Paradigma FILSAFAT vs MESIN CERDAS

Seremonia
2 min readMay 14, 2024

--

Photo by Rock'n Roll Monkey on Unsplash

TANTANGAN FILSUF MENGHADAPI MESIN MENGHADAPI MESIN CERDAS

Urusan robot, akan seru bukan di obrolannya yang memang semakin halus & argumentatif, yg di titik ini (sekali lagi perlu diulangi lagi bahwa ini) saja sudah menantang filsuf untuk mengubah cara menalarnya atau bisa jadi filsuf diam membisu di depan AI

Tetapi ada lagi yang lebih seru dari sekedar ditantang oleh mesin, melainkan apakah tantangan mesin bisa menghadapi diskusi kebenaran mutlak?

Apakah sekali lagi filsuf diam membisu menghadapi diskusi dengan mesin cerdas, atau kita balik mesin itu sendiri yang berulang kali terdiam ketika menghadapi diskusi kebenaran mutlak?

  • Jadi secara real time, filsuf yg diajari mesin atau mesin yang diajari filsuf?

SEDEMIKIAN HALUSNYA LALU APAKAH SEDEMIKIAN SADAR KEMUTLAKAN JUGA? ATAU SEKEDAR MENCONTEK TETAPI NALARNYA TAK AKSIOMATIS❓

Ya benar, ada tiga tantangan bagi mesin cerdas ...

  1. KOLEKSI DATA. Menyediakan Corpus Data Kebenaran Mutlak Seperti Contoh Di Sini METAUniversa
  2. MENCARI DATA. Tak Sekedar Menjawab Dengan Menyontek Kemiripan Antara Pertanyaan & Jawaban (Contekan) Dari Kumpulan Data Kebenaran Mutlak Universal. Melainkan Juga ...
  3. MENALAR DATA. Bisa Menalar Melampaui Logika Sebab Akibat (Dengan Konsekuensi Logis Mutlak)

♦️Disitu serunya untuk dicari tahu ... , karena sejauh ini mesin cerdas sebatas memiliki data yang sedikit sekali kemutlakannya, pun, jika ada, sebatas mencari kemiripan, tanpa menalar datanya secara aksiomatis

Bahkan ketika mereka mulai menyadari mesin cerdas kausalitas — CML — Causal Machine Learning — Causal Inference (mesin cerdas berlandaskan nalar sebab-akibat), itupun juga belum secara matang menyadari struktur dari sebab-akibat, lalu bagaimana bisa memahami nalar yang mendasari sebab- akibat.

Begitulah tantangan mesin cerdas yang ketika masih jauh dari menalar model manusia, dan ketika benar- benar bisa melakukannya, itupun juga masuk kategori menalar META, yang berarti METAFilsafat akan menjadi teman kuat mesin cerdas yang tak boleh sekedar teman, melainkan teman kuat yang memposisikan mesin cerdas dibawah manusia (SUATU KEHARUSAN).

🔰 Begitulah seharusnya filsuf nanti menyongsong mesin yang semakin aksiomatis. Tidak bingung, tidak kagum, melainkan biasa saja menghadapi mesin cerdas.

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet