
2⃣ Atau kalaupun dianggap pasti, tetapi hukum kepastiannya yang berubah-ubah. Skenario yang berubah-ubah? Benarkah demikian?
3⃣ Atau lebih mendasar lagi bahwa tak ada yang berubah, serba pasti, hanya Einsteinnya saja yang salah memahami realita hukum fisika?
Lebih Cepat Dari Kecepatan Cahaya
Dari sudut pandang KeTuhanan sebenarnya telah jelas. ada yang lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّمَا قَوْلُـنَا لِشَيْءٍ اِذَاۤ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
innamaa qoulunaa lisyai-in izaaa arodnaahu an naquula lahuu kung fa yakuun
"Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 40)
Dari sudut pandang agama lain tentu juga menegaskan hal yang sama, namun berbeda format.
Lalu, masalahnya. bagaimana melihat isu ini dari sudut pandang aksiomatis (kemutlakan) yang pasti tidak bertentangan secara ilmiah sampai kapanpun dan juga tentu tak bertentangan dengan prinsip kebenaran KeTuhanan.
Jadi bagaimana format bantahannya ? Agar pengungkapannya (bantahannya) tak terbantahkan.
Bagaimana format bantahannya serta sudut pandang mana saja yang terlibat dalam penegasan kemutlakan terkait isu ini.
Ini perlu ditegaskan karena hal ini (bagi yang kritis) dapat menjadi masalah. Kaum ateis atau orang lain yang berpikiran pendek bisa memutar balikkan hal ini demi kepentingan yang absurd (memang berniat meng-absurdkan)
Bisa saja, perkembangan perihal isu ini dapat diplintir sebagai "adanya Tuhan" atau malah "tiadanya Tuhan" yang didukung oleh sains. Well sekali lagi pukulan rumit, seperti isu "big bang" itu tak benar. Dan isu lainnya yang disalahgunakan
AKSIOMA
🧩 Kesinambungan akibat itu adalah kerja dari fungsi yang konsisten menyebabkan satu atau lebih akibat dalam urutan kejadian, sehingga jika tiada kesinambungan akibat dari suatu fungsi, maka fungsi tersebut adalah suatu potensi atau kemungkinan
🧩 Kesinambungan sebab itu adalah ketahanan (umur) fungsi dalam mempertahankan konsistensinya sebagai fungsi, sehingga jika tiada kesinambungan akibat, maka fungsi tersebut memiliki umur sepanjang kesinambungan sebabnya
🧩 Suatu kesinambungan akibat menegaskan perubahan yang menampakkan kecepatan penuntasan kerja suatu fungsi, sehingga semakin banyak / sedikit kesinambungan akibat, maka penuntasan kerja suatu fungsi semakin lambat / cepat
📍Dalam pemetaan terhadap kecepatan rambat cahaya, maka kecepatan rambat cahaya adalah kesinambungan akibat yang dipersepsi sebagai rambatan sejauh jangkauan penuntasan dari kerja suatu fungsi cahaya
🧩 Suatu kesinambungan sebab menegaskan perubahan yang menampakkan ketahanan - konsistensi (umur) dari suatu fungsi, sehingga semakin banyak / sedikit kesinambungan sebab, maka konsistensi dari suatu fungsinya semakin panjang / pendek
📍Dalam pemetaan terhadap kecepatan perubahan pada quantum entanglement, maka quantum entanglement adalah kesinambungan sebab tanpa ada rambatan akibat
🧩 Belitan (ikatan) kuantum (quantum entanglement) menegaskan perubahan minimal di antara dua hal dalam satu ketukan, sehingga tiada kesinambungkan akibat yang bisa dipersepsi sebagai rambatan, melainkan hanya ada kesinambungan sebab yang menjaga konsistensi dari fungsi belitan (ikatan) kuantum (quantum entanglement) itu sendiri
📍Karena kecepatan rambat cahaya merupakan kesinambungan akibat, dan quantum entanglement merupakan kesinambungan sebab, maka keduanya tak dapat diperbandingkan karena ketaksetaraan keseimbangan di antara keduanya
📍Hal ini menegaskan bahwa quantum entanglement tidak memiliki sifat merambat, sehingga quantum entanglement bukan merupakan kecepatan yang dapat menandingi kecepatan cahaya, melainkan keduanya antara quantum entanglement dan kecepatan cahaya adalah beda kontekstual
PERTANYAAN MENDASAR
Pertanyaan mendasar terkait isu "adakah kecepatan melampaui kecepatan cahaya?" adalah ...
