Sebenarnya aku ga mau terlalu intens dulu beberapa hari ke diskusi. Hanya saja ada beberapa yang menurutku perlu diperjelas, agar jangan sampai seseorang tak menyadari terkena gejala 1⃣ randomnya sikap, atau 2⃣ bentuk-bentuk pengakuan yang tak patut.
SINGKATNYA KITA AKAN MELIHAT MENGAPA ITU BISA TERJADI❓BAGAIMANA MENDETEKSINYA❓Bla bla bla
Saya perlu mengingatkan hal yang mungkin ga terpikirkan sehingga resikonya juga ga terpikirkan bisa datang hampir secepat kilat. Apa itu❓Ya, LUKA FILOSOFIS
BINGUNG. Terkadang di suatu komunitas, terutama komunitas filsafat, sedemikian beresiko bla bla bla kalau ada saja yang bingung, weeks.
Bingungnya di komunitas filsafat itu penuh resiko soalnya wilayah yg dibingungkan menyentuh area yang mudah sekali menyebar lukanya kemana-mana dengan cepat dan sangat dalam (luka pemikiran yang membawa ambiguitas tingkat tinggi - parah)
Bingung
Ya, seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, yaitu "bingung" sebagai luka filosofis.
Luka yang punya resiko dikarenakan penanganan bingungnya tidak tepat sasaran
Itu yang saya sebut luka filosofis (bingung) yang akut karena lukanya bisa menyebar secara cepat kemana-mana. Luka filosofis ini bisa menyebar cepat karena wilayahnya masuk kategori wilayah pemikiran yang mudah meliuk-liuk lentur.
Kecuali jika mental seseorang sekuat baja. Tetapi luka filosofis punya dampak yang umumnya berat, sehingga mudah merusak mental seseorang.
Dilema
Dan saya ingin mengajak kita lebih dekat lagi memahami hal ini agar kita sadar mengapa filsafat dapat sedemikian penuh gaya di satu sisi, dan dapat sedemikian melumpuhkan di sisi lain, atau tak ada hubungannya dengan "gaya hidup", tetapi benar-benar sesuatu yang diharapkan bisa menolong.
Dilematis menyikapi filsafat, sebenarnya bisa diatasi dengan mempertimbangkan nilai pragmatis, idealis & seberapa realistisnya, sehingga kita bisa membatasi diri terhadap filsafat.
Tetapi bukan itu juga yang sedang saya garis bawahi. MELAINKAN MENGAPA LUKA FILSAFAT DAPAT SEDEMIKIAN AKUT❓
Bukankah luka matematis juga bisa membuat seseorang bingung. Luka kehidupan, luka biologis bla bla bla juga dapat sedemikian parah.
Lalu dimana bahayanya luka filosofis yang terkesan unik, namun ternyata sama saja kasusnya. Yaitu "bingung".
Mengapa bingungnya filsuf sangat beresiko dibandingkan bingungnya fisikawan❓
Mengapa bingungnya filsuf sangat beresiko dibandingkan bingungnya saintis❓
Mengapa bingungnya filsuf sangat beresiko dibandingkan orang yang tidak tahu penyakitnya apa❓
Mengapa bingungnya filsuf sangat beresiko dibandingkan orang yang bingung karena mengalami kebuntuan kerja, kebuntuan tiada nafsu makan bla bla bla❓
Saya akan berikan contoh perbandingan nantinya agar dengan cepat memahami dimana duduk perkaranya.
Mulutmu Harimaumu
Bukan berarti karena omongan filosofis atau bantahan kita bisa memancing emosi. Bukan, karena sikap lain atau bahkan tak melalui omongan melainkan kinerja buruk bisa beresiko bahaya demi kestabilan diri kita.
BU-KAN❗️
Lidah Tak Bertulang
Atau makna dibalik ungkapan "lidah tak bertulang" yang juga bisa memberi resiko juga.
Tidak juga❗️
KEBINGUNGAN - Bingung Dalam Kebuntuan - Gelap Tanpa Cahaya
Memang benar, bahwa karena kemudahannya mengolah makna, justru bukannya bisa mengontrol menguasai diri, tetapi justru menggiring ke keadaan penuh resiko. Namun juga bukan ke sana arah saya.
