Mutlak, Relatif & UNIVERSALITAS

Seremonia
8 min readSep 2, 2023

--

Photo by Theo Eilertsen Photography on Unsplash

Banyak hal seputar kemutlakan & relatif yg terkesan tersamar tumpang-tindih, yang bahkan ada anggapan tiadanya kebenaran mutlak karena semua serba relatif

Secara mendasar sebenarnya konsep mutlak-relatif bersandar kepada batas kemungkinan serta kemustahilan.

Keadaannya dapat bervariasi di antara 3 hal.

  • 1⃣ Tak ada pilihan
    2⃣ Ada kemungkinan
    3⃣ Mustahil

Kebenaran

Itu adalah segala sesuatu apa adanya. Sehingga kemutlakannya sebenarnya tak perlu ditegaskan, sudah menegaskan kebenarannya.

Jadi sebenarnya bukanlah kebenaran mutlak, melainkan kebenaran itu telah mutlak karena dipastikan semua sebagaimana seharusnya.

Ketika dikatakan ada kebenaran yg mutlak, sebenarnya itu berada di ranah benar / salahnya suatu suatu pengetahuan.

Tak ada sesuatu kejadian salah yang harus tak terjadi. Melainkan sesuatu itu salah sehingga tak boleh diulangi lagi

Mutlak

Tak adanya pilihan adalah tanda kemutlakan.

Kemutlakan menegaskan tiadanya pilihan. Menegaskan kemustahilannya untuk diganggu gugat. Mutlak berarti mustahil bisa diganggu-gugat.

Sebab-Mutlak

Mutlak berarti keadaannya konsisten tanpa ada perubahan berkurang atau tanpa ada perubahan bertambah, sehingga Sebab-Mutlak selalu sebagai sebab tanpa pernah bertukar tempat menjadi "akibat"

Sebab-Relatif

Mutlak berarti keadaannya konsisten tanpa ada perubahan berkurang atau tanpa ada perubahan bertambah, sehingga Sebab-Relatif selalu sebagai sebab yang dapat bertukar tempat menjadi "akibat", karena suatu sebab ternyata bergantung kepada sebab lainnya.

Sebab-Relatif karena ada kebergantungan

Akibat-Mutlak

Akibatnya mutlak karena disadari arah dampak dari sebabnya.

Akibatnya mutlak juga karena meskipun tak disadari arah kejadiannya, namun keluarannya sesuai dengan masukannya

Akibat-Relatif

Sesuatu akibat itu relatif karena arah kejadian sebagai dampak dari sebabnya tak diketahui dengan pasti.

Mutlak-Relatif

Sesuatu itu mutlak dipastikan akan adanya kemungkinan. Ini bukan mutlaknya relatif, melainkan relatifnya mutlak. Bahwa mutlak ada kemungkinannya.

Mutlak(nya)-Relatif menegaskan adanya kemungkinan

Relatif-Mutlak

Sesuatu itu relatif mutlak karena kemungkinannya dipastikan oleh pengetahuan

Sesuatu itu relatif mutlak karena dalam kejadiannya, kemungkinan tak mungkin melampaui batas kemustahilan

Relatif

Relatif itu terkait dengan kemungkinan.

Jika sesuatu itu dimungkinkan, maka relatif tak bisa dipastikan kecuali sebatas dimungkinkan (tak mustahil)

Sedangkan adanya kemungkinan, menegaskan relatifitas.

Kemungkinan itu bisa dilihat dari ...

  • 👉 Sudut pandang yg berbeda (namun masih dalam satu konteks), atau
  • 👉 Dari konteks (wilayah kerja) yg berbeda

⛳ Relatif itu sebenarnya dalam jangkauan kemutlakan.

Benar ketika dikatakan relatif itu menegaskan perbedaan atau tak adanya kesepakatan. Namun itu terjadi di suatu wilayah kemutlakan yg meliputinya.

📍Ketika saya memiliki himpunan bilangan ganjil, maka himpunan ini mutlak sejauh kita fokus hanya kesini saja, sebatas bilangan ganjil. Mutlak ganjil, bukan genap. Dimanapun di wilayah kemutlakan himpunan ini, hanya ada ciri bilangan ganjil. Namun kombinasi bilangan ganjilnya bersifat relatif berbeda sesuai keadaan.

