Science Of The Gaps

Seremonia
6 min readJan 11, 2023

--

“God of the gaps" adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan situasi di mana seseorang mencoba untuk menjelaskan fenomena alam yang tidak diketahui dengan menyatakan bahwa itu diciptakan atau dikendalikan oleh Tuhan.

Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks debat agama dan ilmu pengetahuan, di mana beberapa orang percaya bahwa ada celah-celah dalam pengetahuan ilmiah saat ini yang harus diisi oleh keyakinan agama. Secara sederhana, masalah "God of the gaps" terjadi ketika seseorang menganggap Tuhan sebagai jawaban atas sesuatu yang tidak diketahui atau belum dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan saat ini. Misalnya, jika seseorang tidak dapat menjelaskan bagaimana alam semesta diciptakan, mereka mungkin akan mengatakan bahwa Tuhan yang menciptakannya.

Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ada kemungkinan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab oleh pengetahuan ilmiah dan Tuhan tidak lagi dianggap sebagai jawaban.

Masalah ini dianggap problematis oleh banyak orang karena keyakinan agama dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diuji atau dibuktikan secara ilmiah, sementara ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari jawaban yang dapat diuji dan dibuktikan.

Oleh karena itu, ada pandangan bahwa menganggap Tuhan sebagai jawaban atas sesuatu yang belum dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan saat ini dapat membatasi perkembangan ilmu pengetahuan dan menghambat kemajuan dalam pemahaman fenomena alam.

Secara sangat sederhana, bisa dijelaskan seperti ini. Kalau bingung mengapa sesuatu bisa begini begitu, teis akan berkata "itu dari Tuhan"

Atau kalau ateis membantah , maka teis berkata "kamu ga paham karena itu rencana Tuhan"

Di sinilah "God of the gaps" mencoba melawan bahwa "Tuhan tidak punya peran dalam banyak kasus, tetapi kejadian itu sendiri yang berperan".

Lebih sederhana lagi "bahwa semua proses bisa di nalar tanpa harus melibatkan Tuhan". Jadi pada akhirnya mereka menganggap tak ada Tuhan dibalik kejadian. Semua kejadian bersifat kebetulan, tanpa campur tangan Tuhan. Argumentasinya ❓

Semakin berkembang ilmu pengetahuan dan penelitian, semakin terlihat banyak misteri yang terpecahkan atau semakin disadari penyebab dibalik semua peristiwa adalah sebab akibat proses di alam semesta, dan bukan dari Tuhan. Inilah alasan ateis untuk menyingkirkan peran Tuhan. Benarkah ❓ Tidak ❗️

Justru fakta membuktikan bahwa semakin berkembang pengetahuan, semakin membingungkan karena kesederhanaan hasil penelitian yang sampai ke level quantum.

Dan kebingungan ini pada akhirnya justru semakin mengarah ke sebagaimana yang diisyaratkan oleh agama tentang adanya Kuasa Tuhan.

Jadi ketika kaum teis membela diri bahwa pembuktian tentang Tuhan tidak bisa di nalar melalui teknologi karena beda jurusan. Bagi saya justru perkembangan teknologi dan penelitian sampai level quantum, semakin membuktikan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi tidak bertentangan dengan konsep Tuhan.

Dan bahwa pengetahuan KeTuhanan tetap dapat memecahkan kebuntuan misteri di level quantum. Pun, misalkan, kebuntuan tersebut akhirnya berhasil terjawab secara quantum (yang dulunya membingungkan), jawabannya pun akan selaras dengan pernyataan kebenaran tentang KeTuhanan, bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Meliputi & Yang Tunggal

Jadi, semakin berkembang ilmu pengetahuan, maka gap (kebuntuan karena ada misteri tak terpecahkan) justru semakin berkurang, dalam arti bahwa KeTuhanan benar-benar mampu menjawab kebuntuan, dan bukan sekedar alasan sedikit-sedikit "ini dari Tuhan", tetapi memang akan terbukti tentang bagaimana sebenarnya.