Karena "mulutmu harimaumu" & "ildah tak bertulang" itu tak melibatkan "ke-bi-ngu-ngan", meski bisa saja ada muatan amarah karena kebingungan, tetapi kecenderungan luka filosofisnya sedemikian cepat , dan tak disadari rambatannya.
Berbeda ketika seseorang dengan tegas sedang berkonflik. Tetapi luka filosofis atau "bingungnya filsuf" itu porsinya bisa sedemikian kecil yang tak terpikirkan efeknya sedemikian melukai. Mengapa❓
HARAPAN SAYA, DENGAN MENYADARI HAL INI, KITA YANG TERKADANG BISA SEDEMIKIAN LUPA KEASYIKAN, TERNYATA SEDANG MENJEBAK DIRI KE DALAM KEGELAPAN YANG MEMBINGUNGKAN, NAMUN BISA SEGERA MENYADARI RESIKONYA DAN BISA SEGERA MENARIK DIRI, bukan karena tahu resikonya, tetapi justru karena sadar tak tahu resikonya akan seperti apa
Ibaratnya sebingung-bingungnya kita, jika bisa dipetakan, masih bisa diperkirakan antisipasinya bagaimana, meski nantinya sempat meraba-raba dalam kegelapan.
📌 Tetapi bingungnya filsuf yang berbahaya yaitu ketika kebingungannya ...
- 1⃣ Bingung bagaikan gelap yang tiada sinar sedikitpun. Suatu kebingungan yang berakhir kepada kebuntuan
- 2⃣ Bingung bagaikan sinar yang meredup secara lambat tetapi pasti
Berbahaya karena tidak menyadari keadaan dua point ini yang bisa menjebak jatuh ke jurang. Ma-sa-lah-nya, dua point tersebut meskipun secara pengetahuan dipahami, tetapi secara praktek sedemikian sulit.
KEPUTUS-ASAAN AKUT
Di sini kita mencoba mengenali hal ini, yang❓Bisa dipakai untuk koreksi diri, membentengi diri, tahu batas, sehingga kita tahu kapan harus terus melangkah atau harus berhenti agar tidak merusak mental sendiri
📌 Jadi bukan bingung yang sedang berproses, melainkan keadaan yang bingung lalu mendadak berujung kebuntuan yang semakin membingungkan. Atau keadaan bingung yang semakin lama semakin tahu bahwa jalurnya akan mengalami kebuntuan.
📌 BAHASA SEDERHANANYA❓Kebingungan yang akan menjurus ke keputus-asaan. Tanda-tandanya perlu kita ketahui, sebelum keputus-asaan menyerang atau paling tidak bisa keluar dari keputus-asaan yang akut
TOMBOL PERASAAN
Ketika seseorang berpikir, maka melibatkan keterhubungan makna yang timbul sebagai akibat dari penggunaan bahasa - kata atau simbol komunikatif lainnya.
Dan untuk setiap gerak pemikiran yang bisa mengarah ke keanekaragaman makna, maka konsekuensinya juga akan memicu timbulnya perasaan yang sesuai yang bagi setiap orang berbeda-beda. Kata "suka" atau kata "duka" dapat memicu perasaan yang berbeda bagi setiap orang.
Bermain Watak - Role Playing
Untuk memudahkan memahami, saya sertakan istilah umum agar mudah dipelajarr, yaitu role playing.
Ketika beberapa perasaan tertentu timbul secara hampir seketika (cukup cepat), maka perasaan yang agak asing ini cukup mengagetkan mereka yang mengalami.
Coba pikirkan. Hanya dengan sedikit berpikir filosofis, ternyata cukup bisa membangkitkan sensasi perasaan yang terasa asing, yang jika cukup lama munculnya perasaan tersebut, akan membangkitkan pula kepribadian tertentu yang sebelumnya belum dialami
Watak Matematis. Tak cukup kuat membangkitkan "luka filosofis" karena kebingungan yang diperoleh dari kegiatan di matematika ada solusinya. Ada rumusnya, rumus matematika, hanya saja mereka belum menemukan. Namun paling tidak permasalahannya tidak melebar kemana-mana. Tak melebar ke masalah masak- memasak secara umum (dalam arti tak ada hubungannya dengan matematika. Berbeda jika memang permasalahannya tentang hitung-hitungan bahan makanan.
Melokalisir Masalah
📌 Tetapi intinya bahwa kebingungannya tak semudah meluas ke hal lain yang tak relevan
✅ Justru watak matematisnya sajalah yang semakin diperkuat. Timbul keyakinan, kepercayaan diri.
✅ Demikian pula selain dari luka matematis, luka fisika, luka biologis, sejauh ... SE-JA-UH TAK MENJALAR KESANA KEMARI, TAK MENIMBULKAN KOMPLIKASI, TENTU LEBIH RINGAN DIBANDINGKAN YANG MEMBAWA KOMPLIKASI
Bahaya Personalita Asing
Dimana bahayanya ketika muncul keanekaragaman komposisi perasaan yang membentuk sosok (kepribadian) baru sebagai hasil pemikiran❓
Sederhana, jika ...
1⃣ NYAMAN. Kepribadian baru dirasa nyaman, maka mereka filsuf bisa mendadak berpindah karakter baru yang pada akhirnya membawa pola hidup baru, gaya hidup baru
2⃣ SOLUSI. Kepribadian baru ini ternyata meskipun tak nyaman atau perlu adaptasi terlebih dahulu, dan juga bertentanganan melanggar prinsip lama (tentu terkait pula dengan satu paket kepribadian - gaya hidup) lama yang telah terbiasa, hanya saja dianggap memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi dengan pola hidup sebelumnya. MAKA BISA JADI AKAN DITERIMA. DI TITIK INI BANYAK YANG MELABELI SEBAGAI SUATU PEMBERONTAKAN ATAU JUSTRU MENEMUKAN HIDAYAH
3⃣ KOMPENSASI. Atau jika perasaan baru, ... yang menarik kepribadian baru, ... yang menarik gaya hidup baru, dianggap sebagai kompensasi dari kelemahan atau kehilangan yang selama ini dialami, dan membawa kepuasan.
- 👉 Maka disinilah "luka filosofis" yang sekedar dari kebingungan, yang ternyata meluas kemana-mana yang bagai menekan tombol perasaan secara random, yang membawa seseorang memasuki dimensi perasaan baru yang masih perlu beradaptasi namun❓ Pengaruhnya begitu kental.
MENGAPA MELEBAR KEMANA-MANA DAN MENIMBULKAN KOMPLIKASI TAK SEPERTI "luka matematis" (yang umumnya - tak selalu, tetapi) yang cenderung tak melebar.
Seperti sudah dijelaskan, kebingungan urusan hitung-hitungannya bisa dilokalisir KARENA ADA RUMUS MATEMATIKA, ATAU RUMUS FISIKA, RUMUS STATISTIK bla bla bla.
🎯 INTINYA HARUS ADA RUMUSNYA. HARUS ADA OBATNYA❗️
OBAT ABSTRAK - Luka Filosofis & Luka Psikologis
Luka filosofis❓Obatnya cenderung abstrak, tak jelas, ambigu. Di sinilah bahayanya filsafat. BAGAI TAK ADA OBATNYA, LANGKA ATAU, BAGAI SEDIKIT OBATNYA, YANG MESKIPUN ADA LUKA LAIN YANG DIANGGAP SOLUSINYA ABSTRAK, TETAPI ADA, DAN MASIH LEBIH BANYAK, YAITU "luka psikologis"
Itu sebabnya, mereka yang "terluka filosofis" yang sedemikian akut menimbulkan luka psikologis, maka penanganan terbaik memang ke psikolog atau psikiater
🛑 INTINYA PERMASALAHANNYA DI SINI ... KARENA TAK ADA ATAU SANGAT LANGKA RUMUSAN FILOSOFISNYA, MAKA LUKA FILOSOFISNYA TAK BISA DILOKALISIR AGAR TAK MERAMBAT MENIMBULKAN PERASAAN- PERASAAN BARU YANG BERESIKO BURUK
DISADARKAN (Disembuhkan) DARI LUKA FILOSOFIS
JADI BAGAIMANA ANDA MENYADARKAN SESEORANG YANG TELAH TERKENA LUKA FILOSOFIS (berawal dari kebingungan lalu berakhir ke kebuntuan yang justru mendobrak dan keluar ke wilayah baru yang penuh resiko - melemahkan pengendalian diri dari tuntutan standard yang telah dipegang), SEHINGGA MENGUBAH KEPRIBADIAN MEREKA YANG BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP SEBELUMNYA, AGAR KEMBALI (DI RESET) KE KEPRIBADIAN SEBELUMNYA❓
Bagaimana agar tersadar, tahu diri ATAU PALING TIDAK .... ❓MENDADAK MAU MERENUNGI DIRI, MESKIPUN SEMPAT TERJADI KEGAMANGAN - GALAU SETELAH DARI AWAL LALU KE KEPRIBADIAN BARU, LALU DITARIK LAGI KE POSISI SEMULA❓
📌 Tentu ada yang berpendapat, "ada sisi baiknya karena tercerahkan", tetapi juga jangan lalu melupakan ada sisi buruknya yang kalau sedemikian akut ya beresiko bagi kejiwaannya (dari luka filosofis berkembang menjadi luka psikologis)
ANTISIPASI EMPATIK
SOLUSI AWAL. Sebelum masuk ke masalah mengatasi masalah luka filosofis, maka perlu disadari bahwa solusi awalnya adalah menghadapi seseorang yang terdeteksi terkena luka filosofis, dengan sikap kehati-hatian melibatkan empati yang sedemikian meluas (untuk mengetahui inti permasalahannya) atau untuk menggiring secara perlahan kembali (di reset) secara halus sehingga menimbulkan sadar diri (merenungi) yang kuat
Objektif - Subyektif
Di sini pendekatan kita tak sekedar intelektual, tetapi pendekatan personal yang objektif, yang tak sekedar objektif, tetapi begitu kuat nilai objektifnya sehingga keadaan mereka yang terkena luka filosofis dapat ditarik dari subyektifitas yang kental ke sudut pandang objektifitas baru yang memberi nilai subyektifitas baru namun mampu menjembatani ke pola sebelumnya
🔰 Sampai sejauh ini semoga kita bisa mendeteksi (mendiagnosa) seseorang yang terkena luka filosofis, sehingga penanganannya cepat
- Ada tahapan, yaitu 1⃣ pendekatan personal yang sangat tersamar (EMPATI LEMBUT) 2⃣ SENTAKAN EMPATI 3⃣ pendekatan OBJEKTIF Ringan 4⃣ Pendekatan OBJEKTIF KERAS
Kalau dipadatkan menjadi dua saja ...
- 1⃣ PENDEKATAN EMPATI KUAT
- 2⃣ PENDEKATAN OBJEKTIF KUAT
🔰 Kita akan langsung ke pendekatan empati kuat yang jika memahami , maka memudahkan kita menurunkan ke empati lembut. Yaitu SENTAKAN EMPATI
SENTAKAN EMPATI - Optimalisasi Diskusi
Saya tertarik untuk membahas perihal ad hominem dalam diskusi, untuk melihat seberapa kuat nuansa ad hominemnya atau jangan-jangan bukan ad hominem.
- 👉 Ini hal yg subyektif, tetapi paling tidak ada upaya meraba seputar hal ini agar mampu mengoptimalkan diskusi
Terkadang suatu ungkapan keras bisa terjadi di suatu komunitas diskusi. Ini bisa menimbulkan sakit hati. Ya begitulah. Maka ad hominemkah ini? Suatu pola caciankah? Atau pola logical fallacy-kah ini?
⛳ Diskusi yg sehat itu ada keseimbangan dalam bernalar. Melalui logika & empati melalui perenungan.
Misi Sebuah Ungkapan
Bagi saya "sesuatu yg dianggap celaan" bisa berubah menjadi pengingat.
Atau juga "anda absurd", bisa dilakukan ketika kita yakin ada nalar yg sedemikian parah tak boleh dipertahankan. Di sini "absurd" bukan berarti "dungu" atau "bodoh" namun dianggap secara argumentatif sebagai peringatan "anda telah keluar jalur". Tidak berarti penegasan kita benar. Namun ini upaya untuk lebih menekankan di titik mana jalur menalarnya salah. Masih perlu didiskusikan lagi
Tak ada ungkapan yg lebih sopan karena memang keadaannya absurd. Seberapa nilai absurdnya bergantung dari seberapa kacaunya urutan menalarnya..
Ucapan Kasar vs Peringatan Keras
Hampir mirip, maka perlu dijelaskan. Pemilihan kata yg secara umum dianggap kasar, maka ini yg saya maksud sebagai ucapan kasar.