  • 👉 Jadi ketika dikatakan bahwa "semua relatif tak ada yg mutlak", sebenarnya absurd. Karena relatifnya tak bisa merusak fondasi kemutlakannya itu sendiri (yg menjadi tempat bersandar bagi relatifnya)
  • 〰 Itu sebabnya ketika dikatakan segalanya relatif, bukan berarti tak ada kemutlakan, melainkan hanya menegaskan kemungkinan yg berbeda dari suatu kemutlakan.
  • 〰 Itu sebabnya pula dalam berfilsafat kita bisa menegaskan pukulan balik, bahwa jika semuanya relatif tak ada kemutlakan, berarti justru ada kemutlakan yg menegaskan "semuanya relatif" itu sendiri, karena relatifitas itu kemungkinan-kemungkinannya mutlak sebagaimana seharusnya.

SECARA MENDASAR ...

  • 1⃣ Ketika di suatu wilayah yg sempit, keadaannya sebagaimana seharusnya yg terjadi, maka itulah kemutlakan meskipun jangkauannya tak universal
  • 2⃣ Ketika kemutlakannya meluas ke segala arah, maka kemutlakannya universal

Banyak yg menganggap bahwa jika mutlak berarti harus berlaku dimanapun ❌

📍Mutlak itu berarti bahwa keadaannya sebagaimana seharusnya tanpa bisa diganggu-gugat. Keadaan mutlak itu pasti sebagaimana seharusnya.

  • 〰 Ketika dikatakan "batu di lempar ke atas di bumi akan segera jatuh ke bawah", maka ini kebenaran mutlak dari sudut pandang bahwa komposisi dari hukum-hukum yg ada mutlak harus memberi output sebagaimana seharusnya.
  • 〰 Ketika dikatakan "batu di lempar di luar angkasa akan melesat menjauh", maka ini juga kebenaran mutlak dari sudut pandang bahwa komposisi dari hukum-hukum yg ada mutlak harus memberi output sebagaimana seharusnya.

⛳ Secara sederhananya = hubungan sebab-akibatnya mutlak

Universalitas

Namun ketika keadaannya berlaku dimanapun, maka kemutlakannya bersifat universal, menyeluruh, berlaku dimanapun.

Jadi jangan sampai memahami "mutlak" secara sempit yg menganggap hanya sebatas universal, melainkan kemutakan secara sempitpun ada yg justru menegaskan tak sempitnya kita memahami kebenaran apa adanya secara mutlak

JADI kembali mengulang perihal relatif, maka sadar akan relatif itu menunjukkan kalau keadaan kita lemah dalam mengamati detail, karena dibatasi oleh sudut pandang serta jangkauan konteks (wilayah kerja) yang terbatas.

Sudut Pandang & Konteks

Sudut pandang kita dapat sedemikian luas namun masih dalam satu konteks.

  • 〰 Kita mampu mengamati seluruh permukaan dari suatu keadaan tertentu, namun tak mampu mengamati permukaan di wilayah lain (beda konteks).
  • 〰 Kita mampu mengawasi pekerjaan tertentu, namun jenis pekerjaan yg berbeda (konteksnya) tak teramati
  • 👉 Sudut pandang luas namun di wilayah kerja (konteks) yg sama.

Terkadang justru kita mengira suatu pengetahuan dianggap beda konteks, beda wilayah kerja, ga nyambung, padahal masih di bawah naungan satu konteks induk, sehingga masih relevan, hanya saja beda konteksnya menegaskan beda fungsi namun keduanya nyambung dalam arti fungsi keduanya saling melengkapi (yang sebelumnya tak disadari).

Contoh:

  • 〰 Membicarakan masalah menu makanan harus disajikan di saat orang berpuasa, ini beda konteks dan ga nyambung. Namun jika kita bisa menemukan konteks induknya yaitu "persiapan menjelang buka puasa", maka beda konteksnya menjadi nyambung disadari sebagai sinergi kerjasama untuk "menyiapkan makanan agar saat berbuka puasa, makanan telah siap saji"

Jangkauan Kemutlakan. Ketika sudut pandang kita sedemikian meluas melewati beda wilayah kerja (konteks), maka kita akan melihat seberapa jelas jangkauan kemutlakannya

Contoh Filosofis

Saya memberikan contoh lebih mendalam lagi perihal penerapan mutlak-relatif yg melibatkan pokok-pokok di wilayah filsafat.

