Penjelajah Kebenaran

Seremonia
6 min readJul 18, 2020

Apa manfaat meditasi? Fokus? Dimana kesulitannya? Mengapa belum cukup di favoritkan bagi kebanyakan dari mereka? Atau sudah?

AKAR PERMASALAHAN

Kenyamanan atau ketidak- nyamanan. Ketika mereka telah berada pada keadaan nyaman, maka sulit sekali keluar dari zona nyaman untuk berjuang penuh kesulitan.

Bukan masalah jika kita berada di zona nyaman pencerahan dan tidak mau turun ke derajat tanpa pencerahan.

Bertahan pada zona nyaman tidak selalu buruk jika zona nyamannya merupakan keadaan terbaik atau keadaan paling baik dalam proses menuju kesempurnaan.

Berbeda jika zona nyamannya merupakan keadaan yang tetap, tidak berkembang ke keadaan lebih baik. Ini bukan proses penyempurnaan.

Ada juga mereka yang tidak keluar dari zona tak nyaman karena berputus-asa untuk meraih perubahan lebih baik (zona nyaman).

Permasalahan utama adalah tidak mau melakukan perubahan menjadi lebih baik lagi karena melibatkan pengorbanan yang dirasa berat — melelahkan.

PENGORBANAN

Sebenarnya, mereka yang tidak mau berkorban demi penyempurnaan, telah lupa bahwa jauh sebelum ini di masa lalu, mereka telah melakukan pengorbanan. Mereka mengira bahwa pengorbanan saat ini lebih berat dibanding sebelumnya.

Padahal tidak ada yang lebih berat selama dilakukan secara sedikit demi sedikit. Hanya saja mereka tidak sabar.

APA ADANYA

Jika melihat suatu permasalahan, seharusnya dilihat secara jelas seberapa berat permasalahan tersebut menurut kita. Terkadang kita merasa terlalu berat padahal setelah terlewatkan ternyata ya memang begitulah seharusnya resikonya dan siap menerimanya.

Mengapa setelah mengalami kesulitan, kita tidak mencoba agar di masa depan bertekad untuk mempersiapkan kebaikan diri agar beban masa lalu teratasi atau berkurang. Hikmah disini maksudnya adalah bahwa kita telah melewati kesulitan yang tak terhindarkan, lalu mengapa kita tidak juga mencoba mengatasi. Karena kalaupun kita berputus-asa terhadap harapan kita, itupun juga tidak menghindarkan kita dari masalah. Jadi seharusnya diimbangi dengan upaya kebaikan untuk meringankan/memecahkan masalah.

Ilustrasinya: Mau mencari buku, semua toko tutup, lalu mengapa tidak mencoba datang ke teman meminjam? Kalaupun takut ditolak teman, bahkan sebelumnya telah dikecewakan berkali-kali (semua toko terdekat yang didatangi tutup)

Merasa terbebani dengan harapan padahal jauh hari sebelumnya telah merasakan banyak beban, jadi sekalian saja terbebani tetapi dalam arah yang lebih baik.

Ini tidak berarti “sudah kepalang basah, sekalian menceburkan diri lebih buruk lagi”, tetapi yang benar adalah “sudah kepalang basah pernah terbebani, sekalian menceburkan diri dengan rela berkorban. Jangan merasa seolah tidak pernah terbebani.

TEKANAN TINGGI

Ada mereka yang jika tidak mengalami tekanan tinggi, menjadi kurang kreativitas atau kurang motivasi. Jika demikian, ketika keadaan telah cukup menekan, lakukan langkah drastis untuk merubah arah ke yang lebih baik.

Jangan ditunda, karena boleh jadi tekanan tinggi membantu memotivasi kita, tetapi mereka yang berada dalam tanggung-jawab kita ikut serta tertekan yang menyedihkan.

KETIDAK-SEPAKATAN

Kita bisa tidak bersepakat, dan tetap saling memperoleh manfaat sekecil/sebesar apapun.

Maksudnya begini: bahwa boleh jadi kita tidak bersepakat sampai tuntas tetapi jalan menuju kebenaran tetap jangan sampai terhenti.

Karena terkadang ketidak-tuntasan sesuatu jangan diartikan sebagai tanda berhenti berjuang, tetapi sebagai tanda untuk beralih cara pendekatan.

Ini seperti ketika kita belajar matematika, dan sedikit menguasai dari seharusnya, maka perlu kursus matematika.

Demikian pula ketika mengalami kebuntuan bahkan bukan di hampir ujung perjalanan, tetapi mendekati pertengahan, maka boleh diputuskan berhenti tanpa mendiskreditkan sesuatu dugaan kebenaran, tetapi mencoba mencari (pendekatan) jalan lain.

Ibaratnya, kita hampir melihat dengan jelas suatu kebaikan melalui banyak bukti tentang-Nya, tetapi karena satu dan lain hal yang tidak (belum) kita pahami lalu kita memutuskan bahwa kebaikan-Nya diragukan.

Ini benar dari sisi investigasi umum dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam proses mencari kebenaran ... ada setitik saja tanda kebenaran- Nya ... selanjutnya kita harus berbaik sangka kepada-Nya, walau memahami selebihnya masih sedemikian sulit. Ini akan memberikan pernghargaan pada-Nya dan berbalas kepada diberikan oleh-Nya kepada kita suatu kemajuan melalui proses yang lebih baik atau tak terduga/tak disangka-sangka.

Bukan masalah ketidaksepakatan menghentikan jalan untuk sementara, tetapi jangan menghentikan tekad kïta menuju kebenaran serta jangan menurunkan penilaian kita kepada-Nya, karena akan ada waktunya ketika Tuhan menyambung ketidak-tuntasan kita di lain waktu dengan cara yang sama/berbeda sama sekali.

Karena kita tidak sedang membahas tentang dunia & seisinya melainkan tentang Dia — meraih kebenaran, dan begitulah seharusnya kita menyikapi ketidaktuntasan.

ALASAN SIBUK

Batas-batas dualitas dunia yang mengeringkan.

Dunia ini penuh batas-batas, hirarki, kepemimpinan, friksi (gesekan) yang dapat cukup melelahkan bagi kita ketika mengalaminya (terlepas apakah kita dalam keadaan lega atau terhimpit).

Mereka bilang, meraih sesuatu harus dengan pengorbanan. Dan pengorbanan itu berat, apalagi meditasi, sedemikian jenuh, berlipat-lipat kegalauan dalam diri kita? Benarkah? Tidak!

Setiap hari, rutinitas kita selalu memaksa kita untuk tunduk mengulang hal yang sama setiap hari. Terus dan terus, sepanjang hari, minggu dan tahun.

Ada yang mengulang rutinitas hanya 10 menit sehari, berulang kali, lalu mereka mengatakan sibuk. Sedangkan banyak hal yang mereka ulang setiap hari dan menyadari bahwa sebenarnya dapat diganti dengan yang lebih baik jika ada, hanya saja dianggap belum ada pengganti.

Juga sebenarnya banyak cukup waktu untuk sedikit digunakan bagi sesuatu yang berguna, tetapi bukan meditasi menurut mereka.

TANTANGAN NYATA

Mereka tidak menyadari bahwa keadaan kita sebenarnya sangat lemah!

Sedemikian kuat kita merasa, sehingga jika terkena penyakit parah maka andalan utamanya adalah dokter atau alternatif, bukan Tuhan. Mengapa?

Jika kita lemah maka seharusnya kita bersandar kepada Tuhan.

Mereka berkata “saya juga berdoa ke Tuhan”. Benar, tetapi ketika ada keluarga terkena sakit parah, dan meninggal, mereka dengan mudah berkata “sudah ditakdirkan”. Sedangkan doa mereka terhadap yang sakitpun tidak seharian dilakukan. Lalu bagaimana mereka yakin bahwa takdirnya mati (bukan hidup)?

