KERANCUAN BERFILSAFAT

Seremonia
9 min readApr 17, 2024

--

🎯 Relevansi (Ada-Tiada)
🎯 Relevansi (Nyata & Ada)
🎯 Relevansi (Bukti Langsung)

Umumnya mereka yang berfilsafat, terjebak pemikiran yang terbolak- balik sedemikian rupa, sehingga tak menyadari batas kebenaran. Tumpang tindih, lalu mengira itu benar, sehingga semua konsekuensinya telah jelas ini itu , padahal absurd.

Perbedaan makna yang tipis inilah yang justru meletakkan mereka dalam memutuskan, menghakimi yang tidak pada tempatnya.

Belum lagi kekeliruan dalam menalar ini dibawa ke hal lain yang semakin mengacaukan sisi lain, bertumpuk - tumpuk. Tertutupi satu kebenaran dengan bertumpuk - tumpuk benang kusut.

Subyektif & Relatif

Sebagai contoh mencampur - adukkan antara subyektif & relatif, lalu katanya ...

"ini relatif", "ini subyektif", atau bahkan "yang relatif" dianggap hal yang subyektif.

Pembulatan

Begitulah kekacauan dalam menalar yang awalnya berasal dari percakapan sehari- hari melalui konsep pembulatan (mirip GPT). Dimana, makna suatu kata tidak benar- benar dipahami sesuai batasannya, melainkan dipahami sebatas pola kebiasaan yang jika suatu ungkapan kata ini & itu maka biasanya maksudnya ke arah tertentu.

♦️Padahal dua hal dapat sedemikian berbeda, namun dianggap sama & terbukti membawa hasil yang diharapkan.

  • Contoh: ada kemiripan antara "perlu" & "harus", dimana keduanya sama - sama ada konteks "terdesak". Namun keterdesakannya sebenarnya berbeda, dimana yang perlu tak mengharuskan dan yang mengharuskan sudah pasti memerlukan.

Kemiripan & Kebiasaan

KEMIRIPAN. Perbedaan di antara dua hal tak terlihat, melainkan kesamaannya saja yang dipakai sesuai kebiasaan.

Lalu begitu mereka serius meneliti realitanya, dibingungkan sendiri karena telah terbiasa melihat kesamaannya, sehingga tak melihat batas yang membedakan yang mencegah dari pemikiran absurd tumpang tindih

Jadi yang menganggap ada kesamaan di antara dua hal yaitu sebatas ada KEMIRIPAN + KEBIASAAN = SAMA ❓ Padahal yang mirip & terbiasa tak berarti ada kesamaan.

Konteks Tersamar

Cukup berkata "ini relatif", "ini subyektif", seolah mereka paham konteksnya berbicara tentang "hal yang meragukan". Padahal "keraguan" dalam kaitannya dengan "subyektifitas" & "relatif" tak sesederhana dianggap sebagai satu hal yang sama antara "subyektif" & "relatif". Keduanya berbagi konteks yang berbeda.

Hanya karena ada KEMIRIPAN "subyektif" & "relatif" ada keraguan, ketakpastian, lalu KEBIASAAN menganggap hal yang subyektif & relatif berbagi kejadian yang sama (dipakai untuk kasus yang sama) yaitu meragukan, maka jadilah keduanya "subyektif" & "relatif" dianggap sama. PA-DA-HAL BEDA JAUH

Belum lagi masalah "sudut pandang" & "konteks", dimana yang dianggap sama sudut pandangnya berarti sama konteksnya, padahal tak demikian

Begitulah, karena ada kemiripannya maka dianggap sama + terbukti dipakai dalam percakapan sehari- hari mendatangkan manfaat, maka jadilah menyamakan yang tak sama & membedakan yang tak berbeda.

SUDUT PANDANG & KONTEKS.

Konteks itu wilayahnya, sedangkan sudut pandangnya adalah arah kita memandang di suatu wilayah (konteks) tertentu.

  • 〰 Melihat rumah dari konteks yang berbeda, berarti melihat sisi yang berbeda dari rumah (garasinya, terasnya, kamar tidurnya, atapnya, dapurnya)
  • 〰 Melihat rumah dari sudut pandang berbeda, berarti melihat rumah dari sisi yang sama, namun arah memandangnya dari sudut yang berbeda. Melihat dari tempat yang sama, taman rumahnya, namun mengamati dari pinggir taman atau dari tengah taman

SUBYEKTIF & RELATIF. Demikian pula, yang subyektif & relatif, bukan semata- mata terkait dengan (kemiripan adanya) keraguan, melainkan keduanya berbeda.

  • 〰 Dimana jika relatif berarti kemungkinan yang ada. Ibaratnya, yang relatif itu ciri - ciri dari sesuatu.

MUTLAK & RELATIF. Mutlak kita menghadapi sesuatu. Dan sesuatu itu relatif karena ada banyak elemen dari rumah, mulai dari atap, garasi, dapur, ruang tamu dan lainnya

  • 〰 Sedangkan subyektifnya adalah bahwa saya atau lainnya punya tanggapan yang berbeda tentang kualitas dari hal - hal yang relatif. Juga subyektif ketika saya membandingkan harga renovasi masuk kategori murah / mahal
  • 〰 Jadi subyektif itu mempertimbangkan (mempertanyakan) kemungkinan relatif yang ada dari suatu hal yang mutlak disadari

✅ MUTLAK. Bahwa mutlak tak bisa diganggu gugat itu adalah rumah dan dimanapun semua akan mengatakan itu adalah rumah - tempat tinggal & punya ciri - ciri yang relatif.

✅ Bahwa sesuatu itu relatif karena sesuatu itu salah satu dari sekian banyak kemungkinan dari sesuatu. Gelas itu mutlak sesuatu, sejauh kita tak memegang selain dari gelas. Dan gelas itu relatif karena keadaannya tak bisa dipastikan pada posisi sedang dipakai, sedang dicuci, sedang kotbr, atau sedang berisi atau sedang kosong.

✅ Karena ketika sesuatu disadari, maka mutlak adanya. Karena ketika sempat pernah ada, maka mutlak adanya yang tak bisa dimustahilkan.

  • 〰 Sedangkan keanekaragaman cara penampakannya, kemampuannya, ciri- cirinya, itu relatif berubah - ubah sesuai situasi. Tak bisa dipastikan secara mutlak bahwa sesuatu yang mutlak adanya berada pada keadaan tertentu saja, melainkan keadaannya dapat relatif berbeda bergantung situasi & kondisi (sedang duduk, atau sedang berjalan)

❇️ JADI SUBYEKTIF ITU KARENA ADANYA PERTIMBANGAN YANG TAK LAGI SUBYEKTIF KETIKA TELAH DIPUTUSKAN

❇️ RELATIF ITU KEMUNGKINAN - KEMUNGKINAN YANG BISA DIPERTIMBANGKAN. SEHINGGA SUBYEKTIFITAS KITA MEMPERTIMBANGKAN HAL YANG RELATIF DARI SESUATU YANG MUTLAK ADANYA

❇️ DAN, KONTEKS ADALAH WILAYAH TEMPAT KITA MEMANDANG, TEMPAT DIMANA SUDUT PANDANGNYA BISA DARI ARAH YANG BERBEDA

  • 〰 Jadi satu tempat (satu konteks) bisa diamati dari arah (sudut pandang - titik lokasi pengamatan) yang berbeda
  • 〰 Konteksnya wilayah suatu negara, namun dapat diamati dari titik pengamatan (sudut pandang) yang berbeda (politik atau ekonomi). Namun, konteks bisa berubah ke wilayah beda negara, namun pokok bahasannya tetap sama tentang politik atau ekonomi

MUTLAK & UNIVERSAL

Jatuhnya batu di bumi dianggap tak universal, karena batu di lempar di tempat yang gravitasinya rendah, justru akan terlempar ke atas

Suatu rotasi di bumi tidak mutlak berputar terus karena ada gesekan, namun rotasi di luas angkasa akan cenderung ber-rotasi terus, sehingga keadaannya tidak pasti - relatif bergantung dari lokasinya - tak universal.

  • 〰 Namun mutlak bahwa jika keadaannya di bumi dengan segala aturannya, maka gravitasinya akan menjatuhkan sesuatu ke bawah
  • 〰 Mutlak pula bahwa jika keadaan di luar angkasa memiliki hukum yang sama seperti di bumi, maka akibatnya juga sama sebagaimana di bumi.

BAHASA SEDERHANANYA ...

  • 1⃣ Subyektif berarti sedang dipertimbangkan sebagai upaya adaptasi
    👉 Dipertimbangkan, adaptasi
  • 2⃣ Relatif berarti melibatkan banyak kemungkinan yang bisa berbeda sesuai situasi & kondisi, namun masih dalam batas tertentu (kemutlakan)
    👉 Kemungkinan - kemungkinan, keanekaragaman, perbedaan situasi, perbedaan kemampuan, perbedaan keadaan
  • 3⃣ Konteksnya berada dalam suatu wilayah kerja tertentu
    👉Wilayah tertentu, titik sandaran tertentu, tempat (lokasi) kerja tertentu, titik fokus tertentu
  • 4⃣ Sudut pandangnya berada di titik lokasi pengamatan tertentu di suatu wilayah (lokasi - konteks)
    👉 Arah pengamatan, kategori atau subkategori

HIRARKI

Relatif ditemukan di sesuatu yang mutlak adanya, sebagai hal yang relatif (sifat dari "yang ada")

Yang subyektif berada di wilayah relatif

Sudut pandang berada di suatu wilayah (konteks)

🔰 Dengan menyadari semua hal ini yang sering rancu dalam berfilsafat, akan memampukan kita melihat subyektifitas, relatif, serta kemutlakan dari konteks & sudut pandang tertentu mulai dari hal yang sempit sampai seluas universal dengan tetap mampu melihat batas tipisnya, sehingga tak mudah dibingungkan oleh hal yang terkesan benar padahal absurd

Abadi & Diabadikan

Ketika sesuatu itu abadi, maka telah ada sejak dulu atau baru saja diabadikan agar tetap ada❓

Jika sesuatu itu baru saja ada, maka bukan abadi.

Jika sesuatu itu selalu ada, karena ketiadaannya tak mungkin menjadi ada, itu tak berarti sesuatu itu abadi yang tak diabadikan, kecuali sebatas diabadikan setelah baru saja diadakan

Ketika saya melakukan sesuatu, maka kejadiannya (akibatnya) baru saja terjadi, namun kejadiannya tak abadi sejak dahulu kala bersamaan dengan saya

Jika kejadiannya baru saja ada & sebelum terjadi sebenarnya sudah ada bersama saya, itu tak berarti kejadiannya abadi.

Saya punya kekuasaan membuat sesuatu, Sesuatu itu baru saja ada karena kuasa saya, namun sesuatu itu tak abadi, karena yang abadi kuasa saya, bukan sesuatu itu sendiri.

Jika air membeku, maka esnya baru saja ada, namun bukan berarti esnya abadi sejak dulu, karena ketika esnya lenyap, maka yang ada hanya air, sedangkan esnya berawal.

Jika dikatakan bahwa ciri membeku ada sejak dulu bersamaan dengan air, maka sebenarnya yang abadi bukan esnya melainkan ciri dari airnya. Di tïtik tiadanya es sama sekali, maka hanya ada air.

📌 Demikian pula ketika dikatakan Tuhan berkuasa menciptakan alam semesta, maka bukan berarti karena alam tak mungkin berasal dari ketiadaan yang berarti ada sejak dulu bersama Tuhan, lalu dianggap alam semesta abadi ❌

  • 〰 Alam semesta ketika belum diadakan maka hanya ada Allah, tak ada alam semesta. Atau kalau mau dilibatkan alam semesta, maka yang abadi bukan alam semesta, melainkan kuasa Tuhan.

❇️ JADI PERLU DISADARI PERBEDAAN ANTARA ABADI & DIABADIKAN, DIMANA YANG ABADI TAK BERGANTUNG (MANDIRI), SEDANGKAN YANG DIABADIKAN ADALAH BERGANTUNG KEPADA SEBABNYA

  • 〰 Alam semesta atau keadaan tertentu, atau kemungkinan tertentu, atau keanekaragaman tertentu atau relatifnya, bergantung kepada sebab mutlaknya

Karena jika ada dua yang abadi yang tak bergantung satu sama lainnya, dari sudut pandang nalar & keimanan serba salah

BURDEN OF PROOF - Beban Pembukrtian

Hanya karena ga mengakui adanya sesuatu, lalu ga ada beban pembuktian (burden of proof)?

Seperti banyak yg berkelit begini."Kalau ada buktikan dong". Tapi karena saya anggap ga ada ya bagaimana membuktikannya? Jadi ga ada beban untuk membuktikan bagi yg menolak keberadaan sesuatu? Begitu?

Trik dari mana itu bang? Dari freethinker atau freakthinker?

Kalau anda menolak adanya sesuatu, bukan berarti lalu bebas mengklaim "ga perlu membuktikan sesuatu yg ada"

TE-TA-PI, BUKTIKAN BAHWA KEMUNGKINANNYA MEMANG TAK ADA ❓

Sebenarnya bisa, ketika seseorang mengutarakan sesuatu, harus ada alasannya.

Dan menegaskan ketiadaan sesuatu, juga harus ada alasannya (beban pembuktian). Cuma umumnya ga paham.

Kalau seseorang menolak sesuatu, paling tidak ada bukti dengan menunjukkan tanda tak mungkinnya "adanya sesuatu"

Bahasa sederhananya, Buktikan tak ada jejak adanya sesuatu yg dianggap tiada.

〰〰〰

✅ Jangan sampai terjadi asal ngomong tanpa bukti yg dikira ga perlu bukti, begitulah apa adanya

❇️ Seremonia:
Contoh sederhananya begini "ada apel berkepala bebek berjalan-jalan di pinggir jalan tadi pagi"

Lalu ada yg menolak dengan menegaskan "ga ada itu"

Saya balik bertanya "buktikan penyangkalan anda"

Maka seharusnya dia berkata "tak ada jejak yg mencirikan apel (di sini harus ditunjukkan tak ada tanda-tanda - jejak apel, jejak kepala bla bla bla"

✅ Singkatnya penyangkalan tetap perlu pembuktian. Yaitu bukti "ketidakmungkinannya", karena yg mengklaim membuktikan "kemungkinan adanya", sehingga yg menolak klaim perlu membuktikan ketakmungkinan (ada)nya

❇️ Tak berarti yang menolak tak perlu membuktikan, melainkan tetap perlu membuktikan ketiadaan jejaknya, kemustahilannya

DERAJAT REALITA

Mau ilusi, mimpi, ada naga terbang di atas genteng, atau bahkan ada hoax yg paling hoax, itu nyata semuanya

Ada naga joget joget sambil makan pisang terbang di atas genteng? Aku percaya itu bisa terjadi

Kenapa? ...

  • 1⃣ Satu karena semua mempengaruhi persepsi kita, sehingga itu bisa kita sadari.
  • 2⃣ Dua, itu memberi pengaruh ke diri kita

Cumaan, pertanyaannya, seberapa nyata sesuatu itu❓

Seberapa berpengaruh sesuatu itu, nah itu baru ga bisa dipukul rata, Ada beda derajat realitanya

MENYIKAPI SESUAI BATAS REALITA

Karena sekali sempat pernah ada, ga bakal bisa dimustahilkan.

Kalau sempat pernah ada, terus dianggap ga ada, lalu hilang kemana? Hilang ke ketiadaan mutlak? ❌

Atau yang sempat pernah ada, hilang ke keberadaan❓ Ya berarti ga mustahil (masih) adanya, hanya beda derajat.

JADI TETAP CARA PERLAKUAN KITA BERBEDA, tetapi tetap adanya

BUKTI SECARA LANGSUNG❓ - KEDEKATAN SECARA SAINS

Ketika sesuatu berjarak, maka memang dimungkinkan interaksi, namun jika keduanya tak berjarak maka ini adalah kontradiksi, yg salah-satunya harus berubah.

Secara sains ketidak-dekatan yg sedemikian tak berjarak dapat diamati pada proses tumbukan. Dimana pemaksaan kedekatan antara satu partikel dengan partikel lainnya sedemikian dipaksakan sampai hampir tak berjarak, maka di titik tertentu akan terjadi kehancuran salah-satu (ada yg terbelah).

Kontradiksi mengingatkan secara mental saja, ada suatu persepsi yg salah (bukan kehancuran)

Karena sebenarnya tak ada kontradiksi di realita. Konsep kontradiksi itu dalam realitanya hanyalah perubahan salah-satu dari dua kondisi yg tak boleh ada secara bersamaan (tanpa harus benar-benar tiada)

Secara mutlak, bukan kehancuran, melainkan salah-satu berubah, sehingga mengesankan adanya proses kontradiksi, dimana salah-satu harus tiada. Yang dalam realitanya bukanlah kehancuran, melainkan salah-satunya tak memiliki atribut semula (seolah lenyap)

OBJEKTIFITAS

Pertanyaannya❓LALU ...

Yang paling dekat tak membuktikan sesuatu kecuali hanya mengubah sesuatu menjadi lainnya, maka sebenarnya kita tak pernah memahami keadaan seutuhnya sesuatu kecuali hanya sebatas selalu berjarak.

Bukan lagi mana bukti langsungnya❓Tetapi seberapa dekat buktimu terhadap keadaan yg sebenarnya❓

Konsisten Probabilistik & Konsisten Universal

✅ LEBIH MENDASAR LAGI, SEBERAPA DEKAT ARGUMENTASI KITA BISA MELAMPAUI HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT, sehingga lebih objektif❓

  • 〰 Jadi semakin objektif, buktinya semakin tinggi probabilitasnya.

📌 Konsistensi itupun bisa dilampaui ketika argumennya melampaui sebab-akibat, yaitu bukan lagi sekedar konsisten yg probabilistik, melainkan konsistensi yg universal.

🔰 Bagaimana melampaui sebab-akibat❓DENGAN MELIHAT KONSEKUENSI LOGIS DIBALIK SEBAB-AKIBAT. ITULAH BUKTI TERDEKAT - MESKI BUKAN BUKTI YG LANGSUNG

  • 〰 Pembuktian terkuat tidak selalu harus melalui penginderaan, karena pengetahuan yang berlandaskan konsekuensi logis universal bisa lebih mendasar dari pengetahuan yang berlandaskan sebab-akibat, asalkan memiliki bukti yang relevan dan memastikan kebenaran universalnya.

JADI ANDA INGIN BUKTI LANGSUNG TANPA TUMBUKAN & TANPA KONTRADIKSI❓❌

CONTOH & JEJAK KEBENARAN

Meyakini berdasarkan penolakan terhadap segala kemungkinan ❓ABSURD ❗️

ARGUMENTASI PERLU CONTOH, UNTUK MELIHAT JEJAK KEBENARANNYA SEBAGAI BUKTI ADANYA, ATAU CONTOH DIPERLUKAN UNTUK MELIHAT SEBERAPA JAUH JEJAKNYA SAMPAI BATAS KEMUSTAHILAN YANG MEMBUKTIKAN KETIADAANNYA

Tidak mengakui kebenaran, padahal ada kemungkinan yang tidak memustahilkannya kebenarannya ❓ABSURD ❗️

Anda masuk kategori yang mana ❓

🔰 MARI KITA UBAH PARADIGMA BERFILSAFAT KITA, BER-META(FILSAFAT), suatu upaya memperkaya cara berfilsafat kita

--

--