Namun jika ucapan tersebut jarang ditemukan di percakapan sehari-hari yg bernuansa kasar, justru ucapan itu cenderung secara umum dianggap sebagai pujian, atau ucapan penghormatan, namun ketika dibawa ke ranah diskusi justru menyentak, maka anda berhasil menemukan "peringatan keras" yg sifatnya personal - suatu sentakan empati
Sentakan Empati - Perenungan
Jadi perlu bagi kita untuk mampu menyadari "peringatan keras yg berlandaskan empati" sebagai cambuk atau penyentak, bukan agar lawan bicara dipermalukan. Bukan agar lawan bicara merasa dikalahkan, tetapi agar menimbulkan PERENUNGAN YANG MENDALAM, YG TERJADI SECARA SINGKAT WAKTUNYA.
📌 Satu sentakan kesadaran bisa merupakan kalimat yg kuat, menekan, tetapi kalimat tersebut harus merupakan kalimat yg argumentatif.
🧩 Suatu kalimat argumentatif yg bernuansa empati. Yang membuat seseorang tak sekedar menyadari "aku paham" , "aku ga paham", "aku bingung", melainkan lebih dari itu, semacam shock therapy. INGAT BUKAN KALIMAT MARAH ATAU KONOTASI BENCI, melainkan kalimat yg membuat seseorang sadar akan posisinya di depan publik atau di depan Allah.
✅ Suatu kata kunci empati, yg membuat saya dan orang lain sadar akan posisinya yg lemah, atau menyadarkan keadaannya yg beresiko.
INI BISA DILAKUKAN DALAM KONTEKS AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR. Atau secara praktis, dalam konteks menyadarkan agar tidak merugikan dirinya sendiri.
✍ Saya beri contoh yg ekstrim agar mudah menancap di sanubari.
👉 Kasus Pribadi
- 〰 Ada teman saya wanita yg kesurupan. Setiap kali stress, mendadak kesurupan. Begitu seterusnya.
- 〰 Dia punya teman cowok yg akan menikah, maka bentuk sentakan empatinya adalah dengan saya katakan saat sedang kesurupan "hati-hati jangan sampai temen cowokmu tahu kamu kesurupan, nanti bisa dapet nilai buruk dari calon pendampingmu". Sejak saat itu ga pernah kesurupan lagi, hehe
JADI, BISA SAJA SUATU UNGKAPAN SEDEMIKIAN KERAS YG TERKESAN KASAR, PADAHAL TIDAK MEMAKAI KATA-KATA KASAR YG UMUM DIKENAL, NAMUN BISA MENYENTAK MENIMBULKAN PERENUNGAN
Dampak Sentakan Empati
Bisa saja sentakan empati menimbulkan amarah. Namun jika benar itu masuk kategori "sentakan empati", maka semakin kuat kualitas dari "sentakan empatinya" maka semakin kuat dampaknya yg cenderung tidak membuat lawan bicara marah melainkan cenderung merenung secara singkat tetapi mendalam
Menemukan "Sentakan Empati"
Sentakan empati ini mirip password atau kata kunci yg memotivasi seseorang untuk bangkit lebih tajam menyadari keadaannya yg sedemikian larut.
Umumnya "sentakan empati" ini banyak ditemukan di kalangan motivator. Mereka menyebutnya kata-kata inspiratif, kata motivasi bla bla bla.
Saya lebih suka menyebutnya "sentakan empati" karena secara struktur memang akan menyentak seseorang, terkejut lalu merenungi. Suatu sentakan untuk memancing empati terhadap diri sendiri dan keadaan yg sedang terjadi di lingkungannya.
Kalimat yg bisa menjadi kalimat kunci "sentakan empati" sifatnya situasional dan personal. Tak mudah, karena kita sendiri juga harus larut ke dalam diskusi (tak sekedar memahami pembicaraan, namun kita memahami pemilihan kata lawan bicara, dan tanda-tanda lain untuk memastikan ke arah mana sebenarnya perasaan lawan bicara).
Misi Utama Sentakan Empati
Misi utamanya sederhana. Kita mencari dimana titik tak seimbangnya emosional lawan bicara, agar kita bisa membantu menyeimbangkan.
Ketika keseimbangan emosi lawan bicara terjaga, ini juga memudahkan kedua belah pihak saling menjaga keseimbangan emosi masing-masing, sehingga jalur menalar tidak lari kesana kemari keluar konteks.