Ini seperti ketika mereka yakin bahwa dokterlah yang pertama kali menenangkan hati mereka, bukan Tuhan. Dokterlah yang pertama kali menenangkan hati mereka, bukan Tuhan. Demikianlah mereka telah melalaikan Tuhan.

Seandainya sakitnya tidak seringan dan secepat membawa kepada kematian …seandainya sedemikian memilukan, pedih sakitnya, tentu mereka akan protes marah ke Tuhan. Atau tetap juga protes?

Inilah tantangan nyata yang sederhana tetapi menyesakkan di dada … , sakit parah. Mudah dipahami bahwa sakit itu tidak enak tetapi ketika dipaksa untuk merasakannya … , mendadak marah ke Tuhan.

Apakah nilai doa baru diperhitungkan setelah dokter angkat tangan? Ini benar-benar penghinaan kepada Tuhan! Dan ini benar-benar akan dibalas kelak dengan diremehkannya mereka oleh Tuhan.

Kata mereka, “ok ok saya sadar Tuhan nomor satu, tetapi juga tidak mudah berdoa seharian dalam kesibukan jaman sekarang.

Kabar gembira, bahwa jika kita dekat dengan Tuhan, ada saatnya ketika sebelumnya doa kita harus seharian untuk suatu masalah, sedangkan kedekatan kita dengan Tuhan akan memangkas waktu berdoa kita. Kalaupun tetap harus berdoa cukup lama, Tuhan akan menguatkan tekad kita sehingga tidak bosan — terasa mudah, dalam berdoa & beribadah. Lalu dimana lagi sulitnya.

Dan bahkan cara pendekatan kepada Tuhanpun dapat dilakukan secara sangat perlahan (sedikit tetapi konsisten), bagai menabung uang demi masa depan, atau bagai kursus, bagai merawat kendaraan/bayi sepanjang tahun, hanya saja hasil proyek kedekatan dengan-Nya tentu memberikan hasil lebih luar biasa.

Dua kalimat sederhana yang melandasi kesulitan mereka dalam mendekati Tuhan.

  1. Tiada jaminan kemudahan/kecepatan dalam meminta tolong di masa depan — seolah harus selalu penuh kelelahan untuk setiap doa yang dilakukan (jadi untuk 1000 permintaan? lebih baik dengan usaha dunia — sedikit sekali doa/upaya untuk pendekatan, sehingga tidak perlu berdoa melelahkan untuk setiap permasalahan, dan ini adalah kesalah-pahaman!)
  2. Belum terkena penderitaan yang membuat putus-asa (terkadang inilah saatnya titik balik kehidupan untuk berjuang kepada-Nya, bukan masalah “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”, tetapi seharusnya “lebih baik mencegah sehingga meringankan pengobatan”)

Lalu dimanakah proses menjelajahi kebenaran-Nya? Lakukan langkah kecil mendekati dirinya terserah karena motivasi memohon bantuan atau tidak. Intinya rela untuk mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Nanti seiring waktu ketika ada masalah dan kita tertolong maka timbul rasa syukur kepada-Nya.

Tahap berikutnya, Tuhan sendiri yang akan membalas kebaikan kita dengan menyempurnakan keadaan kita secara umum serta secara khusus terhadap pemahaman kita kepada Tuhan, sehingga seiring waktu kita akan melihat perkembangan diri kita dalam hubugannya dengan lingkungan & makhluk hidup lainnya, diri sendiri dan terhadap Tuhan, menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Diperlukan langkah awal untuk memulai perjalanan penyempurnaan diri, dan itu dimulai dengan perlahan — sedikit demi sedikit serta konsisten mendekati-Nya.

Dan satu cara tersebut untuk meraih jalan pintas di kemudian hari, adalah fokus/dzikir/meditasi

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet