Jika anda bertanya "nyata" & "ada" dari sudut pandang yang berbeda, maka jangan terjebak oleh pemahaman dari sudut pandang yang berbeda yang terkesan masuk akal padahal di luar konteks.
Konteks & Sudut Pandang
Pemahaman dari sudut pandang filsafat atau dari sudut pandang psikologi atau dari sudut pandang fisika? Berarti sudut pandangnya tak relevan, karena sudah keluar wilayah konteks.
Jika berbicara dari konteks (wilayah) filsafat, lalu kita melihat dari sudut pandang lainnya, maka jangan mengambil sudut pandang di luar filsafat, melainkan beda sudut pandang di wilayah yang sama (filsafat).
JANGAN MENGIRA SAH MELUASKAN SUDUT PANDANG PADAHAL SUDAH KELUAR KONTEKS (WILAYAH). kecuali jika antara filsafat & lainnya berada di bawah naungan wilayah (konteks) yang lebih luas yaitu konteks pengetahuan
⭕️ Jadi "nyata", "ada" & "tiada" bisa dipahami dari sudut pandang yang berbeda namun jangan beda konteks
Pencipta & Ciptaan
Antara Ada & Tiada yaitu antara Pencipta & Ciptaan, yang bukan berarti Pencipta ada dan ciptaan-Nya tiada, melainkan antara "Ada & Tiada" harus di konversi ke antara "MAHA ADA & ada"
Atau "Yang Nyata & Yang Ada", atau "Yang Melampaui Ada & Yang Ada"
Yang nyata berarti ada, sedangkan yang ada tidaklah nyata.
Yang terbukti ada berarti nyata adanya namun tak lebih nyata dari adanya Tuhan
Yang terbukti ada membuktikan adanya kenyataan Tuhan
Jika ciptaan-Nya dianggap nyata, maka kenyataannya sebatas ada yang tak melampaui kenyataan-Nya.
Jika ciptaan-Nya sebatas ada, maka adanya tak senyata Tuhan
Lalu bagaimana meletakkan pemahaman "Nyata" & "Ada" tanpa tumpang tindih terbolak-balik, yang jikapun dibolak balik ditumpang tindihkan, tetap dapat menarik batas yang konsisten terhadap "Nyata & Ada"❓
Bahwa kita selalu berfokus adanya atas dasar bukti persepsi. Padahal ada yang mendasari segala yang dianggap ada, sehingga menampakkan perbedaan antara "yang ada" & "yang Maha Ada - Melampaui Ada", yaitu kebergantungan.
Sehingga semua yang bergantung masuk kategori "yang ada" dan yang menjadi tempat bergantung yang satu - satunya adalah Sebab Mutlak - Yang Melampaui Ada - Yang Nyata.
Jadi terbuktinya sesuatu membuktikan adanya kebergantungan,dan membuktikan kenyataan-Nya yang tak bergantung.
Jadi mau dibolak balik dipertukarkan antara "yang terbukti" sebagai "nyata terbukti" sehingga ciptaan manapun bisa dianggap nyata, maka perlu ditegaskan kebergantungannya, sehingga nampak jelas kenyataan kita tak melampaui kenyataan-Nya karena kenyataan kita bergantung kepada-Nya.
Sehingga kalaupun ciptaan-Nya dilabeli sebagai "Yang Nyata", maka keadaan "Ada & Tiada" & "Yang Nyata & Ada" dipahami sebagai "Yang Maha Nyata & Yang Nyata"
Dan secara mutlak dengan satu pemahaman yang menjadi dasar dari semua penyebutan, maka "Ada - Tiada", "Nyata & Ada", "Melampaui Ada & Ada" atau "Yang Maha Nyata & Nyata" atau "Yang Melampaui Nyata & Nyata, disadari sebagai ...
"YANG TAK BERGANTUNG (MENJADI TEMPAT BERGANTUNG) & YANG BERGANTUNG"
Menyadari kebenaran ini dibalik polemik "ada-tiada", tak akan menjebak kita menyamakan posisi "ada-tiada" atau tak terjebak menyamakan posisi "nyata & ada" atau juga tak terjebak menukar posisi "ada-tiada" & "nyata-ada" secara tidak layak
Singkatnya, memahami kemutlakan dibalik polemik, akan menyadarkan duduk perkaranya meskipun dibolak - balik, sehingga dalam diskusi mampu cepat mensinkronkan karena mudah mengembalikan posisi yg diperdebatkan di posisi (hirarki) yang sesuai