Jadi ❓

📍Semakin maju penelitian tentang alam semesta, maka akan semakin menampakkan kesederhanaan karakteristik alam semesta yang jauh dari kerumitan perumusan yang terjadi sebelumnya di dunia fisika klasik. Artinya ❓Tidak mungkin dua keadaan yang berbeda akan semakin mempermudah memahami sesuatu tanpa melibatkan Tuhan. Mengapa ❓

📍Semakin mendalam penelitian sampai ke level quantum, semakin terdapat jarak yang jauh perbedaannya dibandingkan penelitian sebelumnya di ranah fisika klasik. Artinya, bahwa dimensinya saja telah berbeda, maka tentu bukannya semakin menjelaskan, justru sempat terjadi "gap" yaitu "science of the gap"

  • 👉 God of the gaps menegaskan bahwa "jangan membawa-bawa Tuhan jika mengalami kebingungan sebab akibat, karena bisa dijelaskan oleh sains".
  • 👉 Sekarang yang terjadi justru sebaliknya. "Science of The Gaps". Bahwa "jangan membawa-bawa sains jika mengalami kebingungan sebab akibat, karena akan bisa dijelaskan oleh KeTuhanan".

❇️ Jadi ketika sains ingin menyingkirkan Tuhan, justru berbalik, betapa dunia sains mengalami kebingungan di level quantum, sehingga penjelasannya cenderung dari luar sains (yang bisa melibatkan pengetahuan KeTuhanan atau bukan). Tetapi intinya bahwa keterlibatan pengetahuan KeTuhanan tidak bisa ditutup 100% karena hal ini masuk kategori di luar sains yang sedang mengalami kebingungan.

  • 👉 Lalu ❓Sederhana, bahwa klaim sains tentang tak perlunya melibatkan Tuhan bahkan meskipun sekedar menjelaskan kebingungan dunia quantum, tak bisa 100% diterima. Karena justru ada kemungkinannya peran KeTuhanan dilibatkan dalam menjelaskan kebingungan sains di level quantum. Mengapa ?
  • 👉 Karena semakin memasuki level quantum, semakin mendekati kesederhanaan proses alam semesta yang mengarah kepada KeTunggalan yang jauh sebelumnya sudah diisyaratkan oleh-Nya

Rumusan God of The Gaps

Mari kita coba lihat "God of the gaps" dari sudut pandang rumus.

Suatu deret angka yang mewakili komposisi partikel ...

👉 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, ... Jika kita rumuskan menjadi 1/(2^n). Jika kita mengambil batas dari fungsi ini saat n mendekati tak terbatas (infinity), hasilnya adalah 0. Ini berarti bahwa peran Tuhan dalam menjelaskan sesuatu menjadi tidak relevan saat n mendekati tak terbatas ❓

〰 Dalam bahasa sederhananya, bahwa semakin mendalam penelitian sains, maka semakin tak ada keterlibatan Tuhan bahkan meskipun sekedar sebatas memberi petunjuk / bimbingan. Benarkah demikian ❓SALAH

〰 Lebih mendasar lagi, bahwa menguak rahasia semesta melibatkan mesin pemecah partikel - LHC. Dan semakin ke dalam dari yang awalnya 1, lalu terbelah menjadi lebih kecil lagi 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32 dan seterusnya dari molekul, atom, elektron, muon dan partikel lebih kecil lagi, semakin menunjukkan tanda bahwa semesta mendekati kekosongan (nol = 0). Nilai nol ini tidak bisa dikatakan "ketiadaan mutlak", tetapi tetap merupakan "ada" karena konsep nilai nol bisa dilibatkan dalam perhitungan.

Dan justru kekosongan quantum inilah yang menegaskan kebenaran KeTuhanan bahwa kekosongan adalah keberadaan. Dan bahwa kita semua berasal dari ketiadaan yang bukan mutlak melainkan ketiadaan semu yaitu kekosongan.

Dan ini dibuktikan bahwa apa yang dianggap sebagai kekosongan justru mampu memunculkan energi "quantum fluctuation"

〰 Lagi, bahwa ketika sains tidak mengakui non materi, maka semakin terbukti bahwa konsep materi yang bisa di indera berbeda dengan konsep non materi (kekosongan) yang tak bisa di indera, namun bisa memunculkan sesuatu yang bisa diukur (energi) yang sama seperti materi yang bisa diukur.

Ini justru menandakan bahwa semakin ilmu pengetahuan maju, semakin mendekati kesesuaian dengan konsep KeTuhanan

Jadi, apakah ilmuwan melihat ke dalam kitab suci atau mendapatkan jawabannya sendiri, akhirnya hasilnya akan menunjukkan betapa sinkronnya antara sains dan agama.

Setidaknya, kitab suci dapat dijadikan hipotesis oleh ilmuwan. Jika para ilmuwan menolak ide ini, maka mereka bukanlah ilmuwan dengan pemikiran terbuka, dan ini namanya ilmuwan mengkhianati misi awal mereka untuk bersikap netral demi mencari kepastian

SCIENCE OF THE GAPS

God of The Gaps ❓Mereka menuduh seolah setiap kali ada kebingungan, kebuntuan, mudah dijawab dengan berkata "itu karena Tuhan". Seolah tak ada penjelasan ilmiahnya.

Lalu setelah semakin majunya teknologi, semakin terbuka pula misteri alam semesta, dan seolah mereka berkata "tak perlu Tuhan sebagai alasan atas kebingungan, karena perkembangan sains & teknologi bisa menjawab tanpa membawa-bawa Tuhan"

GOD OF THE GAPS

Kata mereka: semakin maju teknologi, aturan Tuhan semakin mendekati nol ❓❌

Kata mereka: semakin maju teknologi, misteri Tuhan semakin mendekati nol ❓❌

FAKTANYA ❓

SCIENCE OF THE GAPS

Yang benar: semakin maju teknologi, aturan semesta semakin menunjukkan KeTunggalan Tuhan ❗️✅

Yang benar: semakin maju teknologi, semakin bertambah misteri❗️✅

Faktanya ❓Science of The Gaps. Kalau bingung? Lalu beralasan, pasti ada penjelasan ilmiahnya yang belum jelas dan semakin tidak jelas, kecuali kembali ke Tuhan

Jadi semakin kebingungan ilmuwan tentang misteri yang tak bisa dijelaskan (science of the gaps), justru semakin membuktikan tak ada "tanpa alasan" (God of the gaps) kecuali satu-satunya alasan memang harus melibatkan kesadaran tentang Tuhan.

Semakin maju sains & teknologi ❓Semakin mengukuhkan kebingungan sains (science of the gaps) dan justru kemajuan sains & teknologi semakin mendekatkan kepada jawaban tentang kebingungan kita tentang adakah peran Tuhan (God of the gaps), melalui bukti harus adanya peran KeTunggalan dibalik semuanya, dan meninggalkan sains & teknologi dalam kebingungan mutlaknya yang tak terjawab kecuali dengan melibatkan Yang Maha Kuasa yang sebelumnya ditolak

KEMAJUAN SAINS & TEKNOLOGI SEMAKIN MENGUKUHKAN SCIENCE OF THE GAPS ❌ DAN SEMAKIN MELEMAHKAN GOD OF THE GAPS ✅

👉 KEMAJUAN SAINS & TEKNOLOGI SEMAKIN MENGUKUHKAN tak mampunya sains menjawab misteri yang semakin sulit di nalar (SCIENCE OF THE GAPS), yang hanya bisa dijawab melalui peran adanya Yang Maha Kuasa yang berarti menggugurkan tuduhan adanya gaps di God of the gaps

--

--

Seremonia
Seremonia

No responses yet