Secara teknis, "apakah ada kecepatan yang berlangsung tanpa hambatan sama sekali dan lebih besar dari kecepatan cahaya yang dianggap juga berlangsung tanpa hambatan ❓"
Jadi intinya ... , seberapa besar tiadanya hambatan lainnya yang melebihi tiadanya hambatan dari berlangsungnya kecepatan cahaya ❓
NALAR KLASIK vs NALAR KUANTUM
Lalu mengapa kedua kubu saling ngotot merasa paling benar ❓Dimana letak kesalah-pahaman di antara kedua kubu ❓Atau bukan kesalah-pahaman melainkan gagal pahamnya di salah satu kubu ❓
Itu karena masing-masing melihat dari sudut pandang dimensi non quantum. Mereka belum terbiasa memahami dunia quantum, dan penalaran mereka pun menggunakan penalaran klasik, bukan penalaran quantum, belum quantum logic.
Mereka mengira bahwa pengaruh di antara dua hal yang dipisahkan oleh jarak yang jauh, adalah dua hal yang saling terpisah. Sehingga Einstein ngotot bahwa keterpisahan memerlukan rambatan yang tak mungkin melampaui kecepatan cahaya yang dianggap (mendekati) bebas hambatan, sedangkan pihak yang berseberangan dengan Einstein juga ngotot bahwa faktanya demikian.
Padahal? Justru yang terjadi sebagaimana yang ditegaskan Einstein, bahwa selama pengaruh perubahan di antara dua hal terdapat keterpisahan maka tentu melalui rambatan, dan jika ada fakta quantum entanglement harus tidak melanggar prinsip rambatan. Tetapi mereka semua tidak memahami nalar dibalik ini.
Padahal nalarnya bahwa quantum entanglement memang tidak melibatkan rambatan, sehingga memang benar seperti dikatakan Einstein, "tak ada yang lebih oepat dari kecepatan cahaya". Hanya saja pernyataan ini belum dikonversi ke format logika quantum
Jika pernyataan ini "tak ada yang lebih oepat dari kecepatan cahaya" yang dilandasi oleh penalaran klasik di luar dimensi quantum, di konversi ke format dimensi quantum, tentu terlihat jelas kebenaran Einstein. Bagaimana formatnya ... ❓
Penalaran Klasik "tak ada yang lebih cepat dari kecepatan cahaya" ➡️ Penalaran Quantum "tak ada yang lebih cepat dari kecepatan yang merambat tanpa hambatan, kecuali jika kecepatan tersebut terjadi tanpa proses rambatan"
Penalaran Quantum (Lebih Dalam Lagi): Kecepatan dalam satu ketukan serentak yang terjadi melibatkan minimal dua hal, maka dua hal tersebut terhubung satu sama lain, sehingga tidak terjadi perubahan atau komunikasi melalui rambatan
Dari sini terlihat jelas betapa pernyataan Einstein "tak ada yang lebih cepat dari kecepatan cahaya" adalah benar sejauh ❓Sejauh kita memahami detail duduk perkaranya.
JADI ❓Keduanya kubu Einstein dan yang bertentangan, semuanya benar hanya saja keduanya menggunakan bahasa penalaran yang belum sampai di level quantum.
Bisa saja ilmuwan sekarang setelah menyadari penemuan quantum entanglement, masih terjebak penalaran lama, bahwa "terbukti ada dua hal terpisahkan dalam jarak yang jauh dan bisa berkomunikasi hampir seketika". Padahal format bahasa quantumnya yang benar adalah "terbukti kita bisa menyatukan dua hal dalam jarak sejauh berapapun"
Kuncinya adalah bahwa jika siapapun menganggap quantum entanglement sebagai komunikasi instant dalam jarak yang terpisah sedemikian jauhnya, maka ini salah. Karena justru quantum entanglement tidak menegaskan keterpisahan melainkan kontinuitas komunikasi (tanpa jeda) di antara dua hal.
Jika quantum entanglement dianggap tetap adanya keterpisahan di antara dua hal yang terletak di beda lokasi yang saling berjauhan, tentu bisa terkesan melawan pernyataan Einstein, padahal, secara aksiomatis itu salah memahami
JADI Apakah Einstein Salah❓Einstein Benar