Secara perlahan, ketika sentakan empati telah tertancap ke sanubari lawan, maka reaksi akan segera terbentuk sikap merenungi selama diskusi, yang secara perlahan akan mengubah sikapnya untuk lebih seimbang melihat situasi, sehingga diskusi menjadi semakin cepat ditemukan solusinya atau meninggalkan diskusi dengan lebih halus
❇️ Demikianlah seputar "sentakan empati" yg bisa dipakai untuk memotivasi adik, keluarga, teman, relasi bisnis atau siapapun yg bisa dipakai juga untuk menyadarkannya agar jangan menyerah atas mimpi besarnya
❇️ "Sentakan empati" adalah pendekatan yang berfokus pada mencari titik ketidakseimbangan emosi lawan bicara dalam diskusi untuk membantu mereka merenung dan mencapai keseimbangan emosional. Ini merupakan cara yang kuat untuk memotivasi orang dalam berbagai konteks.
❇️ SENTAKAN EMPATI DI RANAH DISKUSI, TAK BOLEH ADA KATA-KATA KASAR, MELAINKAN PERINGATAN KERAS YG MEMICU SADAR DIRI MELALUI PERENUNGAN SINGKAT YG MEMBENTUK SADAR DIRI YANG KUAT
MEMETAKAN RESIKO FILSAFAT
📌 Relevansi 1 (Komunitas Meta)
📌 Relevansi 2 (Menalar Puncak)
📌 Relevansi 3 (Rationale Objective)
Tahap berikutnya untuk mengatasi luka filosofis karena bingung yang sedemikian akut membawa kegelapan yang memutus-asakan, adalah dengan menyinari kesadaran mereka dengan kebenaran mutlak. Diajak menalar konsekuensi logis mutlak atau istilahnya mengenali vertical causation
Jadi kalau kita petakan secara padat adalah seperti ini ...
1⃣ Pemikiran Filsafat Menjelajahi Dimensi Makna Yang Memicu Dimensi Perasaan Serta Kepribadian Baru
2⃣ Luka Filosofis Dalam Bentuk Kebingungan, Dapat Mudah Melebar Seiring Mencari Solusi Yang Memicu Lebih Luas Lagi Dimensi Perasaan & Dimensi Kepribadian Yang Belum Tentu Bisa Dikuasai
3⃣ Diperlukan Empati & Objektifitas Yang Kuat Dalam Mengatasi Luka Filosofis, Agar Solusinya Konkret Dan Tak Terburu Membesar Menjadi Luka Psikologis
- 👉 Efek baiknya mengenal nuansa baru, kenyamanan baru, kepekaan baru, meluasnya sudut pandang, menjadi kritis lebih bijaksana yang membawa keadilan
- ⭕️ Efek buruknya, ketakstabilan emosi, atau berpindah ke gaya hidup baru yang belum tentu sesuai dengan keyakinan awal
🔰 SECARA MENDASAR❓FILSAFAT HARUS MEMILIKI RUMUSAN YANG JELAS SEPERTI PADA MATEMATIKA, FISIKA & PSIKOLOGI, Agar Luka Filosofisnya Dapat Dilokalisir Tak Meluas Menjadi Luka Psikologi
Kalau ditarik lebih dalam lagi ...
❇️ FILSAFAT HARUS OBJEKTIF, AGAR KEBINGUNGAN Dari Luka Filosofisnya, TAK MEMICU Dimensi Perasaan & Kepribadian Baru Yang Sulit Diatasi / Bertentangan Yang MENJADI Luka Psikologis Akut - Depresi
📌 NAH SEMOGA KITA SEKARANG SEMAKIN SADAR DIMANA RESIKONYA BERFILSAFAT YANG MAMPU MEMICU DIMENSI KECERIAAN ATAU DIMENSI KEGELISAHAN YANG TAK TERKUASAI DENGAN BAIK
🎯 FILSAFAT DAPAT MEMBAWA DAMPAK EMOSIONAL YANG KOMPLEKS.
- 〰 Penting untuk memperhatikan perjalanan dari pemikiran filosofis hingga luka filosofis, serta upaya untuk mengatasi dan meminimalkan dampak negatifnya.
- 〰 Menyadari resiko ini dapat membantu kita dalam memanfaatkan kekuatan filsafat secara bijaksana untuk pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan mental, dan bukan sebaliknya (luka psikologis yang membawa keruntuhan mental - kebingungan akut, keputus-asaan akut yang tak disadari yang dibungkus sebagai aliran absurdisme serta nihilisme)