Setiap ayat di Al Quran saling meliputi satu dengan lainnya dalam konteks yang berbeda
✅ Jika kita kesulitan memahami suatu ayat, maka bisa dicarikan ayat lain yang memiliki hirarki meliputi.
Ini penting, agar kita tidak memahami ayat di luar konteks
Sebagai contoh pada kasus reinkarnasi yang tidak diterima oleh Islam.
Masalah kepercayaan itu bisa berbeda, namun ketika dikaitkan dengan Islam serta merujuk ke Al Quran, maka perlu kehati-hatian agar tidak keluar konteks
〰〰〰
Ada ayat yg menegaskan kita hidup mati berulang kali. Apakah ini tanda adanya reinkarnasi?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 28)
Kita harus melihat inti pemahaman dari reinkarnasi. Jangan dipahami nanggung, nanti bisa tumpang tindih.
Reinkarnasi bukan sekedar hidup kembali, tetapi hidup untuk menyempurnakan kualitas hidup.
📌 Secara mendasar ini pemahaman utama terkait reinkarnasi.
- 1⃣ Hidup Kembali
- 2⃣ Menyempurnakan Diri
🔰 DI SINI KITA PERLU MENCARI AYAT YANG HIRARKINYA MELIPUTI
Ayat ini membantah adanya peluang untuk memperbaiki diri (membantah point 2⃣)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 99)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 100)
📌 Point 2⃣ ❌
🧩 Kesimpulan awal, "tak ada reinkarnasi" karena ada point inti yang tertolak
〰〰〰
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,"
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 72)
📌 Ada saat sebelum kita lahir, kita telah hidup untuk menerima amanah
✅ Kita tidak tahu pasti hidup mati berulang kali yg ditegaskan Al Quran itu demi proses apa saja, tetapi yg jelas bukan bertujuan yg mencirikan reinkarnasi
Tentu ada beda keyakinan beda pemahaman, dan setiiap orang punya keimanan sendiri sesuai agama, dan dalam Islam, ada ayat yang telah jelas makna hirarkinya menegaskan tak bisa kembalinya kita ke dunia
Di sini kita berbicara dalam konteks Al Quran, bukan sudut pandang kesadaran, bukan sudut pandang spiritual yang bagi setiap orang tak selalu punya pengalaman spiritual.
Berbeda kalau kita berbicara dari sisi mistik, spiritual, kesadaran. Itu diluar konteks
Bahwa silahkan dari kepercayaan yang lain punya pendapat berbeda, ya ga masalah. Kita tak bisa memaksa.
Bahwa silahkan dari sudut pandang kesadaran, atau spiritual punya pemahaman yang berbeda ya ga masalah juga
Tetapi ketika konteksnya dibatasi dari sudut pandang ayat Al Quran, maka telah jelas ada ayat yang sederhana mudah dipahami yang maknanya memiliki hirarki meliputi bahwa manusia setelah meninggal tak diberi kesempatan kembali lagi.
Ingat, di sini saya fokus dalam konteks tertentu, jadi saya tidak sedang berbicara dalam konteks agama lain atau juga tidak sedang berbicara dalam konteks kesadaran mistik spiritual, melainkan apapun konsep spiritual atau non spiritualnya, berada dalam konteks ayat Al Quran
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"... hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 99)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 100)
Sebenarnya sudah jelas ketika dia ingin kembali ke dunia untuk berbuat baik, namun tak diijinkan, maka tak ada kelahiran kembali ke dunia menurut Islam
- Ketika seseorang ingin berbuat baik agar dihitung amalnya, tentu ada satu kemungkinan, kembali ke dunia sebelum dia meninggal, dan ketika dia tak diberi kesempatan untuk berbuat baik, maka berarti mereka tak bisa kembali ke dunia yang dulu dia pernah hidup sebelum meninggal, ini berarti tak bisa hidup kembali di dunia fana
ASUMSI & KEIMANAN
Ya pada akhirnya kembali kesana lagi, yaitu perlu dibuktikan sendiri.
Jika semua perlu dibuktikan sendiri agar tak dianggap asumsi, padahal juga tak semua bisa dibuktikan oleh setiap orang, lalu apakah orang lain bisa memaksakan sesuatu yang tak bisa dibuktikan oleh orang lain?
Jika kita tak bisa memaksa orang lain untuk membuktikan sendiri, maka semua upaya mereka yang meyakinkan adanya reinkarnasi, juga ga relevan kecuali sebatas mereka dianggap asumsi juga. Kecuali kalau yang mengusulkan bisa membantu kita mengalami sendiri.
Artinya mau dibolak balik bagaimanapun, membuktikan sendiri tak selalu jalan terbaik, karena semua misteri tak semudah itu bisa dibuktikan.
Jadi kembali ke permasalahan sebelumnya ... bahwa
- 1⃣ Jika tak bisa dibuktikan berarti sebatas asumsi,
- 2⃣ Atau jika orang lain tak bisa memaksa kita untuk membuktikan sendiri secara spiritual, juga berarti bisa kita asumsikan
Kedua point 1⃣ & 2⃣ berarti posisinya tak berat sebelah yang tak bisa diunggulkan salah satunya, kecuali dengan solusi keimanan.
Dan kembali ke masalah keimanan❓
Itu sebabnya diperlukan keimanan agar tak terjebak membuang-buang waktu mengejar sesuatu yang ada di antara mereka tak bisa membuktikan secara langsung.
Artinya bahwa jalan tengah perlu diambil yaitu beriman. Dan keimanan ini juga harus mudah dipahami agar tak ada tuduhan "sudah saya percayai A, ternyata B"
Di sinilah Al Quran menegaskan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah.
Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 7)
Artinya, bahwa meskipun kita beriman, namun pilihlah yang mudah dipahami di Al Quran (muhkamat) dan jangan memilih yg hanya ahlinya yang mengetahui (entah itu kata mereka termasuk golongan spiritual yang membuktikan sendiri atau maksud lainnya).
- Inipun diperintahkan Allah memilih ayat yang mudah dipahami, bukan berarti "ilmumu masih dangkal, jadi pahami yang rendah aja, yang mutasyabihat itu hanya bagi mistikus yang memang belum tentu seperti yang dipahami di ayat versi muhkamat ❌ Tak seperti itu.
Justru itu rahmat dari Al Quran bahwa tak ada pertentangan di Al Quran, sehingga kita bahkan bisa memutuskan pengalaman mistik seseorang yang tinggi sekali, tanpa harus kita mengalami, yaitu diberi hidayah oleh-Nya melalui memahami ayat yang sederhana (muhkamat), dimana tak ada pertentangan antara muhkamat & yang mutasyabihat.
Yang mutasyabihat memang bisa lebih mendalam dibandingkan pemahaman versi muhkamat, namun tak berarti bertentangan.
Jadi apakah kita berpegang pada keimanan? Atau semua harus perlu dibuktikan? Atau bahkan keimanan kitapun dipersulit dengan memilih pemahaman yang sulit yang bisa menjebak? Sedangkan keimanan sederhana saja sudah cukup bisa meneropong hal yang mendalam.