Setiap orang bisa punya pendapat yg berbeda dari saya, namun paling tidak kita mengetahui bagaimana memposisikan konsep mutlak-relatif di ranah filsafat, sehingga dapat dipakai oleh anda sendiri sesuai keyakinan anda sendiri.

  • 〰 Keberadaan itu mutlak adanya karena memang telah sempat ada, sehingga mutlak adanya
  • 〰 Keberadaan itu relatif adanya karena memang meskipun sempat ada, sehingga mutlak adanya, namun relatif kemungkinannya untuk selalu ada, sehingga mutlak ada namun relatif dalam rentang waktu terbatas
  • 〰 Adanya sesuatu mutlak bagi yg menyadari "adanya sesuatu" itu sendiri, namun relatif bagi yang tak menyadari
  • 〰 Jika itu mutlak, maka berarti benar adanya, namun relatif bagi setiap orang, sehingga yg relatif ada yg mengenali / tak mengenalinya.

Dasar Praktis

Seperti anggapan umum bahwa kebenaran aksiomatis itu self-evident - jelas dengan sendirinya tanpa pembuktian, yang saya tolak❗️Karena seminim-minimnya suatu pernyataan kebenaran tanpa bukti, tetap saja melibatkan contoh untuk memastikannya

Di sini pula, meskipun saya melihat dari sudut pandang filosofis, tak berarti mengikuti kebanyakan kata mereka jika saya rasa tidak sesuai.

  • 1⃣ Sudut Pandang Pengetahuan (Filosofis). Yang mutlak tidak harus dipastikan berlaku di segala penjuru, namun sebaiknya berlaku di segala penjuru agar luasnya pengetahuan mampu memperluas sudut pandang kita, yg berarti memperluas kebijaksanaan kita, yg berarti pula berpeluang mendekatkan dan memperbesar kebahagiaan kita. Demikianlah tujuan berfilsafat yg sebenarnya
  • 2⃣ Sudut Pandang Realistis. Mutlak karena keadaannya sesuai hukum yg berlaku yg tak mungkin terjadi di luar ketentuan, sehingga setiap yg relatif sebenarnya bersandar kepada kemutlakan yg khas memberi hasil yg relatif sesuai keadaan hukumnya. Demikianlah prinsip kemutlakan dalam realita.

Penerapan Praktis

Relatif

Yang relatif itu karena kita melihat perbandingan dari sudut pandang yg sempit, sehingga nampaklah kemungkinan yg berbeda yang memberikan dua hal ...

1⃣ Yang Wajib
👉 Tuntutan Hak & Tanggung-Jawab

  • 〰 Jadi ketika seseorang berkata "ini relatif", maka kita sedang dituntut untuk memilih mempertimbangkan mana yg menjadi prioritas utama dari sudut pandang hak & kewajiban bagi diri sendiri & orang lain

2⃣ Yang Tak Wajib
👉 Tuntutan Personal

  • 〰 Demikian pula ketika seseorang berkata "ini relatif", maka kita sedang dituntut memilih keanekaragam yg dianggap terbaik secara personal

KEDUA POINT (pilar relatif) SAMA-SAMA MENUNTUT KITA UNTUK MENOLAK / MENERIMA, namun dengan format penerimaan / penolakan yg berbeda

Mutlak

📍Kembali ke hal praktis tentang mutlak-relatif, maka yg mutlak itu tak dapat diganggu-gugat dan ditemukan di wilayah manapun dari yg paling sempit sampai seluas dimanapun.

⛳ Dasar nalarnya adalah bahwa suatu hukum di wilayah tertentu tak mungkin memberikan dampak di luar dari seharusnya

SECARA TAKTIS - CEPAT

Dari semua penjelasan perihal mutlak-relatif, dapat disimpulkan gradasi dari kemutlakan yaitu ...

1⃣ Mutlak Sesuai Ketentuan

  • 👉 Mengikuti Sunnatullah

2⃣ Mutlak Telah Terjadi

  • 👉 Adanya Dipastikan

3⃣ Mutlak Selalu Terjadi

  • 👉 Dipastikan Konsistensinya

4⃣ Mutlak Berlaku Dimanapun

  • 👉 Dipastikan Kuasanya

Juga, dari semua penjelasan perihal mutlak-relatif, dapat disimpulkan gradasi dari relatif yaitu ...

