Keseluruhan sifat Tuhan, semuanya adalah diri Tuhan itu sendiri seutuhnya.
Ada yang memahami kita adalah sifat Tuhan harus dipahami kita adalah ciptaan dari sifat Kuasa-Nya
Yang memahami kita adalah sifat-Nya dalam arti kita adalah ciptaan karena kuasa-Nya, sehingga sifat-Nya yang menampakkan kuasa-Nya tak terpisah dari-Nya, namun bukan berarti kita adalah Tuhan, melainkan bergantung kepada sifat-Nya, karena keadaan kita adalah atas kuasa-Nya, sehingga antara kita dan sifat kuasa-Nya tak terpisah, namun antara kita dan Dzat-Nya sebatas dekat
Sifat-Nya & Tuhan juga tak terpisahkan sebagai satu kesatuan, namun kita sebagai hasil dari sifat Kuasa-Nya tak menyatu dengan Dzat-Nya
Kita hanya tak terpisahkan dari kuasa-Nya sehingga keadaan kita dapat tercipta sekejap kun fayakun, namun kita berjarak tak menyatu dengannya.
📌 Mengapa ketika sifat-Nya adalah diri-Nya seutuhnya, lalu kita berasal dari sifat kuasa-Nya, tetapi kita bukan (diri) Tuhan? Karena ada Dzat-Nya, yang menampakkan kuasa-Nya (sifat-Nya), dimana antara Dzat & sifat adalah kesatuan, dalam arti ...
- Hilangnya Dzat berarti hilangnya sifat-Nya, dan tiada sifat-Nya menegaskan tiada Dzat-Nya, dalam arti keduanya tak terpisahkan.
- Namun adanya Dzat tak mengharuskan adanya ciptaan, sehingga keadaan ciptaan terhadap Dzat-Nya terpisah - dekat.
- Sedangkan antara sifat kuasa-Nya terhadap ciptaan-Nya itu satu kesatuan, dimana jika tiada kuasa-Nya maka tak akan ada ciptaan
- Namun tak adanya ciptaan tetap menegaskan adanya kuasa-Nya yang berarti adanya ciptaan bergantung kepada sifat kuasa-Nya.
KEBERGANTUNGAN. Jadi ciptaan yang menyatu dengan sifat-Nya bukanlah seperti kesatuan antara sifat-Nya & Dzat-Nya, melainkan ada kebergantungan terhadap kuasa-Nya.
Maka keadaan ciptaan terhadap sifat & terhadap Dzat-Nya adalah kebergantungan ciptaan atas kuasa sifat-Nya yang berarti pula kebergantungan ciptaan atas Dza-Nya
Pengetahuan
Kita adalah (kuasa) sifat-Nya, sedangkan sifat itu adalah diri-Nya yang bagi kita adalah pengetahuan tentang seberapa jauh kuasa perbuatan-Nya
Jadi kita melalui sifat-Nya mengetahui kuasa-Nya yang merupakan perbuatan-Nya.
Sifat-Nya adalah pengetahuan bagi kita. Sifat-Nya menegaskan kuasa-Nya.
Kita (ciptaan-Nya) adalah karena kuasa-Nya yang dipahami melalui sifat-Nya.
Jadi kita adalah ciptaan melalui sifat-Nya yang menyadarkan akan kuasa-Nya