1⃣ Relatif Adaptasi

  • 👉 Tak Keluar Dari Ketentuan

2⃣ Relatif Kemungkinannya

  • 👉 Potensinya Dipastikan
  • 👉 Probablitasnya Diragukan

3⃣ Relatif Bergantung

  • 👉 Konsistensinya Tak Mandiri

4⃣ Relatif Berlaku Terbatas

  • 👉 Kuasanya Terbatas

Sudut Pandang Pelaku

Ada pelaku pertama, pelaku lainnya dan pengamat atas semua pelaku yg ada.

Sehingga ketika suatu keberadaan terjadi bagi seseorang (pelaku 1) dan bukan bagi lainnya (pelaku 2), maka mutlak bagi seseorang (pelaku 1) dan relatif bagi lainnya (pelaku 2), namun potensinya dipastikan oleh pengamat, sedangkan probabilitasnya diragukan oleh pengamat

  • 〰 Contoh: seseorang berkunjung ke suatu tempat, maka tempat tersebut mutlak bagi pengunjungnya, namun tak mutlak bagi yg tak mengunjunginya dan tanpa menyadari mutlak-relatifnya. Pengamatlah yg menyadari dimana mutlak-relatifnya. Kecuali jika pelaku yg tak menyadari tempatnya, diceritakan, maka posisi pelaku merangkap sebagai pengamat, sehingga nampaklah relatifnya yg menegaskan kemungkinannya bisa terjadi namun peluang (probabilitas) terjadinya diragukan.

〰〰〰

PENUTUP

KEMUTLAKAN

❇️ Kuasa Kemutlakan. Jika kita serba tahu atas apa yg dihadapi, maka keadaannya mutlak bagi kita karena kita menyadari kemutlakan ...

  • 1⃣ konsistensinya
    2⃣ jangkauan konsistensinya

... sehingga

❇️ Sesuatu itu relatif karena kelemahan sudut pandang kita, serta kebergantungan kita, bukan relatif karena tak ada kemutlakan, karena wilayah kerja yg relatif berada dalam jangkauan kemutlakan

Jadi kita bisa memakai konsep relatif untuk mengingatkan bahwa

❇️ Sesuatu itu bisa berbeda (relatif) tanpa melupakan fakta bahwa yg relatif itu mutlak terjadi sebagaimana seharusnya mengikuti aturan sebab-akibat yg berlaku secara terbatas atau universal

  • 〰 Artinya bahwa sebab-akibat menentukan (memutlakkan) kemungkinannya (relatifnya), sehingga yg relatif menjadi "ada" sebagai alternatif

❇️ Mutlak adalah dasar dari relatif, dan relatif adalah manifestasi dari mutlak

Adaptasi Konsep Kemutlakan Dalam Komunikasi

Bahwa banyak yg menganggap "yg mutlak berlaku dimanapun", padahal yg mutlak tak harus berlaku dimanapun, dalam arti semuanya terjadi mengikuti hukum-hukum sebab-akibat yg berlaku tanpa dapat terjadi di luar aturan. GIGO, output sesuai inputnya

  • 👉 Maka demi untuk memperlancar diskusi, kita bisa mengikuti sesuai batas pemahaman lawan diskusi, namun tanpa mengurangi sudut pandang & konteksnya - tetap relevan dalam arti ...
  • 〰 Tak masalah kita bermain-main dengan makna, tetapi batasnya jelas, agar tak terjebak mencari celah pembenaran, yg seharusnya mencari celah (memperluas) kebenaran. Agar tak terjebak mencari celah pembenaran tanpa kita sadari

✅ Jadi secara umum, kebenaran mutlak bersifat menyeluruh, maka kita memakai hal ini. Namun ketika seseorang menegaskan kemutlakan secara terbatas, maka kita harus menyadarinya, lalu menanggapi secara relevan tanpa melampaui batas

Jika kita mampu memahami ini dari berbagai sudut pandang yg luas seperti ini, maka ketika lawan bicara kita tergelincir ke wilayah ambigu, atau sengaja menyeret kita ke ranah ambigu, maka kita telah mengenal medannya, sehingga mudah menuntun mereka ke posisi apa adanya

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet